Michael Leksodimulyo, Dokter Spesialis Gelandangan

Hari Dokter Nasional diperingati tiap 24 Oktober. Superkids tentu tahu, banyak dokter hebat di Indonesia. Tapi yang rela sepenuh hati mengabdi untuk melayani pasien miskin, hanya segelintir. Salah satunya dr Michael Leksodimulyo MBA MKes, yang populer dengan julukan Dokter Spesialis Gelandangan.

 

Pada Superkids Indonesia yang menemuinya secara khusus di Yayasan Pondok Kasih Surabaya, dr Michael bercerita tentang kegiatan mengobati para pengemis, tunawisma, pemulung, pengamen jalanan, waria, serta tukang becak. Kisahnya dapat menginspirasi Superkids untuk tulus membantu sesama.

 

Halo, Dok. Kok sampai dijuluki Dokter Spesialis Gelandangan?

Hehehe. Julukan itu sebetulnya dari media juga. Salah satu koran pernah memprofilkan saya dan menulis begitu. Ya mungkin karena pasien saya berasal dari kalangan gelandangan, orang-orang yang nggak punya kerjaan tetap, rumah, dan biasanya tidur di pinggir jalan.

 

Mereka datang berobat ke klinik dr Michael?

Oh, enggak. Saya yang keliling mendatangi mereka, sampai ke tempat tidurnya. Karena banyak juga pasien yang kondisinya udah nggak bisa jalan dan hanya berbaring di ranjang. Ini sudah saya lakukan selama delapan tahun bersama Yayasan Pondok Kasih, sejak 2009. Nama programnya Klinik Keliling Yayasan Pondok Kasih.

 

Kelilingnya ke mana?

Ke tempat-tempat yang jauh dari Puskesmas. Atau, komunitas orang-orang yang kesulitan untuk sekadar berangkat mendapatkan layanan kesehatan dari pemerintah. Mulai komunitas tukang becak, dalang topeng monyet, sampai pemulung. Mereka tinggal di gubuk reyot sekitar area pemakaman, kolong jembatan, atau tempat pembuangan sampah.

 

Khusus untuk lansia?

Untuk semua usia, mulai bayi sampai nenek-nenek. Nggak memandang suku, agama, ras, dan lain-lain. Semua yang sakit, kami obati.

 

Maaf, biayanya berapa ya, dok?

Pemeriksaan maupun obat-obatan, semuanya gratis. Kalaupun ada pasien yang harus dirujuk ke rumah sakit, itu juga gratis. Kami bekerjasama dengan beberapa pihak untuk menjamin pasien mendapatkan pelayanan maksimal, sama seperti pasien lain. Pasien-pasien saya ini untuk makan rutin tiga kali sehari saja, sulit kok. Rata-rata cuma bisa makan satu kali sehari. Biasanya sekitar jam 15.00, saat uang hasil keliling jualan plastik atau apa, terkumpul buat beli nasi bungkus.

 

Siapa yang jadi panutan dr Michael dalam menjalankan aksi sosial begini?

Ibu Hana (Hana Amalia Vandayani, ketua Yayasan Pondok Kasih). Beliau ibu rumah tangga biasa yang perhatian dan rasa sayangnya pada orang-orang miskin, luar biasa. Awalnya, saya diajak mengobati orang-orang yang tinggal di bawah jembatan. Dalam perjalanan, tahu-tahu dia minta sopirnya berhenti karena lihat ada ibu-ibu tua, pengemis, ngesot di pinggir jalan. Ibu Hana langsung turun memeluk mencium dia, menyisir rambutnya yang kotor, bau, dan kusut. Saya melihat langsung semuanya dan bisa merasakan betapa tulusnya Ibu Hana menolong. Bukan pura-pura.

 

Apa dampaknya pada dr Michael?

Saya teringat, kuliah saya semuanya gratis karena dapat beasiswa. Harusnya yang menolong orang miskin seperti itu, saya. Saat itu saya masih menjabat sebagai wakil direktur sebuah rumah sakit swasta di Surabaya. Saya putuskan resign dan bertekad mengabdikan diri membantu menyembuhkan orang miskin. Seperti dikatakan Ibu Hana, kita bisa melihat wajah Tuhan melalui wajah-wajah mereka, dan mencium bau Tuhan lewat bau mereka.

 

Wah, luar biasa. Salut atas perjuangannya.

Terima kasih, Superkids Indonesia.

 

BIOFACT

dr Michael Leksodimulyo MBA MKes

Lahir: 6 Januari 1968

Istri : Herlina Apriontonita

Anak: Cielo, Cella, dan Cellino

Pekerjaan: Direktur Social Humanitarian Yayasan Pondok Kasih Surabaya

 

Pendidikan :

Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi, Manado (1994)

Pascasarjana Universitas Airlangga, Surabaya (2002)

 

Praktik:

Kepala Puskesmas Talisayan Berau, Kalimantan Timur

RS Gotong Royong Surabaya

RS Adi Husada Undaan Surabaya

 

Penghargaan:

1. Human Resources for Health Award 2014 dari WHO (World Health Organization, Organisasi Kesehatan Dunia) PBB

2. Ksatria Bakti Husada Arutala 2014 dari Menteri Kesehatan Republik Indonesia

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: DOKUMENTASI PRIBADI

Share to :


Leave A Comment