Boyolangu Temple, A Queen’s Forgotten Temple

Berkunjung ke Candi Boyolangu seakan kita dibawa kembali pada masa kerajaan Majapahit. Meskipun sudah tidak utuh lagi, puing-puing candi ini menjadi saksi sejarah cikal bakal kejayaan Majapahit dimasa lalu.

 

Nama lain Candi Boyolangu adalah Candi Gayatri, namun masyarakat setempat lebih sering menyebutnya sebagai Punden Gilang. Berada di tengah pemukiman penduduk, Candi Gayatri terletak sekitar 2 KM dari Museum Wajakensis atau 6 KM arah selatan kota Tulungagung. Dari jalan utama, kita harus belok ke kanan melewati jalan desa sekitar 500 M sebelum menemukan gapura masuk candi. Candi ini tepatnya berada di dusun Dadapan, desa Boyolangu, kecamatan Boyolangu kabupaten Tulungagung, Jawa Timur.

 

Setelah sekian lama tertimbun tanah, akhirnya candi ini ditemukan kembali oleh masyarakat pada tahun 1914. Candi Boyolangu menggunakan bahan batu bata dengan denah bentuk segi empat dan posisi tangga masuk mengahadap ke barat. Saat ini bangunan Candi Boyolangu sudah tidak utuh lagi atau rusak berat. Sisa bangunan itu terdiri atas sebuah candi induk dan dua candi pengiring atau perwara yang masing-masing berada di kiri-kanannya (utara dan selatan). Candi induk berukuran 11,40 m x 11,40 m, dan ukuran tangga masuknya 2,68 m x 2,08 m. Di atas bangunan candi induk terdapat 11 umpak batu besar terbuat dari batu andesit. 9 umpak berbentuk segi empat, dan 2 umpak berbentuk segi delapan. Candi ini tidak memiliki hiasan relief, tetapi berhias motif yang dikenal sebagai Tapak Dara.

 

Berdasarkan angka tahun yang terdapat pada bangunan umpak-umpak dan Kitab Nagarakertagama, Candi Boyolangu dibangun pada masa pemerintahan Majapahit oleh Raja Hayam Wuruk pada abad XIV (1350 – 1289 M) dengan nama Prajnyaparamitapuri. Candi Boyolangu merupakan tempat pendharmaan (pemakaman) Rajapatni Dyah Gayatri, salah satu permaisuri pendiri kerajaan Majapahit, Sri Kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya. Disinilah tempat abu jenazah Gayatri disimpan. Selain untuk menyimpan abu jenazah Gayatri, pada waktu itu Candi Boyolangu juga digunakan sebagai tempat pemujaan agama Budha. Pada candi induk, sosok Gayatri diabadikan dalam sebuah arca Prajnaparamita dalam ukuran besar. Arca terebut berukuran tinggi 120 cm dengan lebar 168 cm dan tebal 140 cm. Saat ini arca yang kepalanya telah hilang itu ditempatkan di bawah naungan sebuah cungkup tanpa dinding.

Gayatri adalah puteri raja Singhasari terakhir, Kertanegara yang menjadi salah satu permaisuri pendiri kerajaan Majapahit, Sri Kertarajasa Jayawardhana atau Raden Wijaya. Raden Wijaya wafat pada tahun 1309 digantikan oleh putranya dari permaisuri lain, Jayanegara. Pada tahun 1328 Jayanegara mati terbunuh dan menurut Kitab Negarakertagama Gayatri berhak atas tahta tersebut. Karena Gayatri pada waktu itu telah menjadi bhiksuni Budha, Gayatri menyerahkan tahta Majapahit kepada puterinya, Ratu Tribhuana Tunggadewi. Tribhuana Tunggadewi inilah yang melahirkan Hayam Wuruk yang kelak membawa kejayaan kerajaan Majapahit bersama patih Gajah Mada.

 

CANDI BOYOLANGU/CANDI GAYATRI

Buka    : Senin – Jumat            Pk. 08.00 – 02.00 WIB

                Sabtu                       Pk. 08.00 – 02.00 WIB

              Minggu          Tutup

Alamat            : Dusun Boyolangu, Desa Boyolangu

                Kecamatan Boyolangu, Kabupaten Tulungagung, Jawa Timur

 

NURIL MAHMUDI

FOTO: NURIL MAHMUDI

Share to :


Leave A Comment