Tiga Siswi IWEC Rilis Buku

 

Wajah Clara Angelina Pratama begitu sumringah, Jumat 8 Agustus 2014 siang. Ia datang ke Grand City Mall bersama ayah ibunya, langsung sepulang sekolah dari SD Katolik Santa Clara Surabaya. Ia bahkan masih pakai seragam pramuka. Murid kelas 6 ini menuju main atrium, tempat IWEC menggelar acara “Menembus Dunia dengan Menulis”. “Wow, keren banget ini,” desis Angel melihat buku berjudul “My Sister and Me” dipajang di meja.

 

Itulah pertemuan pertama Angel dengan buku pertamanya. Beberapa minggu lalu, dia baru saja menyerahkan kumpulan tulisan, puisi dan gambar manganya ke Maylia Erna Sutarto, Founder IWEC. Angel tahu itu semua akan diolah menjadi buku. Tapi dia nggak menyangka hasilnya akan sebagus apa yang ia lihat kemarin. “Dia senang sekali. Bukunya memang keren, baik kualitas isi maupun cover dan design,” puji sang bunda.

 

“My Sister and Me” berisi tiga cerpen, yang salah satunya semula berjudul sama dengan judul buku. Menurut Angel, judul itu sengaja dipakai untuk buku karena isinya paling panjang dan paling disukai bunda, orang nomor satu yang  mendukung karir menulisnya. Sedangkan judul cerpen di dalamnya diubah menjadi “My Sister’s Heart and Mine”.

 

Penulis cilik lain, dua bersaudara Fairuza Hanun Razak dan Ashalina Ghina Razak, punya cerita berbeda tentang karya mereka. Asha yang masih berusia tujuh tahun menulis buku cerita berbahasa Inggris “The Bubble Dolphins”. Idenya datang dari kotak pensilnya yang bergambar lumba-lumba. “Saya tulis cerita di kertas,” ingat Asha, yang mengaku bercita-cita punya peternakan seluas Grand City Mall. Ia juga membuat beberapa gambar yang kemudian disempurnakan sang designer untuk dijadikan sampul buku dan ilustrasi.

 

Kakaknya Hanun merilis buku non-fiksi ensiklopedia kucing berbahasa Inggris dengan judul “Domestic Cats”. Alasannya sederhana. Kucing adalah hewan kesayangannya. “Tapi sampai sekarang belum dapat izin dari mama untuk merawat,” curhat siswi homeschooling kelas 5 SD ini.

 

Belajar bagaimana cara menulis cerita dirasa sangat penting oleh tiga gadis cilik ini. Angel yang sudah mulai menulis sejak kelas 3 SD mengaku bakat menulisnya makin terasah dengan baik. “Sebelumnya, kalau nulis suka loncat-loncat. Dari depan, belakang, depan lagi. Di IWEC diajarin biar lebih runtun,” ujar Angel.

 

IWEC punya program Penulis Cilik untuk anak usia 8-12 tahun, Superkids. Dengan empat kali pertemuan per bulan tiap akhir pekan, program ini tuntas dalam waktu tiga bulan. Pada level Dasar, anak dikenalkan teknik dasar menulis, berbagai aktivitas dan praktik menulis. “Beda dengan sekolah menulis lain, proses belajar di IWEC nggak cuma berlangsung di dalam kelas. Kami mengajak anak beraktivitas di luar, mulai mengunjungi rumah sakit sampai ikut cooking class. Pulang dari sana, mereka menuliskan pengalamannya. Atau, kami putarkan film untuk ditonton bersama,” jelas Maylia.

 

Pada level Lanjutan, anak mulai praktik menulis fiksi dan non fiksi. Di level Penjurusan, mereka sudah bisa memilih untuk fokus mempelajari teknik menulis fiksi atau non-fiksi saja. Biaya pendidikan tiap level hanya Rp 500.000.

 

“Nanti saat acara pelulusan, kami akan menerbitkan karya mereka dalam buku antologi, alias satu buku diisi beberapa penulis. Tiga buku pertama murid kami yang diluncurkan hari ini diproduksi sendiri oleh IWEC. Distribusinya menggandeng agensi Asamediamu,” jelas Maylia.

 

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment