Cara Sripun yang Disukai Beckham dalam Melawan Bullying

Bullying, yang dalam bahasa Indonesia disebut perundungan, adalah peristiwa traumatik dan menyakitkan. Bekasnya nggak mudah hilang, bahkan sampai puluhan tahun mendatang. Setelah berbagai aksi anti-bullying digelar, perhatian masyarakat dunia pada gerakan melawan bullying makin besar, setelah mantan bintang sepakbola David Beckham melakukan kampanye “7: The David Beckham Unicef Fund (The 7 Fund)”.

 

Kampanye bareng UNICEF ini mendukung program anti-bullying di sekolah. Tujuannya adalah memaksimalkan semua anak di dunia punya lingkungan yang aman, mendidik, dan inklusif buat belajar. Beberapa waktu lalu, kampanye ini pun digelar di Indonesia. Beckham mampir ke sebuah sekolah di Semarang untuk menemui murid bernama Sri Pundati alias Sripun, salah satu agen perubahan dalam aksi anti-bullying.

 

Sripun pun mendadak viral. Apalagi, Beckham sengaja mem-posting beberapa fotonya bersama Sripun di akun Instagram pribadinya. Gak cuma itu. Fitur IG Stories akun Beckham pun sempat diisi aktivitasnya saat bersama Sripun dan kawan-kawan. Apa sih sebetulnya cara Sripun melawan aksi bullying yang menarik perhatian Beckham? Sripun, yang menjadi korban bullying fisik saat kecil, ternyata punya cara sederhana. Yaitu “Panggil Aku dengan Namaku”.

 

Kalimat pendek ini bermakna sangat dalam bagi anak yang menjadi korban bullying. Sebelum melakukan perundungan secara fisik, pelaku bullying kerap mengintimidasi calon korbannya secara verbal. Salah satu yang paling umum dilakukan adalah memberi julukan-julukan negatif yang dapat menjatuhkan mental teman. Misal, memanggil “Si Gendut” pada anak lain yang kelebihan berat badan. Atau, memanggil “Kribo” atau “Konde” untuk anak yang rambutnya keriting. Bila dilakukan berulang-ulang, julukan ini akan tertanam ke dalam pikiran korban dan membentuk keyakinan diri negatif pada dirinya.

 

Labeling merupakan kebiasaan negatif yang sangat umum terjadi di seluruh dunia. Julukan ini awalnya bahkan banyak diberikan di antara sesama anggota keluarga. Bila terlanjur dianggap wajar, maka jangan heran labeling negatif pun berkembang sangat pesat di masyarakat umum. Sripun, murid kelas IX SMPN 17 Semarang, berhasil menyuarakan cara ini lewat kampanye anti-bullying di sekolahnya.

 

Wah, bagus banget untuk diikuti ya?

 

FOTO: DOK UNICEF INDONESIA

Share to :


Leave A Comment