Seven Habits of Happy Superkids

Anak bahagia konon hanya bisa dimiliki oleh ibu yang juga bahagia. Happy mom, happy kids -begitu tagline yang dipakai di mana-mana. Anak bahagia juga bisa dibentuk dari kebiasaan Superkids sehari-hari di rumah. Sean Covey, dalam bukunya “The 7 Habits of Happy Kids” yang laris di seluruh dunia, memaparkan tujuh kebiasaan yang akan membentuk karakter anak bahagia. Wah, Superparent wajib mencoba, nih 🙂

 

1. Jadilah Proaktif. Sangat penting mengajari Superkids agar bertanggung jawab atas hidup mereka sendiri. Atas kesenangan maupun rasa bosan mereka, juga atas kebahagiaan maupun kesusahan mereka. Dorong anak berhenti berperan sebagai korban, yang suka menyalahkan sana-sini atas kejengkelan yang dia rasakan. Misalnya, saat Superkids bosan melewati rutinitas itu-itu aja. Ajak dia untuk proaktif menciptakan kesenanganya sendiri. Cari dan lakukan sesuatu yang bakal menghilangkan rasa bosan. Misal, coba kerjakan hal baik untuk orang lain tanpa diminta. Atau, Coba lakukan sesuatu yang baru hari ini, sesuatu yang sebelumnya Superkids takut lakukan (angkat tangan di kelas, mungkin?).

 

2. Mulai dengan Membayangkan Hasil Akhir. Ini adalah kebiasaan tentang visi, atau menyusun rencana. Superparent perlu menjelaskan, betapa membuat rencana lebih dulu sebelum bertindak akan selalu menuntun Superkids menuju hal-hal baik. Entah itu berkaitan dengan uang, keinginan, sekolah, maupun cita-cita jangka pendek. Lebih bagus lagi bila rencana itu dicatat agar semakin diingat. Langkah kecil untuk memulainya bisa dilakukan dengan meminta Superkids menyiapkan seragam sekolah besok, sebelum tidur malam nanti.Atau minta Superkids bercerita, ingin jadi apa dia saat besar. Semua orang punya sesuatu untuk diperbaiki, seperti merawat hewan peliharaan, menepati janji, atau membersihkan kamar. Ajak Superkids memilih salah satu untuk diperbaiki dan mulai melakukannya hari ini.

 

3. Dahulukan yang Utama. Mendahulukan hal utama biasanya sulit. Orang dewasa pun lebih suka mendahulukan hal-hal yang mudah untuk dilakukan. Tapi, kalau Superparent nggak mengajarkan Superkids untuk menahan diri bersenang-senang sebelum mengerjakan yang sulit, mereka mungkin akan terlambat atau sama sekali nggak belajar tentang arti disiplin dan tanggung jawab. Dorong Superkids menyelesaikan tugas rumah maupun sekolah dari yang tersulit. Atau, pikirkan sesuatu yang selama ini ia tunda-tunda terus. Bisa jadi menata ulang kamarnya, memompa ban sepeda, merapikan laci meja, dan lain-lain. Minta dia melakukannya sekarang juga!

 

4. Berpikir Menang-Menang. Inilah kebiasaan mental terbesar yang bisa Superparent ajarkan. Yaitu bagaimana memikirkan kepentingan atau kebahagiaan orang lain di samping kepentingan dan kebahagiaan kita sendiri. Dengan kata lain, jangan mau menang sendiri dan jangan mau enaknya sendiri. Coba deh ajak Superkids menjalani sehari penuh tanpa menggerutu, merajuk, atau mengasihani diri. Kalau lagi ribut bertengkar rebutan sesuatu dengan teman atau saudara, coba ajak dia berpikir, “Bagaimana aku bisa membjuatnya senang juga?’. Yang paling baik lagi adalah membuat Poster Keinginan. Mulai dengan menarik garis di tengah. Di sisi kiri, Superkids bisa tulis apa saja yang dia inginkan (tidur siang lebih lama, punya kotak hamster baru, dan sebagainya). Lalu, di sisi kanan, Superparent bisa tulis apa yang diinginkan untuk dilakukan oleh Superkids (bangun pagi lebih awal, buang sampah, main gadget 30 menit saja, dan seterusnya). Bekerja samalah untuk membuat keinginan Superkids maupun Superparent menjadi kenyataan. Dengan begitu, semua akan senang. Ini yang dimaksud dengan Berpikir Menang-Menang.

 

5. Berusaha Memahami Terlebih Dahulu, Baru Dipahami. Di sekolah, anak diajarkan membaca, menulis, berhitung, dan berbicara. Tapi tidak diajarkan cara mendengarkan, keterampilan berkomunikasi yang sangat penting. Mendengarkan dengan telinga saja belum cukup, sebab hanya 10 persen komunikasi yang berwujud kata-kata. Sisanya datang dari bahasa tubuh, serta nada dan perasaan yang tercermin dari suara. Jadi, mendengar yang baik itu melibatkan telinga, mata, serta hati. Superparent bisa melatih Superkids memiliki kebiasaan ini dengan mencoba diam satu jam penuh. Minta dia mengamati orang-orang di sekelilingnya dan dengarkan baik-baik, amati apa yang mereka katakan. Dengarkan sebelum bicara. Superkids juga bisa melatih skill ini dengan mencontoh seseorang yang menurutnya adalah pendengar atau teman curhat ternyaman. Bisa jadi nenek, sahabat, atau ayah. Pelajari, apa ya yang bisa membuat mereka menjadi pendengar yang baik?

 

6. Wujudkan Sinergi. Hargai perbedaan dan coba bekerja sama untuk mendapatkan hasil lebih baik, daripada yang bisa dikerjakan sendirian. Penulis hebat Helen Keller pernah bilang, “Sendirian kita hanya mampu berbuat sedikit. Bersama kita akan mampu berbuat lebih banyak.” Superparent bisa mengawali ini dengan mengajak Superkids menuliskan tiga hal yang mahir dia lakukan dan tiga hal yang mahir dilakukan adiknya. Itu akan memberinya gambaran tentang pembagian tugas sebagai tim, sesuai kemampuan masing-masing. Saat menonton pertandingan basket, Superparent bisa mendiskusikan sama-sama dengan Superkids, apa yang membuat tim andalan kalah? Bagaimana tadi tim lawan mampu bekerja sama dengan hebat sebagai sebuah tim?

 

7. Mengasah Gergaji. Anak-anak maupun orang dewasa merasa lebih nyaman kalau merasa seimbang. Nggak melulu kerja, nggak terus-terusan belajar. Semua perlu meluangkan waktu untuk menyeimbangkan hati, tubuh, pikiran, dan jiwa. Sama seperti mobil yang punya empat roda, manusia pun memiliki empat bagian yang membentuk dirinya. Tubuh, hati, pikiran, dan jiwa sama-sama perlu waktu dan perhatian. Konsep kebiasaan Mengasah Gergaji adalah tentang bagaimana menemukan keseimbangan empat bagian itu. Jangan terlalu sibuk sampai gak ada waktu untuk mengasah gergaji. Langkah kecil mengawalinya bisa dengan tidur lebih awal dua malam berturut-turut. Lalu, rasakan gimana nyamannya saat bangun pagi! Atau, sempatkan mengajak Superkids jalan-jalan ke alam terbuka yang disukai. Entah pantai, pegunungan, atau taman. Saat bersantai di sana, minta Superkids memikirkan semua hal yang membuatnya bahagia. Itu bisa opa, balasan e-mail dari sahabatnya di luar negeri, anjingnya, atau bermain kejar-kejaran dengan teman.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: ISTOCK

Share to :


Leave A Comment