Saat Pesumo Berlomba Bikin Bayi Nangis

 

Pernah mikirin, betapa kuatnya paru-paru adik bayi yang lagi nangis? Atau, bagaimana cara mengusir roh-roh jahat agar tidak mengganggu mereka? Well, mungkin kompetisi yang satu ini cocok untuk menjawabmu, Superkids. Para pegulat sumo di Jepang nggak cuma harus bertanding untuk menjatuhkan lawan di atas ring. Mereka juga punya tugas ekstra membuat bayi menangis sekeras-kerasnya, dalam acara tahunan Festival Nakizumo alias Festival Tangisan Bayi Sumo.

 

Festival ini biasanya berlangsung akhir April. Ia merupakan bagian pembuka rangkaian Pekan Emas, yaitu sembilan hari libur nasional antara akhir April sampai awal Mei. Lomba berlangsung di seluruh Jepang, melibatkan atlet-atlet sumo berbadan jumbo dan bayi-bayi mungil tak berdosa usia 6-18 bulan. Orang Jepang menyebut acara ini ‘naku ko sodatsu’ yang bisa diartikan ‘bayi menangis akan cepat besar.’

 

Festival Nakizumo sudah berlangsung sejak 400 tahun silam. Tujuannya menakut-nakuti roh jahat agar pergi dan membuat bayi tumbuh lebih sehat plus kuat. Acara digelar di tempat yang dibuat mirip ring sumo beneran. Bayi yang ikutan biasanya berdandan mengenakan kimono mini, memakai bando tanduk setan merah di kepala, atau celemek makan berhias tulisan kanji. Tapi, banyak juga yang pakai baju biasa, atau bahkan setengah bugil seperti pegulat sumo yang menggendongnya.

 

Lomba dipimpin wasit tradisional sumo yang disebut gyoji. Dia memakai seragam corak berbahan sutra, sambil memegang kipas kayu untuk memberi tanda dimulainya acara. Dua pegulat sumo akan naik membawa bayi. Kedua bayi diposisikan berhadap-hadapan. Pesumo kemudian berusaha membikin bayi menangis menjerit kencang. Caranya dengan pasang muka aneh, atau menggerakkan bayi ke atas-bawah, sambil berteriak, “Naki! Naki! Naki!” yang artinya “Menangis! Menangis! Menangis!”

 

Nah, juaranya tentu saja bayi yang pertama menangis. Kalau dua-duanya mulai menangis dalam waktu bersamaan, bayi yang suara menangisnya paling keras yang bakal jadi pemenang. Tapi, tidak semua bayi berhasil dibikin menangis dalam festival ini. Kadang ada juga yang malah tertawa, bahkan jatuh tertidur. Kalau ini terjadi, giliran wasit harus memakai topeng seram untuk menyelesaikan tugasnya. Pertandingan diakhiri dengan teriakan bersama-sama, ”Banzai raku!” yang artinya, “Panjang umur!”.

 

“Tangisan bayi dimaksudkan untuk mendekati Tuhan. Orangtua berharap, anak mereka akan tumbuh sehat dan kuat. Jadi kalau ada bayi yang tidak menangis dalam acara ini, pesumo akan berusaha membuat mereka menangis,” jelas Pendeta Yoshimi Morita, seperti dikutip Dailymail.

 

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: GETTY IMAGES

Share to :


Leave A Comment