Lukisan Art for Autism Terjual Rp 2 Juta

Tiga pelukis penyandang autisme dari Jakarta, Solo dan Bandung pamerkan karya terbaik di Surabaya.

Bertema “Ibu”, lukisan mereka dipajang di Cafe 1910 Balai Adhika, Hotel Majapahit Surabaya pada 2-5 April 2015. Ada 17 karya Burhanudin Muslim Rabbani (Aan) asal Bandung, enam milik Gary Solaeman asal Jakarta, dan 15 lukisan Ivan Ufuq Isfahan asal Solo plus dua hasil kolaborasinya dengan sang bunda. Kegiatan Art for Autism 2015 yang digelar Yayasan Advokasi Sadar Autisme (ASA) Surabaya ini merupakan uyaya mendekatkan wacana peduli autisme pada publik.

Para kolektor pun bisa mengoleksi karya-karya Gary, Aan dan Ivan. Aan sebelumnya berpameran di kantor pusat PT Medco Jakarta, open house SMP Temara Ilmu Bandung, dan Galeri Titik Orange Bandung yang dibuka pakar seni ITB, Prof Dr Primadi Tabrani. Tujuh lukisannya pernah diborong pengusaha Arifin Panigoro. Sementara Ivan sebelumnya pernah berpameran bersama sang bunda di Balai Soedjatmoko Surakarta. Di Surabaya, ia memajang dua lukisan hasil kolaborasi mereka berjudul “Blue Ribbon” dan “Girl in Silver-Choco Shirt”.

Bagi Gary, yang lukisannya baru dipajang 4 April 2015 karena baru tiba, ini merupakan pameran perdananya. Salah satu goresan putra Kepala Sekolah National Montessori School Jakarta, Ellen H Solaeman itu justru terjual seharga Rp 2 juta. Pembelinya bernama Mr Yan dari Jakarta  “Sebagian hasil penjualan didonasikan Gary ke Yayasan ASA. Dana itu nanti juga akan digunakan untuk pelaksanaan program sadar autisme. Misalnya pelatihan gratis guru pendamping (shadow teacher) buat murid penyandang autis,” jelas Vika Wisnu, Pendiri Yayasan ASA pada Superkids Indonesia.

Penjualan bukan semata bertujuan mengumpulkan rupiah. Main goal-nya justru untuk memberi wawasan pada masyarakat luas, bahwa penyandang autis pun punya karya nyata di bidang seni, yang layak diapresiasi. Pameran juga menampilkan lukisan Dewi Candraningrum, ibunda Ivan yang memang seorang pelukis. Dia memajang empat karya, berjudul “Black-Choco Sasmita”, “Green Ribbon”, “Girl in Pink Shirt” dan “Orange Ribbon”.

Peraih gelar doktor dari Universitaet Muenster, Jerman ini setiap hari mendampingi Ivan menggambar. Dalam satu hari, Ivan bisa membuat lebih dari 15 sketsa, yang kebanyakan bertema perdamaian, kasih dan cinta. Lukisan Ivan sendiri jelas menunjukkan kedekatannya dengan sang bunda. Dalam pameran bertema “Ibu” itu, ia banyak menampilkan sepatu dan aksesoris wanita, yang bisa jadi milik Dewi. Seperti dalam lukisan “Sepatu Mirah Ibu”, “Her Blue Shoes”, “Her Golden Shoes”, “Gelung Ibu”, “Kerudung Mirah”, “Her Guitar” dan “Her Harpa”.

Pameran lukisan ini merupakan pembuka rangkaian Art for Autism 2015 yang digelar Yayasan ASA. Khusus acara di Hotel Majapahit Surabaya, peserta dibatasi penyandang autis berusia remaja, bukan anak-anak. Ivan yang kini sekolah di Pusat Pengembangan dan Latihan Rehabilitasi Para Cacat Bersumberdaya Masyarakat (PPRBM) Prof Soeharso Surakarta berusia 15 tahun. Aan berusia 19 tahun dan menempuh pendidikan di sekolah umum dengan guru pendamping. Sedangkan Gary yang juga jago main bass itu berusia 17 tahun. Ia tercatat sebagai mahasiswa International Design School (IDS) Jakarta, tempat ia belajar membuat animasi untuk film dan web.

“Kami ingin menyampaikan bahwa jumlah penyandang autisme usia remaja meningkat karena ini bukan penyakit mematikan. Jumlah terbesar adalah anak kelahiran 1996 -2000. Toh begitu mereka bisa tumbuh dengan autistiknya dan berkarya,” alasan Vika.

Pada acara Art for Autism 2015 di Grand City Mall and Convex, 30 April sampai 3 Mei 2015 mendatang, peserta lebih beragam. Sedikitnya akan ada 60 karya para penyandang autisme dari  berbagai usia, yang dikumpulkan dari sekolah-sekolah inklusi dan therapy center di sekitar Surabaya. Vika berharap, kampanye peduli autisme ini akan mendapat sambutan positif dari masyarakat. “Agar jangan penyandang autisme saja yang dituntut menyesuaikan diri dengan masyarakat umum. Alangkah indahnya bila masyarakat umum juga memahami tentang autisme,” ujar penyiar program “Bincang Buku” di Sindo Radio Surabaya ini.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment