Suri Ikun, Pemuda Pemberani dari Pulau Timor

Hidup bersama 13 saudara, hanya Suri Ikun yang sosoknya melekat sampai sekarang.

Ini legenda dari Pulau Timor di Nusa Tenggara Timur. Dulu, ada sebuah keluarga besar yang tinggal di sana. Pasangan suami istri yang tidak diketahui namanya itu punya 14 orang anak. Yup, 14. Jumlah yang sangat besar dan berlipat-lipat dari kebanyakan keluarga sekarang ya, Superkids. Tujuh di antara mereka laki-laki, tujuh lainnya perempuan. Sehari-hari mereka hanya mengandalkan hidup dari hasil berladang. Meski memiliki ladang yang cukup luas, kebutuhan pangan keluarga tidak juga bisa tercukupi. Itu gara-gara kehadiran babi hutan yang suka merusak tanaman mereka.

Solusinya, harus ada yang stand by mengawasi ladang 24 jam. Ayah menugaskan anak laki-laki bergantian menjaga ladang. Ayah sama sekali nggak tahu, semua anak laki-lakinya takut sama babi hutan. Semua, kecuali Suri Ikun. Saat mendengar suara dengusan si babi hutan, bukannya berusaha menangkap, mereka justru lari tunggang langgang. Mereka ngeri menghadapi babi besar yang rakus itu. Hanya Suri Ikun yang tetap berdiri di tempatnya, mengawasi gerak-gerik babi hutan dari jauh, lalu melesatkan busur tepat mengenai badan babi yang besar. Babi hutan terjatuh dan mati.

Hari itu Suri Ikun pun pulang membawa dua kabar gembira. Yaitu tentang biang perusak hasil ladang yang berhasil dilumpuhkan, dan menu makan siang lezat berupa seekor babi hutan untuk seluruh keluarga. Semua tampak bergembira, walau tidak benar-benar tulus mengagumi keberanian Suri Ikun. Si sulung, misalnya. Dia diam-diam menyimpan iri pada perhatian keluarga atas jasa Suri Ikun. Saat diminta membagikan daging babi untuk semua saudara, ia malah memberikan bagian kepala untuk Suri Ikun.

Merasa belum cukup puas, ia mengajak Suri Ikun menemaninya ke tengah hutan untuk mencari peralatan berkebun ayah yang tertinggal. Suri Ikun menurut tanpa sedikit pun curiga. Padahal,  kakak sulungnya punya maksud jelek di balik ajakan tersebut. Dia berniat meninggalkan Suri Ikun di tengah hutan, hilang dimakan hewan buas atau hantu penunggu hutan. Benar saja, Superkids. Suri Ikun tersesat, gagal mengikuti langkah kaki kakaknya yang sengaja terlalu cepat dan meninggalkannya sendirian.

Suri Ikun terjebak di hutan nan gelap, di antara hantu-hantu jahat penunggu hutan. Para hantu menangkapnya dan mengurung Suri Ikun di dalam gua. Di sana ada sedikit celah sehingga Suri Ikun bisa mengintip keluar. Ia diberi makan teratur oleh para hantu agar lebih gemuk dan kenyang dimakan. Tapi Suri Ikun sangat tidak bernafsu makan.

Suatu pagi, dia melihat ada dua ekor anak burung nyaris mati kelaparan di dekat celah guanya. Suri Ikun sangat iba. Ia segera membagikan jatah makannya pada burung-burung itu. Dia melakukan itu terus setiap hari, sampai dua burung yang tadinya sangat mungil dan rapuh, berubah menjadi burung besar yang kuat. Mereka jelas berterima kasih atas apa yang telah dilakukan Suri Ikun. Sebagai balasan, mereka menyerang kawanan hantu dan membebaskan Suri Ikun dari gua.

Burung-burung itu membawa Suri Ikun terbang tinggi. Bukan kembali ke rumah di tengah ladang bersama belasan saudaranya. Melainkan ke sebuah istana yang telah dibangun para burung secara gaib. Di sana Suri Ikun hidup makmur dan bahagia, tak terganggu lagi oleh ulah para hantu, babi hutan, maupun rasa iri saudara-saudaranya.

 

DICERITAKAN KEMBALI OLEH HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment