Yunus and the Giant Fish

Bagaimana ya rasanya tinggal di dalam perut ikan? Sempit atau lapang? Tenang atau berguncang? Dingin atau hangat? Ternyata, salah satu nabi pernah mengalaminya. Nabi Yunus AS sempat berada di dalam perut ikan besar. Pengalaman dahsyatnya berawal dari keputusan Nabi Yunus meninggalkan Negeri Ninawa (sekarang Irak), tempat ia diutus untuk mengajak penduduknya beriman kepada Allah SWT.

 

“Kami tidak mau mendengar omonganmu!” teriak penduduk Ninawa, menolak ajaran yang dibawa Nabi Yunus. Mereka memilih tetap mengikuti tradisi nenek moyang, yaitu menyembah berhala. Nabi Yunus sangat sedih dan marah. Dia pun pergi meninggalkan Ninawa. Tiba-tiba langit berubah gelap, angin bertiup sangat kencang, dan gemuruh terdengar keras menggelegar. Para penduduk ketakutan. Mereka menangis memohon ampun kepada Allah, sadar bahwa apa yang dikatakan Nabi Yunus ternyata benar.

 

Nggak lama setelah itu, suasana alam kembali seperti semula. Langit terang dan tenang, tidak ada lagi angin kencang dan suara gemuruh. Allah Yang Maha Pengampun telah menerima taubat penduduk Ninawa. Tapi di mana Nabi Yunus berada? Ia sudah berjalan sangat jauh dan sampai di pelabuhan. Nabi Yunus melihat sebuah kapal penuh muatan yang siap-siap berangkat. Ia naik ke atas kapal dan ikut berlayar.

 

Di tengah laut, ombak yang tadinya tenang mendadak berubah kencang. Angin topan dan gelombang besar datang mengguncang kapal. Hanya ada satu cara untuk bertahan, yaitu mengurangi beban kapal. Barang-barang pun dibuang ke laut. Tapi cuaca buruk tetap mengancam nyawa para penumpang. Mereka lalu sepakat mengundi. Nama penumpang yang keluar berarti harus meninggalkan kapal. “Yunus,” nahkoda membaca hasil undian pertama. “Yunus,” undian kedua. Dan “Yunus,” lagi hasil undian ketiga.

 

Nabi Yunus yakin, semua terjadi atas izin Allah. Maka, dia berdoa sebelum menceburkan diri ke dalam air laut. Topan yang tadinya begitu mengerikan, tiba-tiba menghilang. Ombak yang tadinya tinggi dan kencang, berubah tenang. Kapal kembali berlayar dengan aman, sementara Nabi Yunus berenang di lautan. Lalu dia menyadari, sesuatu yang besar, sangat besar, bergerak mendekatinya. Ternyata ikan! Ikan raksasa itu membuka mulut lebar-lebar dan menelan Nabi Yunus hidup-hidup.

 

Di dalam perut ikan, Nabi Yunus terus berdoa, memohon ampunan dan pertolongan Allah Yang Maha Kuasa. “Tidak ada Tuhan selain Engkau, Ya Allah. Sesungguhnya aku termasuk orang yang menganiaya diri sendiri,” doa Nabi Yunus. Allah mengabulkan doanya. Setelah berhari-hari hidup di dalam perut ikan, Nabi Yunus pun terlempar keluar. Ia terdampar di sebuah daratan tandus dalam kondisi badan yang lemah dan sakit. Dengan rahmat-Nya, Allah menumbuhkan pohon labu di dekat Nabi Yunus untuk dia makan buahnya.

 

Setelah sehat dan kembali bugar, Nabi Yunus tahu harus ke mana. Ia kembali menemui umat yang ditinggalkannya di Niwana. Saat tiba di sana, Nabi Yunus pun terkejut. Penduduk Niwana yang berjumlah ratusan ribu itu telah bertaubat. Mereka tidak lagi menyembah patung, melainkan hanya Allah SWT. Mereka telah menjadi orang-orang beriman, seperti yang diupayakan Nabi Yunus selama ini.

 

Kisah Nabi Yunus di dalam perut paus tercantum dalam Al Quran, Surat Al-Shaffat ayat 139-148. “Dan sungguh, Yunus benar-benar termasuk salah seorang rasul, (ingatlah) ketika dia lari ke kapal yang penuh muatan. Kemudian dia ikut berundi, ternyata dia termasuk orang-orang yang kalah dalam undian. Maka dia ditelan oleh ikan besar dalam keadaan tercela. Maka sekiranya dia tidak termasuk orang yang banyak berdzikr (bertasbih) kepada Allah, niscaya dia akan tetap tinggal di perut (ikan itu) sampai hari berbangkit. Kemudian Kami lemparkan dia ke daratan yang tandus, sedang dia dalam keadaan sakit. Kemudian untuk dia Kami tumbuhkan sebatang pohon dari jenis labu. Dan Kami utus dia kepada seratus ribu orang atau lebih, sehingga mereka beriman, karena itu Kami anugerahkan kenikmatan hidup kepada mereka hingga waktu tertentu.”

 

HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI: SUPERKIDS INDONESIA  

Share to :


Leave A Comment