Iklim Berubah, dan Kita?

Institut Francais Indonesia (IFI) gelar Pesta Sains 2015 di sembilan kota.

We do not inherit the Earth from our Ancestors. We borrow it from our children.” Kutipan terkenal dari mulut David Brower itu mewakili pesan yang ingin disampaikan IFI dalam program Fete de la Science alias Pesta Sains 2015. Acara digelar besar-besaran sejak akhir Agustus sampai Desember 2015. Kegiatan budaya ilmiah ini ditujukan untuk anak SD sampai mahasiswa. Diharapkan, usaha menyadarkan publik tentang pentingnya melindungi Bumi akan tersebar merata ke berbagai lapisan usia. 

Dibuka di Galeri AJBS Surabaya, kegiatan bertema “Perubahan Iklim” ini akan berlanjut ke delapan kota lain Indonesia. Yaitu tiga jaringan IFI (Bandung, Jakarta, Jogjakarta), dua Alliances Francaise (Bali dan Medan), beberapa Warung Prancis (WP), serta mitra sekolah dan perguruan tinggi di sembilan kota (Bandung, Jakarta, Jombang, Jogjakarta, Makassar, Malang, Medan, Surabaya dan Bali).

2014 lalu, acara serupa sukses digelar mengusung tema “Bencana Alam” bertajuk “La Terre en colere” alias “Amarah Bumi.” Kali ini, tema “Perubahan Iklim” dipilih seiring persiapan pelaksanaan KTT Iklim “Paris Climat” 2015 atau Conference of the Parties (COP) 21 di Paris, Prancis, 30 November sampai 11 Desember 2015.

“Perubahan iklim itu kan tema yang sangat universal dan terjadi di mana-mana. Nggak hanya di Indonesia, melainkan seluruh belahan dunia,” alasan Direktur IFI Surabaya Véronique Mathelin, ditemui Superkids Indonesia saat persiapan pembukaan Pesta Sains 2015 di Galeri AJBS Surabaya.

Acara utama Pesta Sains adalah pameran interaktif bertajuk “Iklim Berubah, dan Kita?” oleh Escape Mendes France (EMF), sebuah pusat sains, teknik dan industri yang berpusat di Poitiers, Prancis. Pameran ini dibuka untuk umum tanpa dipungut biaya. Tutor Science EMF Antoine Vedel terbang langsung ke Indonesia khusus untuk pameran ini. Antoine mengingatkan, ada  bahaya besar yang mengancam Bumi sekarang. Satu hal mengerikan yang paling ditakutkan adalah terjadinya gelombang panas akibat peningkatan suhu Bumi. Ini bisa membuat gunung-gunung es meleleh dan volume air laut meningkat. Antoine pun menunjukkan berbagai fenomena iklim yang ekstrem melalui panel, maket, alat peraga maupun video. “Sudah terlalu banyak polusi yang kita ciptakan di Bumi,” simpulnya prihatin.

Lalu, apa yang bisa kita lakukan untuk mengurangi dampak buruk perubahan iklim? Semua bisa dimulai dari hal-hal kecil yang kita lakukan sehari-hari, Superkids. Intinya, hemat energi. Mulai mematikan air kran saat menggosok gigi, mematikan lampu yang tidak digunakan, dan menggunakan alat transportasi bersama. Di Poitiers, Antoine sendiri sudah berusaha memakai baju hangat daripada harus menyalakan mesin penghangat ruangan. Idealnya, rumah juga dibangun dengan konstruksi yang bisa menyeimbangkan suhu udara. Bahannya nggak menyerap panas sekaligus hawa dingin, sehingga penghuni nggak bakal kepanasan maupun kedinginan.

Antoine optimis, nggak ada skenario buruk yang bakal terjadi di Bumi. “Bila hal kecil dilakukan bersama-samam oleh banyak orang, hasilnya akan terlihat besar,” yakin ilmuwan yang baru kali pertama berkunjung ke Indonesia ini.

Pameran “Iklim Berubah, dan Kita?” di Surabaya berlangsung 28 Agustus-12 September 2015, berlanjut ke Jogjakarta (19 September-4 Oktober 2015), Bandung (10-24 Oktober 2015) dan berakhir di Jakarta (14-28 November 2015). Mampir ya, Superkids!

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment