Al Quran Braille untuk Muslim Tunanetra

  • admin
  • Category :

Nggak bisa melihat, bukan halangan untuk nggak bisa membaca. Baik baca buku dan majalah, maupun kitab suci Al Quran bagi umat Muslim. Sekarang Al Quran braille semakin mudah ditemukan, terutama di toko yang khusus menjual buku Islami saja. Al Quran braille rata-rata berukuran besar. Satu jilid hanya berisi satu juz. Kalau ditata lengkap, 30 juz Al Quran braille bisa setinggi satu meteran.

 

Berbeda dari Al Quran biasa, versi braille dibaca dari kiri ke kanan. Bukan dari barisan kanan ke kiri, seperti membaca tulisan Arab. Urutannya adalah huruf, harokat, huruf, harokat, dan seterusnya sampai ketemu tanda wakof. Susunan suratnya sama seperti yang tertulis dalam Al Quran biasa. Patokan huruf Hijaiyah untuk braille ini pun sudah ditentukan UNESCO (Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB). Huruf-huruf maupun tanda baca terenkripsi dalam kode yang terdiri dari enam titik. Penyandang tuna netra bisa mengaji pakai Al Quran braille dengan cara meraba huruf tersebut menggunakan jari.

 

Bagaimana Al Quran braille diproduksi? Berkat kecanggihan teknologi, sekarang naskahnya sudah bisa ditulis di komputer, lalu dicetak menggunakan mesin Braille. Ini jauh lebih praktis dibanding menggunakan mesin tik, atau manual seperti dulu. Penyuntingan naskahnya pun dilakukan secara terpusat oleh Departemen Agama di Jakarta. Jadi, nggak perlu khawatir isinya berbeda dari Al Quran biasa.

 

Kapan sih Al Quran Braille pertama kali masuk di Indonesia? Ada dua versi tentang ini. Salah satunya menyebut, Al Quran braile masuk ke Indonesia sekitar tahun 1954. Bukan dimiliki secara pribadi, melainkan menjadi inventaris Departemen Sosial. Al Quran Braille pertama itu merupakan sumbangan dari pemerintah Yordania, yang diterima pihak Lembaga Penerbitan dan Perpustakaan Braille Indonesia (LPPBI) di bawah naungan Depsos. Penyebaran pertamanya pada 1956, saat naskah itu dibawa ke Yogyakarta, yang cukup banyak menggelar kegiatan untuk kalangan tunanetra.

 

Lebih jauh lagi, sistem tulisan sentuh Braille adalah karya Louis Braille, seorang warga Perancis yang penyandang tunanetra. Saat bersusia 15 tahun, Braille membuat suatu tulisan tentara untuk memudahkan tentara untuk membaca ketika gelap. Tulisan ini dinamakan huruf Braille, dan terus dipakai sampai sekarang.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: ISTOCK

Share to :


Leave A Comment