The History of Book

Taukah kamu, buku yang kita baca saat ini telah mengalami perjalanan sejarah yang sangat panjang. Seperti apa wujud buku dari masa ke masa, yuk simak sejarah buku selengkapnya!

 

Buku adalah kumpulan kertas atau bahan lainnya yang dijilid menjadi satu pada salah satu ujungnya dan berisi tulisan atau gambar. Setiap sisi dari sebuah lembaran kertas pada buku disebut sebuah halaman.

 

Buku berkembang seiring dengan perjalanan peradaban manusia. Dari bentuk lembaran-lembaran papyrus yang paling sederhana, kini buku telah mengalami evolusi menjadi buku elektonik (e-book). Berikut beberapa catatan sejarah penting mengenai perkembangan buku.

 

Mesir merupakan pelopor peradaban dalam bidang literasi, karena Mesir telah mengenal tulisan lebih dahulu dibandingkan bangsa lain. Mesir adalah bangsa pertama yang mengenal tulisan yang disebut Hieroglif. Tulisan bangsa Mesir kuno ini berupa gambar-gambar. Mereka menulis pada batu-batu dan gulungan kertas papyrus. Kertas dari bahan payrus ini ditemukan pada sekitar tahun 2400 SM. Papyrus adalah sejenis tumbuhan yang tumbuh di tepian sungai Nil. Tulisan-tulisan di kertas papyrus berbentuk gulungan inilah yang menjadi bentuk awal buku kuno.

 

Selain Mesir, bangsa Romawi juga menggunakan papyrus sebagai media untuk menulis. Gulungan papyrus ini bisa mencapai puluhan meter sehingga merepotkan orang yang akan menulis maupun yang membacanya. Oleh karena itu, gulungan papyrus ini akhirnya dipotong-potong menjadi beberapa bagian. Gulungan papyrus terpanjang terdapat di British Museum di London yang mencapai 40,5 meter.

 

Selanjutnya gulungan papyrus digantikan oleh lembaran kulit domba terlipat yang dilindungi oleh kulit kayu yang keras yang dinamakan codex. Bangsa Timur Tengah menggunakan kulit domba yang disamak dan dibentangkan. Lembar ini disebut pergamenum yang kemudian disebut perkamen, artinya kertas kulit. Perkamen lebih kuat dan lebih mudah dipotong dan dibuat berlipat-lipat sehingga lebih mudah digunakan. Inilah bentuk awal dari buku yang berjilid.

 

Di Cina dan Jepang, perubahan bentuk buku gulungan menjadi buku berlipat yang diapit sampul berlangsung lebih cepat dan lebih sederhana. Bentuknya seperti lipatan-lipatan kain korden atau akordion. Buku-buku kuno itu semuanya ditulis tangan. Awalnya yang banyak diterbitkan adalah kitab suci, seperti Al-Qur’an yang dibuat dengan ditulis tangan.

 

 

Di Tiongkok, pada tahun 105 Masehi, Ts’ai Lun telah menciptakan kertas dari bahan serat yang disebut hennep. Serat ini ditumbuk, kemudian dicampur dan diaduk dengan air hingga menjadi bubur. Setelah dimasukkan ke dalam cetakan, buku di jemur hingga mengering. Setelah mengering, bubur berubah menjadi kertas.

 

Pada tahun 751, pembuatan kertas telah menyebar hingga ke Samarkand, Asia Tengah, dimana beberapa pembuat kertas bangsa Tiongkok menjadi tawanan bangsa Arab. Setelah kembali ke negerinya, Bangsa Arab memperkenalkan teknik pembuatan kertas ini kepada bangsa Morris di Spanyol. Tahun 1150, dari Spanyol, teknik ini menyebar ke Eropa. Pabrik kertas pertama di Eropa dibangun di Perancis, tahun 1189, lalu di Fabriano, Italia tahun 1276 dan di Jerman tahun 1391. Berkat ditemukannya pembuatan kertas inilah maka pembuatan buku di beberapa belahan dunia semakin berkembang.

Di Jerman, babak baru perkembangan buku mengalami revolusi yang signifikan ketika Gutenberg membuat mesin cetak pada abad ke-15. Gutenberg telah berhasil mengatasi kesulitan pembuatan buku yang dibuat dengan tulis tangan yang digantikan dengan pencetakan buku dengan huruf-huruf logam yang terpisah. Huruf-huruf itu disusun menjadi kata atau kalimat. Selain itu, Gutenberg juga melengkapi ciptaannya dengan mesin cetak. Karena mesinnya kecil dan jumlah huruf yang digunakan terbatas, proses untuk menyelesaikan satu buah buku diperlukan waktu yang lama. Namun demikian, mesin Gutenberg mampu menggandakan cetakan dengan cepat dan jumlah yang banyak. Teknik cetak yang ditemukan Gutenberg ini bertahan hingga abad ke-20 sebelum akhirnya ditemukan teknik cetak yang lebih sempurna, yakni pencetakan offset, yang ditemukan pada pertengahan abad ke-20.

 

Seiring dengan perkembangan teknologi informasi, kini kita tak perlu lagi membawa buku bertumpuk-tumpuk saat bepergian dengan adanya buku versi digital atau buku elektronik atau lebih dikenal dengan e-book. Dengan format digital ini, kita bahkan dapat membawa ratusan buku layaknya membawa perpustakaan dalam genggaman. Proses pembelian e-book ini biasanya dilakukan secara daring (online) sehingga kita tak perlu lagi repot-repot pergi ke toko buku, karena file telah tersimpan pada suatu server yang dapat diakses dan diunduh oleh siapapun yang membelinya. Untuk mengakses e-book ini diperlukan perangkat elektronik yang tersambung dengan jaringan internet, seperti laptop, komputer, ponsel pintar, tablet atau Kindle e-book reader.

 

Perkembangan teknologi memungkinkan buku berkembang sampai saat ini sesuai dengan perkembangan jaman. Kini kalian mempunyai banyak pilihan untuk membaca buku, baik buku fisik maupun versi digitalnya. Buku apapun yang dipilih semoga dapat menambah pengetahuan dan meningkatkan minat baca kalian, Superkids!

 

NURIL MAHMUDI

FOTO: Freepik

Share to :


Leave A Comment