“Di Sini, Kami Puasa 19 Jam!”

 

Puasa itu wajib bagi umat muslim. Alriz Nauvathan Akbar (8) pun  berusaha menjalaninya, meski bukan di Indonesia yang berpenduduk mayoritas muslim. Dalam obrolan hangat via e-mail, Alriz cerita bagaimana berpuasa di Eropa juga cukup seru untuk murid kelas 3 SD seperti dia.

 

Udah berapa lama tinggal di Jerman, Alriz?

Sekitar dua tahun. Pindah ke sini 2012 menyusul ayah yang bekerja di Oberhausen, kota di kawasan utara Jerman.

 

Itu sekaligus pengalaman pertamamu ke luar negeri?

Hehehe, bukan. Waktu umur dua tahun, aku udah pernah ke Jerman dan menetap selama setahun di kota Stuttgart, Jerman bagian selatan. Selain Jerman, juga pernah jalan-jalan ke Italia, Perancis dan Austria.

 

Sebelum pindah ke Jerman, kamu tinggal di mana?

Yogyakarta, Indonesia. Aku sekolah di SDN Condong Catur.

 

Bagaimana rasanya pas nyampe Jerman?

Wah, aku inget banget, waktu itu pas winter. Hawanya dingiiiiin dan saljunya lebat. Tapi aku suka main salju. Bisa meluncur pakai kereta di atasnya atau dibentuk jadi boneka salju.

 

Beda banget ya rasanya hidup di sana dan di Yogya?

Awalnya agak sulit berteman di sekolah karena aku belum bisa ngomong pakai bahasa Jerman. Tapi lama-lama makin lancar dan temanku sekarang makin banyak. Soal makan, di sini sulit nyari restoran yang jual masakan Indonesia. Padahal aku paling doyan sate ayam, bakso dan kue-kue Indonesia. Jadi, aku harus membiasakan makan makanan Jerman karena sekolahku sampai sore dan harus makan siang di sana, bukan di rumah. Menu favoritku di sekolah pasta keju, sup daging kalkun, roti keju dan noodle.

 

Masih lancar berbahasa Indonesia?

Tiap hari aku ngomong pakai bahasa Jerman sama guru dan teman-teman di sekolah. Aku kadang lupa beberapa kata bahasa Indonesia. Jadi, kalau ngomong ya campur-campur. Misalnya, “Mama, aku pengen makan hahnchen (ayam).”

 

Hari ini, kamu puasa nggak, Alriz?

Puasa dong! Tapi baru kuat setengah hari, hehehe. Kakakku udah bisa puasa penuh sampai jam 10 malam.

 

Jam 10 malam?! Buka puasanya jam 10 malam?!

Iya. Di sini puasanya panjang karena bertepatan dengan musim panas. Kalau ditotal-total, jadi 19 jam alias lima jam lebih lama dari puasa di Indonesia. Saat musim panas, siangnya lebih panjang dari malam. Kami sahur sekitar jam tiga subuh, dan matahari baru tenggelam kira-kira jam 10 malam.

 

Apa kegiatanmu di sela waktu sahur-berbuka itu?

Mama bikinin logbook Ramadan buat aku dan kakak. Di situ ada daftar kegiatan yang harus kami lakukan tiap hari. Misalnya, belajar baca Al Quran, nonton video kisah nabi, dan lain-lain. Kalau bosan di rumah, aku main di spielplatz (taman bermain). Bisa panjat-panjatan, seluncuran, ayunan, main pasir, banyak pilihannya.

 

Kalau ngabuburit (menunggu bedug), ngapain?

Pergi main stroller dan kakak main inline-skate. Kadang aku juga ngajak teman-teman main ke rumah. Di sini nggak ada suara bedug atau azan. Tapi kita bisa lihat jadwal imsak dan berbuka untuk tahu kapan waktunya mengakhiri puasa.

 

Apa menu berbuka puasamu di sana?

Aku paling suka suka es leci dan sari kelapa. Kadang mama juga bikin cendol atau kolak pisang. Ada juga buah seperti ceri, pisang dan kurma. Setelah shalat Maghrib, baru kami makan nasi atau makanan utama lainnya.

 

Apakah ada masjid yang melaksanakan salat Tarawih?

Wah, lumayan banyak kok masjid Turki dan Arab. Selama Ramadan, di masjid-masjid itu ada buka puasa bersama dan shalat Tarawih berjamaah.

 

Gimana suasana Lebaran di sana?

Tahun lalu kami merayakan Lebaran di Bonn, kota besar bekas ibu kota Jerman yang nggak jauh dari rumah di Mülheim a.d. Ruhr. Di sana kami silaturahmi dengan banyak orang Indonesia yang juga tinggal di sekitar Bonn. Banyak makanan Indonesia dihidangkan. Nyam nyam!

 

Menurutmu, lebih enak Ramadan di Jerman atau Indonesia?

Sama-sama enak, tapi di Indonesia lebih meriah. Di sana kalau sahur ada orang yang keliling teriak-teriak bangunin, “Sahuuuur!! Sahuuuur..!!“ Belum lagi acara-acara Ramadan di TV. Jelang buka puasa, jalanan pun ramai banyak yang jualan makanan dan kue.

 

Ada rencana mudik tahun ini?

Insha Allah tahun depan. Tahun ini Lebaran di Jerman lagi.

 

BIOFACT

Nama: Alriz Nauvathan Akbar

Lahir: 7 September 2006

Sekolah: Kelas 3 di Gemeinschaftsgrundschule Mülheim a.d. Ruhr Germany

Orangtua: Dr -Ing Syawaluddin Akbar – dr Eka Sari Astuti SpA

Saudara: Adinda Zahrin Naura

Alamat: Mülheim a.d. Ruhr 45476 Germany

 

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: SYAWALUDDIN AKBAR

Share to :


Leave A Comment