Mainan Cerdas Tidak Harus Mahal

Tidak semua permainan cocok untuk setiap anak.

Mampir ke toys store mungkin kegiatan yang paling ditunggu-tunggu si kecil. Ada begitu banyak mainan tersedia, walau belum tentu sesuai untuk perkembangan mereka. Ini tugas kita sebagai orangtua untuk mendampingi anak memilih mana mainan yang bisa menunjang kecerdasannya, Supermom.

Menurut dr Meta Herdiana Hanindita SpA dari RSUD Dr Soetomo Surabaya, ada beberapa hal yang perlu kita perhatikan sebelum membeli mainan anak. Pertama, pilih mainan sesuai usia buah hati. Perusahaan-perusahaan mainan ternama melibatkan para ahli dalam mencari tahu, bentuk permainan seperti apa yang bisa dimainkan anak di tiap jenjang usianya. Jadi, sebelum membeli, perhatikan dulu tulisan dalam kemasan mainan. “Biasanya akan tertera usia yang pas untuk mainan itu,” ingat Meta.

Demi keamanan, kita pun wajib memerhatikan ukuran mainan untuk toddler. Pastikan memilih yang berukuran besar agar tidak gampang dimasukkan ke mulut, hidung dan telinga. Pastikan juga tidak ada bagian dari mainan yang berukuran kecil dan bisa terlepas. Meta, yang baru saja meluncurkan buku parenting kedua berjudul “Play and Learn; Mendampingi Anak usia 0-4 Tahun Belajar Sambil Bermain”, mengingatkan betapa balita sangat suka bereksplorasi. Salah satu caranya adalah memasukkan benda ke dalam mulut, yang nggak ia sadari bahayanya. “Kalau anak usia 5 tahun ke atas dan sudah mengerti, boleh dikasih mainan berukuran kecil asal nggak bersudut tajam,” saran Meta.

Ibu satu anak ini tidak merekomendasikan permainan elektronik untuk anak di bawah dua tahun. Pun setelah dua tahun, video game maupun aplikasi permainan di gadget, sebaiknya dibatasi penggunaannya per hari. Salah satu alasannya, pengetahuan terbaik didapatkan balita melalui interaksi permainan dengan manusia, bukan layar monitor. “Yang jelas, jangan paksa anak menyukai permainan tertentu. Dia mungkin punya selera sendiri yang berbeda dengan orangtuanya. Bila ada permainan yang kita yakini bagus untuknya, kita bisa memperlihatkan seperti apa sih cara mainnya. Kita juga bisa ikut bermain bersama anak agar dia lebih tertarik,” kata perempuan asal Bandung ini. 

Meta menegaskan, mainan mahal belum tentu bagus untuk anak. Mainan populer pun belum tentu cocok untuk semua anak. Dia sendiri sudah membuktikan bahwa permainan cerdas tidak butuh banyak biaya. Meta memanfaatkan barang-barang yang ada di sekitarnya menjadi mainan untuk buah hati Arshiya Nayara Avanisha Nugroho (Naya), yang kini berusia empat tahun.

Misalnya, karton bekas, sisa kain felt dan tali kur. Ia mengajak Naya bersama-sama membuat permainan untuk bonding time. Selama crafting bersama ini, Naya sempat bercerita soal teman-temannya di sekolah, tentang makanan kesukaannya, sampai memamerkan lagu baru yang ia hafal. “Itu benar-benar menstimulasi kemampuan interaksi sosial dan bahasanya deh. Selain bonding time, saya juga melatih Naya menggunakan gunting, mengelem, sampai mengajarkan warna dan bentuk yang bisa dipakai untuk menstimulasi kemampuan kognitifnya,” kenang Meta.

Lalu, bagaimana dengan mainan untuk anak usia sekolah? Wah, mereka sih jelas sudah bisa melakukan aktivitas permainan yang lebih kompleks atau rumit. Usahakan untuk tetap mencari mainan yang nggak cuma fun, tapi juga dapat menstimulasi kemampuannya. Permainan edukasi terbaik untuk anak usia sekolah adalah permainan di mana dia dapat belajar sesuatu tanpa menyadari kalau dia sedang belajar. Seperti mempelajari matematika saat permainan monopoli.

Iya sih, tidak semua anak sama. Di usia sekolah, kepribadian masing-masing anak makin terlihat. Maka, pilih mainan yang menarik untuk dia, sekaligus bisa membantu mengembangkan potensinya. Apa saja?

1. Board Games atau Mainan Strategi.

Pada usia ini, anak mulai menyukai permainan dengan aturan bersama teman dan keluarga. Permainan strategi dapat menstimulasi kemampuan sosial, bekerjasama, perencanaan, bahkan matematika. Daya ingat dan kemampuan membaca pun bisa dilatih menggunakan mainan jenis ini. “Kalau pakai dadu, anak kan otomatis akan belajar berhitung tambah-tambahan,” Meta mencontohkan.

2. Komputer dan Video Games.

Ada banyak sekali aplikasi permainan edukatif berbayar maupun free. Mulai mengajarkan matematika, membaca, sains, bahasa, sampai memecahkan masalah. Aneka permainan ini dapat melatih motorik halus anak, kemampuan perencanaan, memecahkan masalah dan bekerjasama.

3. Puzzle.

Ini nggak kalah seru. Menyelesaikan puzzle atu jigsaw bisa melatih kemampuan visual anak, motorik halus, kesabaran, ketelatenan serta kemampuan mencari solusi.

4. Mini Blocks.

Selain mengenalkan bentuk dan warna, bongkar pasang bisa mengasah imajinasi, kreativitas dan ketelatenan anak dalam berkarya. Mini blocks menuntut anak agar bisa mengomunikasikan idenya secara visual. “Kalau dia membayangkan bentuk robot, maka dia harus mencari cara merakit robot itu menggunakan blocks yang ukurannya kecil-kecil. Jadi, kesabarannya teruji dan kemampuan dia memecahkan masalah juga terlatih,” ucap penulis buku “Dont Worry to be a Mommy!” ini.

5. Olahraga.

Yup, olahraga juga dapat mengajarkan anak tentang kerjasama tim, melatih kemampuan motorik kasar, serta mengajarkan sportivitas. Bonusnya, anak juga akan lebih bugar, sehat dan bertenaga!

Dan jangan lupa untuk mengikuti LOZ Art Festival 6-12 Juli  2015, di Mall Ciputra World Surabaya. Di sini Superkids bisa bermain dan berkompetisi dengan mini blocks.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: 123RF

Share to :


Leave A Comment