Uniknya Masjid Muhammad Cheng Hoo

Siapa itu Cheng Hoo? Kenapa masjid ini mengganti kubah dengan atap berbentuk persegi delapan?

Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya dibangun sejak Oktober 2001 dan mulai digunakan Oktober 2002. Inilah masjid bernuansa Tionghoa pertama yang pernah ada di Indonesia, Superkids. Luas tanahnya 3.070 meter dengan bangunan berukuran 21 x 11 meter. Bangunan utama masjidnya sendiri memiliki panjang 11 meter, dan lebar sembilan meter. Warna merah mendominasi masjid berlantai satu ini. “Menurut kepercayaan Tionghoa, merah itu kan simbol keberuntungan,” alasan Wang Jin Shui alias Ahmad Hariyono Ong, Ketua Ta’mir Masjid Muhammad Cheng Hoo Surabaya secara khusus pada Superkids Indonesia.

Simbol-simbol keberuntungan Tionghoa lain bisa dilihat dari bentuk atap masjid yang segi delapan (pat kwa). Angka delapan dalam bahasa Tionghoa disebut fat, yang juga berarti kejayaan dan keberuntungan. Arsitektur masjid sengaja dibuat mirip kelenteng untuk menunjukkan identitas muslim Tionghoa di Indonesia, sekaligus sebagai bentuk penghormatan pada para leluhur yang mayoritas beragama Budha.

Pembuatan masjid ini berawal dari gagasan Liu Min Yuang alias HMY Bambang Sujanto, yang sekarang mejabat sebagai ketua Yayasan Haji Muhammad Cheng Hoo Indonesia (YHMCHI). Rancangan awal bangunan diilhami bentuk Masjid Niu Jie di Beijing. Masjid kuno itu dibangun pada tahun 996 M. Tapi tentu saja bentuk kedua masjid tidak persis sama. Tim Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI), yang memprakarasai berdirinya Masjid Muhammad Cheng Hoo, mengembangkan desain bangunan hingga menjadi seperti sekarang. “Aristeknya orang PITI juga. Namanya Aziz Johan dari Bojonegoro,” ingat Wang.

Masjid Muhammad Cheng Hoo berdiri di pusat Kota Pahlawan, nggak jauh Gedung Balaikota Surabaya. Dia berada satu kompleks dengan gedung PITI Jawa Timur, yang sekaligus merupakan kantor YHMCHI. Pintu masuk masjid terlihat mirip bentuk pagoda, lengkap dengan relief naga dan patung singa berbahan lilin. Bagian depannya dilengkapi ruangan tempat imam memimpin shalat dan khotbah, yang bentuknya mirip pintu gereja. Di sebelah kanan terlihat relief Muhammad Cheng Hoo bersama armada kapal yang digunakan saat mengarungi Samudera Hindia.

Laksamana Muhammad Cheng Hoo adalah muslim Tionghoa, yang menyebarkan ajaran Islam ke berbagai negara, termasuk Indonesia sekitar 600 tahun lalu. Dia berkeliling dunia tujuh kali berturut-turut menggunakan kapal. Selain berdagang, Muhammad Cheng Hoo juga menggunakan kesempatan mampir ke sana-sini untuk menyiarkan Islam. Dia sudah lebih dulu berkelana ke seluruh nusantara sebelum Wali Songo ada.

Wang menegaskan, Masjid Muhammad Cheng Hoo tidak mengkhususkan diri pada aliran tertentu. Pihak YHMCHI membuka diri pada semua pihak untuk bersatu dalam damai. “Bisa jadi yang imam orang NU, yang khutbah orang Muhammadiyah. Itu sudah biasa di sini. Jamaah juga tidak dibatasi hanya yang Tionghoa saja. Semua boleh ikut shalat berjamaah dan beribadah bersama kami,” jelasnya.

Selain digunakan untuk beribadah lima waktu, Masjid Muhammad Cheng Hoo pun difungsikan sebagai tempat pelaksanaan kegiatan keagamaan dan kemasyarakatan. Halamannya yang luas bahkan juga disewakan untuk kegiatan olahraga, seperti basket. Masjid ini menjadi salah satu destinasi wisata kota Surabaya. Pengunjungnya bukan hanya beragama Islam. Mereka datang dari dalam maupun luar negeri.

Di Indonesia kini terdapat tiga Masjid  Muhammad Cheng Hoo, Superkids. Setelah Surabaya, PITI membangun lagi masjid serupa di Palembang. Masjid bernama lengkap Masjid Al Islam Muhammad Cheng Hoo Sriwijaya Palembang itu dikelola PITI Sumatera Selatan. Sedangkan Masjid Cheng Hoo  Pandaan, Pasuruan dibangun oleh Pemerintah Kabupaten Pasuruan sebagai salah satu pusat beribadah dan ikon baru pariwisata setempat.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: GETTY IMAGES

Share to :


Leave A Comment