Budhia Singh the Marathon Boy

Inget gak, apa yang bisa Superkids lakukan waktu umur empat tahun? Merakit Lego? Menggunakan gadget? Main bareng anjing peliharaan? Budhia Awooga Singh asal India berlari sejauh 65 kilometer dalam waktu tujuh jam dua menit, dari kota Puri ke Bhubaneswar. Asal tahu aja, jarak Jakarta-Bogor sekitar 54 kilometer. Itu berarti, Budhia mampu berlari lebih jauh dari Jakarta ke Bogor, dalam usia masih empat tahun.

 

Nggak heran kalau namanya tercatat sebagai pelari marathon termuda dunia di Buku Rekor Limca tahun 2006. Kisah hidup Budhia juga difilmkan sutradara Bollywood, Soumendra Padhi. Judulnya “Duronto”, yang dalam bahasa Bengali berarti ‘sangat cepat’ atau ‘tanpa istirahat’. Film ini dirilis 2015 dan menang National Award kategori Best Children’s Film. Stasiun televisi HBO dan BBC juga membuat film dokumenter tentang Budhia berjudul “Marathon Boy”. Syutingnya berlangsung lima tahun mulai 2006.

 

Budhia lahir di kota Odisha, India pada 10 Februari 2002 (sekarang usia 12 tahun). Keluarganya sangat miskin. Ayahnya meninggal di usia muda. Merasa gak sanggup menghidupi Budhia sendirian, sang ibu Sukanti Singh menjual Budhia yang masih berusia dua tahun. Seorang pedagang keliling membeli Budhia mungil seharga 800 Rupee atau sekitar Rp 160 ribu. Hiks. Tapi karena tahu putranya sering dikasari, Sukanti minta tolong sama pelatih yudo yang juga pengurus panti asuhan bernama Biranchi Das untuk mengambil Budhia kembali.

 

Biranchi menebus Budhia seharga 800 Rupee. Sejak usia tiga tahun, Budhia pun tinggal bersama Biranchi dan anak-anak yatim piatu lain yang dirawat Biranchi. Nah, suatu hari, Biranchi kewalahan ngurusin Budhia yang suka memberontak. Dia lalu dihukum. Hukumannya berupa lari. Biranchi nggak menyebut Budhia barus lari berapa meter. Dia bahkan sempat lupa. Lima jam kemudian, Biranchi teringat dan kembali. Yang dia lihat, Budhia masih tetap berlari karena belum ada perintah dari Biranchi untuk berhenti. Setelah diperiksa, jantungnya ternyata normal-normal aja meski lari selama berjam-jam.

 

Sejak itu Biranchi melatih Budhia untuk menjadi pelari marathon. Targetnya tercapai setahun kemudian, saat usia Budhia empat tahun. Budhia menyelesaikan lari marathon pertama sejauh 48 kilometer (jarak lomba lari full marathon 42,195 kilometer). Di tahun yang sama, Mei 2006, Budhia ikutan lomba lari marathon berjarak 70 kilometer dari Kuil Lord Jagannath di Puri menuju kantor pusat Central Reserve Police Force (CRPF) di Bhubaneswar. Tapi begitu masuk kota Bhubaneswar, Budhia disarankan oleh dokter untuk berhenti dan istirahat di mobil. Dia saat itu sudah berhasil lari sejauh 65 kilometer. Budhia pun menjadi fenomena dalam dunia olahraga lari yang sekarang makin banyak digemari.

 

Kecil dan populer, Budhia jelas dong jadi kontroversi. Pelatihnya Biranchi dituduh mengeksploitasi anak di bawah umur. Pada 2008, Biranchi ditemukan meninggal dengan luka tembak. Tapi ini nggak ada hubungan dengan usahanya membantu Budhia menggapai impian untuk mendapat medali Olimpiade. Kehidupan Budhia sendiri berubah drastis sejak itu. Dia tinggal di sebuah Sports Hostel milik pemerintah bersama sekitar 144 anak lain. Dia juga mendapat beasiswa bersekolah di Sekolah Negeri DAV di Chandrasekharpur, sebelah utara kota kuil Bhubaneswar, tempatnya mencetak sejarah delapan tahun lalu.

 

Pemerintah India menetapkan, bersekolah adalah prioritas utama untuk Budhia sekarang. Dia nggak dibolehin berlari lebih dari empat kilometer sehari. ”Meski level larinya tinggi, dia kan masih anak-anak,” alasan pelatih atletik Arun Das. Tapi Budhia sendiri tetap menyimpan ambisi untuk kelak meraih medali Olimpiade. “Saya ingin dilatih oleh pelatih yang baik, dan keluar dari sini untuk berlatih bersama pelari lain,” ujarnya pada stasiun berita OTV.

 

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HINDUSTANTIMES

Share to :


Leave A Comment