Mendidik melalui Bercerita

 

Tidak ada kursus atau sekolah khusus untuk menjadi seorang pendongeng. Setiap orang bisa menjadi pendongeng hebat, paling tidak di rumahnya sendiri. Modalnya juga tidak harus menunggu punya boneka atau panggung kecil. Cukup mainkan suara dan karanglah cerita.

 

“Saya pun bukan pendongeng. Tapi kita harus terampil mendongeng karena dampaknya akan luar biasa pada hubungan orangtua-anak, apapun materi dongengnya,” kata pendiri komunitas IDCerita (Indonesia Bercerita) Budi Setiawan alias Bukik dalam sebuah diskusi santai di Perpustakaan Kota Surabaya, Minggu (28/10) pagi.

 

‘Tidak bisa mengarang cerita’ tidak bisa dijadikan alasan untuk tidak bercerita. Sebuah cerita hanya perlu kehadiran tokoh, masalah dan solusi. IDCerita berencana meluncurkan Takita, tokoh bercerita anak Indonesia pada 8 November mendatang. Ini merupakan bagian dari aksi mengajak orangtua agar meluangkan waktunya mendidik lewat cerita pada anak. “Pesan-pesan moral, dorongan berbuat baik dan sebagainya, sangat efektif diselipkan melalui cerita,” kata Bukik.

 

Diskusi juga dihadiri Mochamad Ariyo Faridh Zidni, pendongeng nasional yang akrab disapa Kak Ayok. Menurutnya, elemen penting dalam mendongeng adalah cerita, suara, gesture, alat bantu dan kemampuan lain seperti menyanyi. Rudi Cahyo alias Kak Rudi, dosen Fakultas Psikologi Universitas Airlangga (Unair) yang juga jago mendongeng, menambahkan.

 

Bercerita merupakan aktivitas yang bebas dari tekanan. Belajar menggunakan metode bercerita akan membuat anak lebih gampang menyerap pesan. “Dongeng, fabel dan cerita rakyat yang mengandung N-Ach (Need for Achievement) tinggi, sangat penting. Hasilnya akan nyata terlihat,” terangnya.

 

PIPIT

FOTO: BOBY

Share to :


Leave A Comment