Minimnya Koleksi Museum Kanker Indonesia

Banyak penyandang kanker dan keluarganya yang enggan berbagi pada publik.

Kanker adalah penyakit serius yang mematikan. Kalau ingin tahu seseram apa dia, kita bisa berkunjung ke Museum Kanker Indonesia di Surabaya. Ini merupakan museum kanker pertama sekaligus satu-satunya di Indonesia. Gedungnya berada satu area dengan Yayasan Kanker Wisnuwardhana (YKW). Meski yayasan diresmikan sejak 30 Mei 1974 silam oleh Gubernur Jawa Timur RP Moh Noer, museumnya sendiri baru buka November 2013. Penggagasnya adalah Dr Ananto Sidohutomo MARS, yang sekarang menjadi pembina YKW.

Nggak seperti museum lain yang seluruh koleksinya sering nggak tuntas kita lihat dalam sekali kunjungan, Museum Kanker Indonesia justru sebaliknya. Jumlah koleksi di sini masih sangat terbatas, Superkids. Yaitu sekitar 20 jaringan kanker asli, hasil operasi yang disimpan dalam toples kaca berisi cairan formalin. Potongan-potongan jaringan itu awet tanpa berbau. Sebagian besar merupakan koleksi pribadi dr Etty HK SpPA(K), dokter spesialis patologi anatomi yang juga istri Ananto.

Puluhan toples tersebut cukup disimpan dalam sebuah lemari kayu tua yang berpintu kaca. Jadi, kita nggak perlu membuka pintunya -apalagi toplesnya- untuk melihat isinya. Jaringan kanker apa saja yang tersimpan di sana? Ada kanker payudara (Invasive ductal carcinoma dan Malignant phylloides tumor), kanker kelenjar liur (Mucoepidermoid carcinoma), kanker indung telur (Mucinous cyst adenocarcinoma), sampai kanker ginjal pada anak (Wilm’s tumor). Lemari diletakkan di sebuah sudut dekat pintu keluar museum. Selain itu, tidak ada koleksi lain lagi yang bisa kita temui di sana. “Dua koleksi saja sudah cukup memadai untuk menjadi sebuah museum,” alasan Ananto pada Superkids Indonesia.

Meski koleksinya minim, tempat ini hampir tiap hari dikunjungi orang. Sebagian besar datang untuk mengonsultsikan penyakitnya di Biro Konsultasi Kanker, yang terletak di bagian depan gedung museum. Di halaman dalam, kita bisa mengetahui sejarah penyakit kanker melalui tulisan bergambar, yang ditempel memanjang di tembok bangunan. Menurut informasi tersebut, perjalanan sel kanker dimulai 80 juta tahun lalu dan ditemukan pada fosil dinosaurus. Tahun 3000 SM, sel ini juga ditemukan di tubuh  mumi seorang raja Mesir. Informasi mengenai kanker juga tampil berupa standing banner di dekat lemari etalase jaringan kanker. Di situ dipaparkan cara mendeteksi dini kanker serviks (mulut rahim), payudara maupun benjolan lain di tubuh.

Heti Palestina sebagai public relations Museum Kanker Indonesia mengakui, pihaknya masih kesulitan memperbanyak koleksi. Kendala utamanya adalah kurangnya keterbukaan penyandang kanker untuk mau berbagi. Padahal, sebagian barang yang diincar untuk jadi koleksi adalah barang-barang pribadi milik para penderita kanker, seperti hasil rontgen. Benda lain yang juga sedang diidamkan buat dikoleksi adalah mesin-mesin jadul alat pemeriksaan kanker, yang sudah tidak digunakan di berbagai rumah sakit.

Untuk lebih menghidupkan suasana museum, rencananya juga akan dipajang foto-foto cantik para survivor kanker, aneka lukisan bertema kanker, artwork atau instalasi seni, sampai barang-barang kenangan para penderita yang sudah tiada. “Misalnya topi, pulpen, pakaian, dan lain-lain. Nanti akan kami sertakan narasi berupa pesan-pesan mereka agar kita semua terhindar dari penyakit yang sama,” jelas Heti, yang juga menjadi kurator museum tersebut.

 

Museum Kanker Indonesia, Yayasan Kanker Wisnuwardhana

Jl Kayoon 16-18, Embong Kaliasin, Genteng, Surabaya, Jawa Timur

Telp +6231 5342181, +6231 5322375, E-mail: info@museumkankerindonesia.com

 

Jadwal Berkunjung Museum

Senin-Jumat: 10.00-16.00, Sabtu: 10.00-21.00, Minggu: 10.00-17.00

 

Biro Konsultasi Kanker

Senin-Jumat: 08.00-11.30, 18.00-19.30, Sabtu-Minggu dan hari besar tutup

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment