Bahas Pola Asuh di Makassar

 

Kalau anak bersikap manja, egois, minderan, pemberontak, mudah cemas, dan sebagainya, berarti ini waktunya Superparent  introspeksi diri. Anak tidak terlahir menjadi sosok yang egois maupun pemberontak. Tumbuh kembang mereka sangat dipengaruhi setiap reaksi yang dimunculkan orangtua. Perlakuan Superparent pada mereka terbukti berperan besar terhadap kompetensi sosial, emosional dan intelektualnya. Inilah pentingnya pola asuh yang efektif.

 

Menurut psikolog Dr Rose Mini MPsi (Bunda Romi), pola asuh adalah gaya pengasuhan yang diterapkan pada anak dan bersifat konsisten dari waktu ke waktu. Salah satu faktor yang mempengaruhi adalah masa lalu orangtua. Superparent yang dulu dididik ala militer, cenderung mendidik anaknya secara keras pula. Status sosial, ekonomi, dan kebudayaan pun ikut mempengaruhi. Faktor lain yang paling umum terjadi adalah jenis kelamin. Orangtua cenderung berbeda dalam memperlakukan anak perempuan dengan laki-laki.

 

“Anak laki identik sama warna biru, perempuan pasti pink. Anak laki nggak boleh main masak-masakan, anak perempuan dilarang main mobil-mobilan. Faktanya, sekarang banyak laki-laki yang jadi koki terkenal dan perempuan jago nyetir,” urai Bunda Romi dalam seminar Morinaga Platinum bertajuk “Membentuk Kecerdasan si Kecil sejak Dini” di Hotel Grand Clarion, Makassar, Minggu 15 Desember 2013.

 

Orangtua yang kontrolnya terhadap anak sangat rendah, berarti menerapkan gaya Uninvolved (Tidak Terlibat). Derajat kehangatannya terhadap anak cenderung renggang karena membiarkan anak melakukan apapun yang dimaui. Tapi, ada juga orangtua yang bersikap hangat pada anak-anak dan tidak punya kontrol sama sekali. Pola asuh Indulgent (Permisif) ini membuat anak cenderung jadi bos karena orang tua selalu menuruti. Sebaliknya, orangtua yang kontrolnya terlalu kuat dan tegas, nyaris tidak punya kehangatan dengan anak. “Berarti, orangtuanya otoriter (pola asuh Authoritarian). Kalau bilang A, kudu A. Sedangkan orangtua Authoritative (Demokratis) berimbang antara kontrol dan kehangatan. Anak jadi merasa nyaman,” terang Bunda Romi.

 

Seminar yang juga menghadirkan Dr Ahmad Suryawan SpA(K) sebagai pembicara, ini, dibanjiri 1.040 peserta. Superkids Indonesia berpartisipasi memeriahkan acara dengan membuka kids’ corner, tempat anak bermain sambil belajar bersama. Mereka dilatih mewarnai gambar logo Superkids Indonesia, seni melipat kertas dan lukis wajah.

 

 

 

FABRIANNE HADIKRISNO

FOTO: FABRIANNE HADIKRISNO

Share to :


Leave A Comment