Kriteria Sekolah Bermutu di Indonesia

Mengadopsi filosofi pendidikan Montessori, berasrama maupun tidak, menggunakan kurikulum Cambridge, International Baccalaureate (IB), ataupun Diknas, sekolah bermutu memiliki kesamaan mendasar sebagai landasan proses belajar mengajar. Para guru maupun pemerhati pendidikan di Indonesia sebaiknya kenal apa saja kriteria sekolah bermutu.

 

Pemerhati pendidikan asal Bengkulu, Sudarwan Danim merumuskan 23 kriteria tersebut dalam bukunya, “Visi Baru Manajemen Sekolah: Dari Unit Birokrasi ke Lembaga Akademik”. Kriteria itu sejalan dengan pemikiran Edward Sallis dalam buku “Total Quality Management in Education” yang dirilis 1993. Daftar 13 kriteria sekolah bermutu tersebut sering digunakan sebagai patokan dalam menilai kualitas sebuah lembaga pendidikan.

 

  1. Sekolah berfokus pada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
  2. Sekolah berfokus pada upaya untuk mencegah masalah yang muncul, dengan komitmen untuk bekerja secara benar dari awal.
  3. Sekolah memiliki investasi pada sumber daya manusianya, sehingga terhindar dari berbagai “kerusakan psikologis” yang sangat sulit memperbaikinya.
  4. Sekolah memiliki strategi untuk mencapai kualitas, baik di tingkat pimpinan, tenaga akademik, maupun tenaga administratif.
  5. Sekolah mengelola atau memperlakukan keluhan sebagai umpan balik untuk mencapai kualitas dan memposisikan kesalahan sebagai instrumen untuk berbuat benar pada masa berikutnya.
  6. Sekolah memiliki kebijakan dalam perencanaan untuk mencapai kualitas, baik untuk jangka pendek, jangka menengah maupun jangka panjang.
  7. Sekolah mengupayakan proses perbaikan dengan melibatkan semua orang sesuai dengan tugas pokok, fungsi dan tanggung jawabnya.
  8. Sekolah mendorong orang dipandang memiliki kreativitas, mampu menciptakan kualitas dan merangsang yang lainnya agar dapat bekerja secara berkualitas.
  9. Sekolah memperjelas peran dan tanggung jawab setiap orang, termasuk kejelasan arah kerja secara vertikal dan horozontal.
  10. Sekolah memiliki strategi dan kriteria evaluasi yang jelas.
  11. Sekolah memandang atau menempatkan kualitas yang telah dicapai sebagai jalan untuk untuk memperbaiki kualitas layanan lebih lanjut.
  12. Sekolah memandang kualitas sebagai bagian integral dari budaya kerja.
  13. Sekolah menempatkan peningkatan kualitas secara terus menerus sebagai suatu keharusan.

 

Selain kriteria sekolah bermutu versi Sudarwan Danim, ada lagi syarat sekolah bermutu yang dirumuskan William Glasser. Ia menjabarkan enam syarat yang wajib dipenuhi sebuah sekolah untuk mendapat predikat bermutu. Bukan hanya berdasar fasilitas yang dimiliki sekolah, melainkan juga komitmen warga sekolah dalam menjalankan rencana yang telah disusun. Semua ditulis Galsser dalam buku best-seller-nya “The Quality School Teacher”. Daftar yang ia buat lebih ringkas, dan mudah dicermati oleh para calon wali murid seperti Superparent.

 

  1. Harus Ada Lingkungan Kelas yang Hangat dan Mendukung. Ini dianggap sangat penting. Sebab tanpa adanya hubungan yang akrab antara semua warga sekolah (termasuk guru, murid, staf, dan karyawan lain), tidak akan bisa menghasilkan tugas-tugas sekolah yang berkualitas. Lebih dari semua itu, harus pula terbangun rasa saling percaya di antara seluruh warga sekolah, bukan justru saling menyimpan rasa curiga.

 

  1. Siswa Harus Selalu Diminta Melakukan Hal-Hal Berguna. Menurut Galsser, tidak boleh ada murid yang diminta melakukan hal-hal yang tidak masuk akal. Termasuk menghafal materi pelajaran secara berlebihan. Apa pun yang mereka kerjakan, harus ada manfaatnya, baik secara praktis, estetis, intelektual, maupun sosial.

 

  1. Murid Selalu Diminta Mengerjakan Tugasnya Sebaik Mungkin Sesuai Kemampuan. Itu artinya, murid harus diberi kesempatan memadai agar bisa mengerjakan tugas-tugasnya dengan berkualitas. Para murid, menurut Galsser, sebetulnya sudah terbiasa diberi tugas. Namun, dalam menyelesaikan tugas tersebut, tidak ada nilai pelajaran memadai yang didapatkan. Murid bahkan hampir tidak pernah berusaha melakukan pekerjaan yang berkualitas.

 

  1. Murid Dilatih dan Diberi Kesempatan Mengevaluasi Pekerjaan Mereka Sendiri. Setelah mengevaluasi pekerjaan masing-masing, murid akan diminta untuk meningkatkan hasilnya. Mengevaluasi hasil pekerjaan sendiri adalah hal yang paling sulit diterapkan. Namun, ini penting dilakukan untuk mencapai perbaikan yang konstan dalam usaha murid menghasilkan pekerjaan berkualitas.

 

  1. Pekerjaan yang Berkualitas Selalu Terasa Menyenangkan. Sungguh menyedihkan melihat sangat sedikit murid yang merasa nyaman dengan pelajaran-pelajaran mereka sekarang. Bukan hanya murid yang merasa senang jika berhasil mengerjakan sesuatu dengan berkualitas, guru dan orangtua pun akan ikut merasa senang memerhatikan proses itu.

 

  1. Pekerjaan Berkualitas Tidak Pernah Bersifat Merusak. Tidak berkualitas namanya, jika meraih perasaan senang dengan cara memakai obat adiktif atau merugikan orang lain, makhluk hidup, benda milik orang lain, atau lingkungan. Artinya, hasil pekerjaan yang berkualitas adalah memiliki dampak positif, bukan justru merusak.

 

FOTO: ISTOCK

Share to :


Leave A Comment