Pameran Karya Penyandang Autisme

 

Evelyn Oktavia Lukito mulai menjalani terapi autisme sejak masih dua tahun. Usianya sekarang 16 tahun. Berkat terapi rutin, Evelyn makin bisa fokus melakukan berbagai hal. Ia suka menyanyi, menari dan menjahit. Hasil kerajinan tangannya termasuk yang banyak dilirik pengunjung Pameran Karya Penyandang Autisme di main atrium Grand City Surabaya, 4-6 April 2014. Dia bikin jepit rambut, tempat tisu, hiasan kulkas, boneka jari dan lain-lain berbahan kain flanel.

 

“Awalnya, mau masukin benang ke lubang jarum saja, sulit sekali. Akhirnya baru bisa sendiri setelah latihan berkali-kali. Aku juga masih belajar menjahit yang rapi,” kata Evelyn, yang menjual karyanya mulai harga Rp 20.000. Selain kerajinan tangan Evelyn, karya-karya menarik lain yang ikut dipamerkan adalah lukisan, gambar, sketsa, foto dan video. Tidak semua merupakan hasil olahan seni Superkids penyandang autisme. Ada juga karya sekelompok orang, yang menyebut diri Seniman Peduli Autisme, dipajang di sana.

 

Louis Yudhistira Paksi Gautama menampilkan lukisan berjudul “Pemandangan Bawah Laut”. Paksi didiagnosa autis hiperaktif sejak usia dua tahun. Bocah kelahiran Bekasi, 12 Februari 2005 itu intensif menjalani berbagai terapi. Dia mulai menggambar saat usia 3,5 tahun dan bakat melukisnya makin terlihat di usia 5 tahun. Paksi, yang sekarang tercatat sebagai siswa kelas III sekolah inklusi SDN Tebel, Gedangan, Sidoarjo, juga senang menggunting semua obyek yang ia gambar. Dengan segala keterbatasannya, Paksi adalah anak yang rajin dan penyayang, Superkids.

 

Tema pameran ini adalah “Sketsa-Sketsa Pelangi”, sebagai simbol luasnya spektrum autisme, beragamnya pendekatan penanganannya, beranekanya implikasi yang ditimbulkan oleh tiap-tiap kasus ASD (Autism Spectrum Disorder), yang penuh suka duka, tangis dan tawa. “Namun kesemuanya menyimpan secercah harapan. Seperti pelangi yang hadir setelah hujan, yang keindahannya menghangatkan hati,” jelas ketua panitia Vika Wisnu dari Yayasan ASA (Advokasi dan Sadar Autisme) Surabaya.

 

Total ada 48 karya dipamerkan dalam rangka peringatan Hari Sadar Autisme Sedunia, ini. Bisa jadi, tamilannya tidak 100 persen sempurna di mata orang awam, Superkids. Namun, melihat prosesnya, dari yang menggenggam saja tidak bisa sampai akhirnya berhasil membuat lukisan, ini adalah prestasi bagi anak-anak penyandang autisme. Sekecil apapun kemajuannya tentu harus dihargai, ya.

 

Apa sih autism itu? Autisme adalah gangguan perkembangan yang sangat kompleks, yang disebabkan multi-faktor dan memerlukan penanganan multi-disiplin. Penyandang autisme sebenarnya punya potensi kecerdasan dan kemampuan untuk berkontribusi dalam masyarakat. Bila didukung penerimaan masyarakat secara utuh terhadap keberadaan mereka, para penyandang autisme dengan segala keterbatasannya tentu bakal mampu menjadi individu mandiri. Sangat disayangkan rendahnya penerimaan masyarakat terhadap penyandang autisme, sehingga mereka seringkali menjadi korban bullying, diskriminasi dan handicapism.

 

“Kegiatan ini merupakan sebuah upaya mengajak masyarakat melihat, penyandang autisme bisa diterima dalam interaksi soaial. Bukan hanya soal siapa yang harus beradaptasi, melainkan soal bagaimana satu sama lain dari kita bisa menerima apa adanya,” tutur Vika.

 

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment