Where ti Go with Kids in Tana Toraja

Selain Bali, kawasan wisata yang kehidupan masyarakatnya sangat dipengaruhi oleh agama dan tradisi nenek moyang, adalah Tana Toraja. Letaknya di Provinsi Sulawesi Selatan, sekitar delapan jam perjalanan dari kota Makassar. Tana Toraja merupakan salah satu destinasi favorit di kawasan Indonesia Timur. Kalau Superkids suka mempelajari budaya Indonesia dan ingin lihat lebih dekat bagaimana kepercayaan leluhur masih sangat dijaga, mampir deh ke Tana Toraja. Ada beberapa tempat ramah anak yang recommended untuk Superkids kunjungi di sana.

 

Kete Kesu. Ini desa wisata yang paling banyak didatangi turis lokal maupun mancanegara. Di tempat ini, Superkids bisa jalan-jalan melihat tongkonan, sebutan untuk rumah adat Toraja. Pemerintah setempat sengaja membangun deretan tongkonan beserta lumbung padinya. Superkids bisa foto-fotoan karena banyak sudut menarik untuk diabadikan. Selain tongkonan, Kete Kesu juga punya gua yang dimanfaatkan sebagai makam tradisional. Mayat dan peti mati diletakkan begitu saja selama ratusan tahun di dalam sana. Selain itu, tebing-tebingnya dimanfaatkan untuk perkuburan tua. Kalau nyari oleh-oleh, Kete Kesu pun bisa jadi jujugan karena banyak warga sekitar yang menjual berbagai souvenir khas Toraja. Anak-anak bakal suka berada di tempat ini menikmati keindahan tongkonan yang berbatasan langsung dengan persawahan hijau.

 

Londa. Inilah kompleks pemakaman keluarga bangsawan terhormat di Tana Toraja. Kawasan Londa dihiasi tebing-tebing batu, tempat tulang belulang dan tengkorak manusia berserakan, setelah dimakamkan di sana ratusan tahun lalu. Di pinggiran tebing tampak deretan patung kayu manusia, yang disebut tau-tau. Dalam bahasa suku Toraja, tau-tau artinya orang-orangan. Patung ini dibuat dari kayu nangka, dengan bagian mata dari tulang dan tanduk kerbau. Dilarang keras menyentuh, apalagi mengambil bagian-bagian tengkorak itu, ya. Sekarang miniatur tau-tau pun banyak dijual sebagai souvenir. Superkids nggak bakal kesulitan menjelajahi kawasan ini. Kalau suka tantangan, bisa juga masuk ke dalam gua untuk melihat dari dekat tengkorak-tengkorak dan tulang manusia. Terdapat dua gua yang saling terhubung. Meski cukup luas, Superkids harus hati-hati berjalan karena banyak stalagtit yang bisa membentur kepala.

 

Bori Kalimbuang. Lokasinya agak jauh di perbukitan, tapi perlu banget dikunjungi. Bori Kalimbuang merupakan situs purbakala megalith berisi ratusan batu menhir (berdiri) berukuran kecil sampai raksasa. Batu-batu itu sengaja ditanam untuk mengenang orang yang meninggal lewat upacara Rapasan Sapurandan. Ritual pembuatannya sangat panjang, memakan waktu sampai  berbulan-bulan. Yang kemudian ditanam hanya sepertiga dari ukuran asli batu pahatan. Upacara kematian pertama di sana dilakukan pada 1657 dengan 100 ekor kerbau dikorbankan untuk kematian Ne’ Ramba.

 

Batutumonga. Kawasan dataran tinggi Tana Toraja ini menjadi tempat sempurna untuk Superkids menikmati keindahan Tana Toraja. Dari atas sana, Superkids akan melihat hamparan sawah nan hijau, sungai, sawah, deretan tongkonan, serta tebing-tebing batu yang indah. Di sini terdapat sebuah rumah makan sederhana yang berlokasi persis di tempat Superkids bisa melihat Toraja seluruhnya. Di antara jalan-jalan yang berbelok itu, terdapat pula tebing yang dihiasi makam para leluhur.

 

Museum Ne’ Gandeng. Inilah museum yang lokasinya berada tepat di tengah persawahan. Awalnya, tempat ini hanya dimaksudkan untuk menggelar upacara kematian seorang warga bernama Ne’ Gandeng pada 3 Agustus 1994. Semasa hidupnya, beliau dikenal sangat peduli pada lingkungannya. Termasuk mengusulkan listrik masuk desa, dengan biaya yang ia dapat dari menjual kerbaunya. Di Museum Ne’ Gandeng terdapat pondokan berbentuk tongkonan. Rumah adat ini boleh dipakai menginap oleh keluarga dan tamu Ne’ Gandeng yang datang melayat. Meski sebetulnya merupakan aset keluarga, Museum Ne’ Gandeng juga bisa digunakan sebagai tempat upacara adat oleh warga lain.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: ISTOCK

Share to :


Leave A Comment