17 Facts about Indonesian Lifter Sri Wahyuni (1)

11 hari sebelum perayaan ke-71 Hari Kemerdekaan, Indonesia dapat hadiah supermanis dari dunia olahraga. Atlet angkat besi wanita Sri Wahyuni sukses harumin nama negara kita di ajang olahraga terbesar paling bergengsi Olimpiade. Sri meraih medali perak cabang olahraga angkat besi kelas 48 kilogram. Wow! Hebat, kan?

 

Itu medali Olimpiade 2016 pertama lho buat Indonesia. Dapatnya juga langsung di hari pertama Olimpiade di Rio de Janeiro, Brasil, 6 Agustus 2016. Superkids penasaran sama sosok pahlawan masa kini untuk Indonesia ini? Berikut 17 fakta tentang Sri Wahyuni.

 

1. Olimpiade Pertama. Olimpiade adalah kompetisi olahraga internasional yang digelar tiap empat tahun. Bagi Sri, ini pertama kalinya dia bisa dikirim ikutan Olimpiade bareng 27 atlet terbaik Tanah Air. Pada Olimpiade sebelumnya yang berlangsung di London, Inggris tahun 2012, karir Sri sebagai lifter putri belum menonjol. Nggak heran kalau dia juga belum diperhitungkan buat bergabung dengan kontingen Indonesia. 

 

2. Total 192 Kilogram. Bodi Sri nih kekar mungil. Tingginya 147 sentimeter dan berat 47,25 kilogram. Tapi jangan anggap enteng, ya. Dengan bobot segitu, Sri kuat mengangkat beban 192 kilogram, alias empat kali lebih berat dari badannya sendiri. Dalam Olimpiade 2016, beban 192 kilogram itu berupa 85 kilogram snatch dan 107 kilogram clean and jerk. Snatch adalah teknik  mengangkat barbel dengan dua tahap, sedangkan clear and jerk mengangkat langsung tanpa jeda.

 

3. Ngalahin Atlet Andalan. Walah kalah pengalaman, Sri sukses membuat lifter wanita kebanggaan Jepang Hiromi Miyake pulang dengan kecewa. Miyake adalah peraih medali perak kategori yang sama di ajang Olimpiade 2012, dan peringkat ke-6 di Olimpiade 2008. Pada 2006, saat Sri masih bukan siapa-siapa, Miyake udah ikutan World Weightlifting Championships dan dapat perunggu. Dalam Olimpiade 2016 kemarin, prestasi Miyake turun. Dia hanya mampu mengangkat beban 188 kilogram dan mendapat perunggu. Juaranya adalah Sopita Tanasan asal Thailand dengan beban 200 kilogram, selisih delapan kilogram dari Sri.

 

4. Hadiah Rp 2 Miliar. Sebagai atlet pemenang Olimpiade, Sri dapat hadiah berlimpah dari pemerintah. Kementerian Pemuda dan Olahraga udah ngejanjiin, yang dapat medali emas bakal terima bonus Rp 5 miliar, perak Rp 2 miliar, dan perunggu Rp 1 miliar. Plus tunjangan bulanan Rp 20 juta untuk peraih emas, Rp 15 juta perak, dan Rp 10 juta perunggu seumur hidup. Sri pun berhak menerima Rp 2 miliar dan tunjangan Rp 15 juta per bulan. Itu belum termasuk bonus dari pihak lain, lho. Misalnya Pengurus Besar Persatuan Angkat Besi, Binaraga, dan Angkat Berat (PB PABBSI). “Saya gak pernah mikirin bonus. Saya hanya fokus untuk latihan dan meraih prestasi,” kata Sri. Superkids tertarik mau jadi atlet Olimpiade juga?

 

5. Nggak Masuk Proyeksi. Sebetulnya nama Sri udah hampir dicoret tuh dari daftar proyeksi Olimpiade 2016. Satuan Pelaksana Program Indonesia Emas (Satlak Prima), yang ngurusin performa atlet Indonesia di ajang internasional, nggak nyantumin nama Sri. Kemampuan Sri sempat diragukan gara-gara tahun lalu dia nggak pernah menang sama sekali. Pada 2015, Sri pulang tanpa medali dari World Weightlifting Championships 015 di Houston, Texas. Tapi PABBSI yang menaungi cabang olahraga angkat besi berani ngasih garansi. Sri dinilai punya potensi, lalu dilatih lebih giat lagi.

 

6. Tribute to Pak Djoko. Nggak lama setelah medalinya berada di tangan, Sri berterima kasih buat semua yang udah mendukung karirnya. Terutama Djoko Pramono selaku wakil ketua umum PB PABBSI. Pada Sri, Djoko pernah berpesan agar Sri memberi yang terbaik untuk Indonesia. “Medali ini saya persembahkan untuk Pak Djoko, beliau udah seperti bapak saya sendiri. Medali ini juga persembahan saya buat semua orang yang berulang tahun di bulan Agustus, termasuk Indonesia,” kata Sri.

 

7. Kuliah Hukum. Di luar jadwal latihan angkat besi yang padat, Sri sibuk kuliah. Dia tercatat sebagai mahasiswi Fakultas Hukum Universitas Bhayangkara Jakarta Raya (Ubhara Jaya). Sri kuliah di kampus II Ubhara Jaya di kawasan Bekasi Utara. Sekarang kuliahnya udah masuk semester lima. Berkat prestasi yang wow di ajang Olimpiade, Sri dapat beasiswa untuk nerusin S2 dari kampusnya. Asyik!

 

8. Keluarga Sederhana. Sri lahir di Bandung, 13 Agustus 1994. Ia anak sulung pasangan Candiana dan Rosita. Orang tuanya tinggal di sebuah rumah sederhana di Kampung Bojong Pulus, Desa Banjaran Wetan, Kabupaten Bandung. Pintu masuk ke gang rumah ini cuma cukup dilalui satu sepeda motor. Jadi, kalau ada dua motor mau lewat, salah satunya harus menepi biar nggak tabrakan. Di kalangan keluarga, ia biasa dipanggil Eneng. Oleh kawan-kawannya, Sri sering disapa Yuni.

 

9. Sempat Tertarik Maraton. Sebelum fokus berlatih angkat beban, Sri sebetulnya sempat menekuni olahraga lari maraton. Sang ayah Candiana memang mantan pelari jarak jauh, meski hanya tingkat kabupaten. Sri pun jadi tertarik ikutan maraton karena sering lihat ayahnya berlari. Malahan, dia juga sempat ikutan lomba maraton 10 kilometer. Tapi dia akhirnya milih ngikutin adiknya Desi, yang lebih dulu suka latihan angkat besi. Salah satu alasannya, waktu itu masih jarang ada kegiatan lomba lari kayak sekarang.

 

10. Tulang Punggung Keluarga. Yuni nih anak sulung dari empat bersaudara. Adiknya Desi udah berumah tangga dan punya satu anak. Tinggalnya ya di samping rumah orang tuanya di Kampung Bojong Pulus. Dua adik Sri lainnya, Eliana Apriliyanti (13) dan Rangga Arya Suhenda (11), masih sekolah. Tiap bulan, Sri nggak pernah lupa ngirim uang untuk kebutuhan hidup sehari-hari keluarga, maupun biaya pendidikan adik-adiknya. Sri juga sempat menabung untuk membiayai orang tuanya umrah.

 

HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment