Desainer Cilik Berbakat Leony Santoso

Dia baru saja dinobatkan sebagai salah satu pemenang Surabaya Fashion Parade (SFP). 

Ajang tahunan SFP 2015 menemukan bibit baru di bidang fashion design. Leony Santoso (13), yang 2014 lalu gagal masuk nominasi, dinobatkan sebagai salah satu desainer dengan karya terbaik. Busana rancangannya menjuarai Kids Wear Fashion Design Competition SFP yang digelar di Tunjungan Plaza Surabaya, Minggu 3 Mei 2015. Pada Superkids Indonesia yang menemui secara khusus di rumahnya, siswi Mawar Sharon Christian School (MSCS) ini bercerita tentang perjuangan keras mengalahkan puluhan desainer muda lain.

Selamat, Leony. Ini ya pialanya?

Terima kasih. Iya, ini. Tiap malam tidur bareng aku nih di kamar. Aku keloni.

Hehe, segitunya. Apa menang SFP merupakan prestasi terbesarmu sejauh ini?

Hmmm, ya. Sebenarnya aku baru punya dua piala di bidang rancang busana. SFP yang kedua.

Maksudnya? Kamu sering kalah?

Enggak. Memang jarang ikutan lomba, baru tiga kali. Dua menang, satu kalah.

Pertama ikut, langsung menang?

Oh, justru langsung kalah! Hahaha. Tahun 2013 kan SFP ngadain lomba kategori Kids Wear Fashion Design. Aku tahunya pun nggak sengaja karena adikku, Cynthia menjadi model busana rancangan peserta lomba. Aku bertekad, 2014 harus ikut juga. Ternyata SFP 2014, kategori ini nggak ada, padahal aku udah siap-siap. Ya terpaksa mendaftar ikut lomba desain kategori busana dewasa. Hasilnya, masuk nominasi pun enggak. Mungkin memang karena ngerjainnya udah setengah hati, ya.

Sempet kapok?

Sempet nggak PD. Nggak nyangka kalau juara satu.

Ceritain dong tentang rancanganmu yang menang ini.

Sesuai tema SFP 2015 yaitu Infinite Voyage, konsep busananya Androit Groovy yang menampilkan gemerlap kota megapolitan era 1980-an. Aku cari-cari, apa ya yang ngehits untuk anak-anak di masa itu. Ternyata dua, animasi Sailor Moon dan permainan rubik’s cube. Aku rancang gaun yang memadukan keduanya. Kerah dan potongan rok seperti yang dipakai Sailor Moon, dengan aksesoris rubik’s cube. Aku bikin polanya sendiri, gunting kain sendiri, dan membuat semua aksesoris sendiri. Untuk jahitan, minta bantuan penjahit.

Emang boleh?

Kalau lomba desain, boleh. Kalau lomba jahit, ya nggak boleh.. hahaha.

Apa kamu dulunya penggemar Sailon Moon?

Wah, enggak sama sekali. Aku belum ada waktu Sailor Moon booming. Aku lahir setelahnya. Nonton Sailor Moon aja cuma satu kali.

Apa tantangan terberat merancang busana ini?

Bagi waktu. Pada saat bersamaan, banyak yang musti aku selesaikan. Aku lagi persiapan mewakili sekolah untuk ikut OMITS (Olimpiade Matematika ITS) di Singapore National Academy. Juga latihan paduan suara untuk KKR (Kebaktian Kebangunan Rohani), acara Pelayanan Tuhan di Supermal Surabaya Convention Center (SSCC). Belum lagi menyelesaikan lukisan buat dipamerkan di acara tahunan Talent Show sekolah. Aku bareng kakak kelas, Cherin dan Nicole, melukis di kanvas ukuran 3×1,5 meter. Terakhir, masih harus siapin kampanye pemilihan ketua OSIS. Aku mencalonkan diri untuk maju. Bikin brosur, nyiapin naskah pidato, semua kukerjain sendiri.

Tapi semua berjalan lancar?

Untungnya begitu. Satu lagi, Engkong -papanya mama- dari Tarakan datang berobat ke sini. Jadi, orang rumah pun harus bagi perhatian untuk merawat Engkong dan nganterin aku beli bahan kemana-mana. Akhirnya aku request ke panitia, kalau boleh, aku mau pilih model sendiri, jangan diundi. Ternyata diizinkan.

Siapa model yang kau pilih?

Cynthia, adikku. Dia sudah lama gabung agensi One Models yang dipakai SFP. Kalau dia yang jadi model, aku lebih gampang kan mengurus semua. Jadi, fitting busana bisa di rumah. Kalau ada yang kurang pas, bisa fitting dua kali. Peraturannya, kalau fitting ulang, harus nambah biaya. Belum lagi datengin modelnya atau janjian ketemu di mana. Waktu itu lagi nggak ada sopir, mama nggak bisa nyetir dan Engkong masih di rumah sakit. Ribet deh pokoknya.

Kamu pasti sangat puas bisa menang ya..

Dengan proses pengerjaan yang semacam itu, yes. Ya banget. Terbayar seluruh kerja kerasku membuat selembar gaun ini. Cynthia juga senang berhasil membantu aku. Dia tetap dibayar profesional lho, hehe.

Hadiah lomba dipakai untuk apa?

Ada uang tunai, voucher belanja, tiket pesawat dan produk sponsor. Sebelum ikut lomba, aku udah niatin hadiah uangnya akan dipaka beli keyboard untuk ibadah di Eagle Kids, Gereja Mawar Sharon Satelit HoV (House of Victory), Jl Siwalankerto. Tiap sekolah Minggu akan aku bawa buat dimainkan. Adikku juga sering membawa cajon karena dia suka ngedrum.

Siapa yang kau rasa paling mendukungmu untuk jadi desainer?

Keluarga, terutama mama. Mama mendukung apapun minatku. Nggak cuma di bidang desain, tapi juga menggambar dan piano. Mama paham, aku bukan orang yang suka tampil. Aku ini demam panggung dan lebih suka bekerja di belakang layar. Mama nggak pernah tuh maksa aku ikut lomba ini-itu. Tapi mama mengarahkan minatku pada seni. Awalnya aku belajar otodidak, lalu sekarang ikut kelas desain di Pison Art N Kids Foundation dan kursus private melukis di rumah.

 

BIOFACT

Nama: Leony Santoso

Lahir: Surabaya,14 April 2002

Orangtua: Budi Santoso dan Nelly Gunardi

Saudara: Cynthia Santoso dan Renald Santoso

Sekolah: Kelas 7 Mawar Sharon Christian School

Kursus: Pison Art N Fashion Foundation

Hobi: Menggambar, desain busana, piano

Prestasi:

Juara 1 Kategori Carnival, Safe Care Design Competiton

Juara 1 Kids Wear Fashion Design Competition, Surabaya Fashion Parade 2015

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment