Jelajahi Belantara Mangrove di Wisata Alam Wonorejo

Tempat ini menjadi rumah bagi puluhan jenis burung dan tanaman mangrove di kawasan Pantai Timur Surabaya (Pamurbaya).

Hutan mangrove Wonorejo awalnya dikelola bukan untuk tujuan wisata. Melainkan konservasi alam dan pusat penelitian. Tapi sejak keindahan tempat ini tersebar dari mulut ke mulut, pengunjungnya membludak. Kebanyakan justru datang sekadar untuk jalan-jalan dan foto-fotoan, bukan melakukan penelitian tanaman bakau atau burung.

Menurut pengamatan Wahid M, staf Dinas Pertanian Kota Surabaya yang sehari-hari berkantor di sana, 80 persen pengunjung sekarang memang turis. Baik berasal dari dalam maupun luar negeri. “Masih ada beberapa peneliti dari perguruan tinggi yang datang. Ada juga yang bule. Tapi jumlahnya sedikit,” ingat Wahid.

Untuk menjelajahi hutan bakau ini, kita harus berkeliling naik perahu motor sekitar 20 menit menuju dermaga mangrove. Jumlah perahunya nggak banyak. Ukurannya juga berbeda-beda. Ada yang cukup buat 25, 30 dan 40 orang. Saat sedang ramai, kita musti mengantre sebentar menunggu kapal kembali.

Ongkos kapal pulang-pergi Rp 15.000 untuk anak dan Rp 20.000 orang dewasa. Pihak Dinas Pertanian menyediakan jasa guide dengan biaya negotiable. “Mereka bukan guide profesional, jadi nggak pasang tarif. Mereka warga sekitar yang sudah sangat hafal seluk beluk dan isi hutan ini,” alasan Wahid.

Sepanjang perjalanan dengan perahu, kita akan melihat rimbunnya tanaman mangrove dan mendengar kicauan beraneka burung yang terbang bebas. Kalau beruntung, kita juga bisa bertemu burung-burung cantik yang dilindungi. Misalnya Elang Jawa, Kuntul Besar, Raja Udang Biru, Remetuk Laut, Perkutut Jawa dan Cekakak Suci. Menurut Wahid, hewan-hewan liar seperti monyet dan biawak biasanya muncul saat air surut. Kalau air sedang pasang, jumlah burung yang seliweran juga makin banyak.

Lalu, apa yang bisa dinikmati di dermaga mangrove sana? Kita akan berjalan melintasi dermaga sederhana (mereka menyebut itu jogging track) dari anyaman bambu. Jalur ini sangat rindang dinaungi pohon bakau di samping kiri dan kanan. Lalu nikmati pemandangan pantai yang cerah dari joglo, dikelilingi banyaknya flora dan fauna, yang nggak mungkin bisa kita temui di tengah kota. Ekowisata Mangrove Wonorejo ini pernah lho menjadi wilayah percontohan Mangrove Ecosystem Conservation and Sustainable Use (MECS). Proyek itu merupakan hasil kerjasama Kementerian Kehutanan Republik Indonesia dengan Japan International Agency (JICA).

Tapi jangan bayangin menggelar tikar dan piknik menikmati panorama sambil lesehan. Makanan juga tidak tersedia karena nggak ada penjual, apalagi penghuni. Maklum, hutan. Kalau keroncongan, jangan takut. Kita bisa isi perut di sekitar dermaga keberangkatan. Ada beberapa depot sederhana yang  menyediakan aneka minuman dingin dan makanan. Tempat ini juga menjual berbagai olahan mangrove, mulai sirup, dodol, kripik sampai permen.

Hutan mangrove seluas 871 hektare ini berada di pucuk timur Surabaya. Letaknya jauh dari pusat kota. Kondisi jalan sekitar dua kilometer terakhir menuju lokasi juga kurang baik. Toh begitu, pengunjungnya nggak pernah sepi, apalagi kalau Sabtu dan Minggu.

Pada hari biasa, kawasan wisata ini buka pukul 08.00 sampai 17.00. Khusus weekend, tutup lebih sore pukul 17.30. Yang pingin ramai-ramai ke sana, silakan kontak Dinas Pertanian Kota Surabaya di Jl Pagesangan II No 56, Surabaya. Teleponnya 031-8282328. Mereka membatasi hanya menerima dua rombongan besar per hari. Main ke Ekowisata Mangrove Wonorejo ini nggak dipungut biaya, kecuali kalau mau naik perahu ke dermaga utama.

Nah, sekarang siapkan sunblock, kacamata hitam, dan jaket bertopi untuk menjelajahi belantara mangrove di Wonorejo!

 

 

Ekowisata Mangrove Wonorejo (http://www.ekowisata-mangrove-wonorejo.com)

Jl Raya Wonorejo Rungkut No 1, Surabaya

Telp/Fax 031-879 6880, 081357201711 (Gunari), 081335854885 (Wahid)

E-mail: ekowisatamangrove_wonorejo@yahoo.co.id

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment