Balet Nutcracker Marlupi Dance Academy

 

Nggak harus berupa sembako, pakaian dan mainan. Perhatian untuk anak-anak penghuni panti asuhan juga bisa diwujudkan dalam sebuah pertunjukan seni. Begitulah yang dilakukan Marlupi Dance Academy (MDA), Minggu 14 Desember 2014. Sanggar balet pimpinan Marlupi Sijangga itu mengundang ratusan anak yatim piatu menjadi penonton istimewa pementasan balet “The Nutcracker” di Caesar Ballroom, Empire Palace Surabaya. Mereka berasal dari Yayasan Elpidos, Yayasan Ada Hari Esok dan Yayasan Undaan Kulon.

Pertunjukan selama 60 menit itu dimulai pukul 10.00. Melibatkan 50 penari utama dan 350 penari pendukung, tampak para balerina cilik juga berpartisipasi di panggung. “Kami pilih menampilkan The Nutcracker karena cerita ini identik dengan Natal dan terkenal di masyarakat, terutama bagi kalangan anak-anak,” alasan Marlupi. “The Nutcracker” berkisah tentang gadis cilik bernama Clara. Pada malam Natal, ia mendapat hadiah boneka pemecah kacang alias Nutrcacker dari pesulap Herr Drosselmeyer. Hadiah itu membawanya berpetualang ke alam mimpi yang seru. Dalam mimpi malam Natal-nya, Clara bertemu pangeran, Ratu Salju, Putri Gula, warga Pulau Permen, pasukan tikus beserta rajanya yang jahat.

Pementasan “The Nutcracker” ini merupakan yang pertama di Surabaya. Setidaknya ada delapan tarian ditampilkan. Seperti “Chocolate from Spanish”, “Tea from Chinese”, “Coffee from Arabia”, “Russian Dance”, “Bee”, “Mother Gigono”, “Waits of the Flower” dan “Grand Pas De Deux”. Di antara para penari cilik, tampak si kembar Aimee dan Melia. Mereka mengaku senang bisa terlibat dalam pertunjujan ini. “Latihannya sekitar tiga bulan. Tiap minggu dua kali, plus tiap les balet hari Rabu,” jelas Merry Agustin, sang bunda.

Pementasan “The Nutcracker” sukses menghibur para undangan. Ketua Yayasan Ada Hari Esok, Desi Lieve mengakui, ini merupakan pengalaman pertama anak-anak pantinya nonton balet. Mereka terkesan melihat gerakan-gerakan indah para balerina dalam menceritakan kisah Clara. Menurut Fifi Sijangga, putri sulung Marlupi yang menjadi artistic director pementasan “The Nutcracker”, pihaknya sangat serius mengemas cerita ini semenarik mungkin. “Kami selektif memilih peran, lagu, koreografi, juga pertimbangan mengikutkan banyak balerina kecil berbakat di sini,” ujar Fifi.

“The Nutcracker” adalah dongeng karya penulis Jerman, Ernst Theodor Amadeus Hoffmann pada 1816. Judul aslinya sebetulnya “The Nutcracker and the Mouse King”. Judul ini berubah menjadi “The Nutrcacker” saja sejak dipentaskan dalam konser balet di Rusia, 1892. Pertunjukannya sukses besar dan komposisi musiknya langsung terkenal. “The Nutcracker” pun menjadi kisah balet paling terkenal di dunia sampai hari ini.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment