Masih Perlu Cooling-down?

 

Thomas suka bersepeda. Kalau sudah berkeliling sekitar satu kilometer dari rumah, ia melakukan kebiasaannya; ngebut sampai finish. Lalu, ia menepi, ngerem, dan melompat turun dari sepeda. Dia berhenti begitu saja tanpa melakukan cooling-down alias pendinginan.

 

Superkids, apakah proses pendinginan benar-benar diperlukan setelah berolahraga? Ternyata, nggak cukup banyak temuan ilmiah yang mendasari nasihat untuk pendinginan tubuh. Semua orang berpikir, cooling-down adalah kebenaran yang diterima begitu saja. Memang ada banyak studi tentang warming-up (pemanasan), tapi pendinginan tak cukup banyak dikaji secara ilmiah.

 

Diyakini, cooling-down memberi tubuh peralihan yang halus dari kondisi latihan ke kondisi istirahat. Nggak enak kan rasanya kalau berhenti mendadak setelah lari maraton, bersepeda menanjak, atau kegiatan lain dengan jantung memompa darah pada kecepatan tinggi.

 

Namun, pendinginan selama 10 menit setelah latihan nggak berdampak pada nyeri otot. Dalam sepakbola di antara pemain profesional, misalnya, pendinginan juga nggak mempengaruhi kinerja, fleksibilitas, atau pemulihan nyeri otot pada hari berikutnya.

 

Tapi cooling-down bisa mencegah penumpukan darah di pembuluh, yang menyebabkan pusing atau pingsan. Aktivitas ini bisa membawa darah segar ke daerah-daerah tertentu untuk menghilangkan asam laktat. Pendinginan membantu menurunkan denyut jantung tinggi ke denyut istirahat yang aman. Proses ini juga membantu kita bersantai sedikit, setelah latihan intens. Intinya, Cooling-down mengurangi denyut jantung dan pernafasan lalu mengembalikancsistem fisiologis ke kondisi dasar.

 

Jadi, melakukan pendinginan setelah olahraga memang bagus. Tapi, kalau ingin langsung pindah ke kegiatan lain, kita boleh saja langsung mandi atau berkemas seusai latihan, tanpa perlu proses pendinginan.

 

 

TEGUH WAHYU UTOMO

FOTO: PHOTOS

Share to :


Leave A Comment