Manners

“Nggak sopan!”

“Nggak tahu tata krama!”

“Nggak tahu aturan!”

 

Ups. Pernah dengar omelan seperti itu? Berhadapan dengan orang yang sopan santunnya kurang, memang menjengkelkan. Itulah pentingnya menanamkan kebiasaan baik tentang sopan santun pada Superkids sejak dini.

 

Sopan santun adalah peraturan hidup yang timbul dari hasil pergaulan kelompok. Norma kesopanan bersifat relatif. Maksudnya, apa yang dianggap sebagai norma kesopanan, berbeda-beda di berbagai tempat, lingkungan, atau waktu. Apa yang dianggap sopan di sini, belum tentu sopan di sana. Nggak usah jauh-jauh bandingin budaya Timur dan Barat. Di dalam negara yang sama namun berkultur heterogen seperti Indonesia pun, nilai sopan santun di tiap daerah, bisa berbeda.

 

Sopan  santun yang paling umum berlaku di berbagai wilayah adalah bersikap hormat kepada orang yang lebih tua. Bagaimana dengan yang usianya sebaya atau bahkan lebih muda? Sikap yang harusnya ditunjukkan adalah saling menghargai. Contoh sikap hormat terhadap orang tua adalah bersalaman dengan badan lebih menunduk atau membungkuk pada yang lebih tua. Dalam kultur Jawa, orang dewasa pun akan mencium tangan orang yang disalami, bila usianya lebih tua.

 

Contoh lain tentang sopan santun adalah mengucapkan salam sebelum masuk ke dalam rumah, mengatakan ‘Terima kasih’ setelah mendapat pemberian maupun bantuan, berbicara dengan volume suara yang sedang, dan mengunyah makanan tanpa bersuara keras.

 

Penting bagi Superkids untuk memiliki skill bersopan santun sebagai bekal memasuki lingkungan pergaulan yang lebih luas. Orang dengan sopan santun yang baik akan lebih diterima keberadaannya di masyarakat. Sebaliknya, orang-orang yang kurang bertata krama sekalipun kecerdasannya di atas rata-rata, cenderung akan mendapat penolakan dari masyarakat sekitar. (*)

 

Share to :


Leave A Comment