Goooll…!! Goooll…!!

 

Di menit-menit terakhir pertandingan final, Obed mencetak gol ke gawang tim Plemahan. Golnya membuat tim Saparua menang kompetisi sepakbola anak-anak. Untuk merayakan gol itu, Obed menunjuk ke arah langit. “Itu selebrasi gaya Kaka,” kata pelatihnya.

 

Perayaan gol adalah hal sangat umum di lapangan sepakbola. Ini umumnya dilakukan si pencetak gol bersama rekan tim, manajer atau staf pelatih, dan/atau suporter. Selebrasi itu kadang direncanakan, kadang juga atau spontan. Kadang luar biasa, tapi sering juga memalukan.

 

Pemain sepakbola muslim bersujud syukur kepada Tuhan. Andrei Arshavin menempatkan telunjuk ke mulut, seolah meminta fans lawan bungkam. Raul Gonzales dan Andrea Pirlo mencium jari manis –tempat cincin pernikahan tersemat- untuk menghormat istri masing-masing. Francesco Totti mengisap jempol menghargai anak-anaknya. Lionel Messi menggambar kotak dengan dua jari. Miroslav Klose merayakan setiap gol dengan salto.

 

Mau yang lebih aneh? Julius Aghahowa merayakan dengan jungkir-balik ke belakang sebanyak satu.. dua.. tiga.. empat.. lima.. enam kali! Namun, Lomana LuaLua pernah dilarang jungkir-balik oleh klubnya Portsmouth karena satu kakinya cedera saat selebrasi.

 

Masih ada banyak cara aneh lainnya, Superkids. Jürgen Klinsmann terbang menyusuri rumput dengan lengan dan kaki terentang. Brandi Chastain, pemain wanita, menanggalkan kaosnya setelah mengeksekusi tendangan penalti kemenangan ke gawang Cina dalam final Piala Dunia Wanita 1999. Robbie Keane berpura-pura menembak, baik ke langit atau ke beberapa sasaran virtual lainnya. Careca dan Vincenzo Montella membentangkan kedua lengan dan berlarian meniru pesawat terbang. Mario Balotelli, setelah mencetak gol ke gawang Manchester United pada Oktober 2011, mengangkat kaos seragam untuk menunjukkan kaos dalam bertuliskan ‘Why Always Me?’.

 

Apakah kau juga punya cara unik merayakan gol?

 

 

TEGUH WAHYU UTOMO

FOTO: SPORT ILLUSTRATED

Share to :


Leave A Comment