Sunyinya Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH

Menempati bangunan tua bekas Lembaga Pusat Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Kelamin (LP4K).

Dirintis sejak 25 tahun lalu, koleksi Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH sekarang makin lengkap. Bukan hanya benda-benda yang berhubungan dengan dunia medis yang dipajang di sini. Melainkan juga alat pengobatan tradisional Indonesia maupun China yang sangat terkenal. Sayangnya, tempat wisata edukasi yang dikelola langsung oleh Kementerian Kesehatan RI ini, tetap sepi pengunjung.

Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH berada di kompleks perkantoran Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan Kesehatan Departemen Kesehatan RI di Jl Indrapura 17, Surabaya. Di lokasi yang sama terdapat antara lain gedung Pusat Humaniora, Kebijakan Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat (PHKKPM) dan Akademi Akupuntur Surabaya. Tempatnya mudah dijangkau karena berada di pinggir jalan besar kawasan utara Kota Pahlawan. Kalau mau ke sana tapi susah ngapalin namanya, bilang saja ‘bekas rumah sakit kelamin’. Warga memang lebih sering menyebutnya begitu karena tempat ini pernah dijadikan Lembaga Pusat Penyelidikan dan Pemberantasan Penyakit Kelamin (LP4K) pada 1951-1965.

Dr Adhyatma MPH sendiri bukan pendiri museum. Beliau adalah menteri kesehatan era Kabinet Pembangunan V, yang menjabat 1988 sampai 1993, saat berbagai koleksi mulai dikumpulkan. Pelopornya bernama Dr dr Harijadi Soeparto DOR MSc, seorang dokiter umum senior di Surabaya yang masih berpraktek sampai sekarang. Menurut staf museum, sekitar tahun 1990-an pemerintah berencana memperbarui alat-alat kesehatan di seluruh rumah sakit. Alat yang lama akan dimusnahkan, diganti yang lebih canggih. “Pak Harijadi merasa eman (sayang). Daripada dibuang, dia simpan untuk mendirikan museum,” jelasnya.

Menuju pintu museum, kita akan melewati lorong panjang terbuka, seperti yang biasa kita temui di bangunan-bangunan rumah sakit. Harga tiket masuk hanya Rp 1.500 per orang. Dekat loket terdapat sebuah plakat tua berhias aksara Jawa. Di bagian bawahnya tercantum tulisan “Museum Kesehatan Puslitbang Yantekkes, Diresmikan Surabaya, 16 Desember 2003 oleh Kepala Puslitbang Yantekkes Dr Soemartono DHSA”. Oww, sebelumnya, gedung ini ternyata juga  sempat digunakan sebagai Pusat Penelitian dan Pengembangan Pelayanan dan Teknologi Kesehatan (Puslitbang Yantekkes atau P4TK) pada 2000-2005. Museum baru ganti nama menjadi Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH setahun kemudian. Menteri Kesehatan DR dr Achmad Sujudi MHA meresmikannya 14 September 2004.

Area museum dibagi tiga berdasar jenis koleksi yang dipajang. Pertama, kita akan melewati area Sejarah. Foto para menteri kesehatan dipajang di sisi barat dinding. Tampak wajah menkes pertama Dr Boentaran Martoatmodjo dalam lembaran foto hitam putih beserta para penerusnya. Sayang sekali, koleksi ini kurang di-update, Superkids. Foto menkes terakhir yang dipajang adalah Nafsiah Mboi SpA MPH,  yang sudah mengakhiri masa jabatannya tepat setahun lalu, Oktober 2014. Beliau digantikan Prof Dr dr Nila Djuwita Anfasa Moeloek SpM (K), yang masih menjabat sampai hari ini. Koleksi lainnya adalah ijazah, seragam pendidikan, sampai papan praktik dokter Harijadi Soeparto.

Di bagian Teknologi, kita akan menjumpai berbagai hewan penyebar penyakit yang diawetkan. Mulai sapi penyebar anthrax, trenggiling penyebar lepra, tikus pembawa pes, kera penyebab rabies, sampai aneka kupu-kupu yang serbuk pada sayapnya bisa memicu alergi. Terdapat juga peralatan-peralatan kesehatan jadul, seperti ranjang ginekologi (tempat tidur khusus untuk persalinan) dan dental chair (kursi periksa gigi). Tiap koleksi dilengkapi keterangan cukup jelas. Pihak museum nggak menyiapkan satu pun pemandu buat mendampingi pengunjung melihat-lihat isi museum.

Nah, satu bagian lagi yang akan kita mampiri adalah Budaya. Letaknya terpisah, memanjang di samping depan ruangan sebelumnya. Jadi kita harus keluar dulu untuk menyeberang ke area ini. Di dalamnya terdapat berbagai benda yang dipakai dalam proses pengobatan tradisional. Jadi jangan pucat bertemu boneka jailangkung dan Ninik Towok. Juga beberapa helai rambut yang dikeluarkan dari tubuh korban santet. Bahkan, alat pemasung yang digunakan warga desa untuk merawat warga yang sakit jiwa pun menempati salah satu sudut ruangan.

Di ruangan yang sama, terdapat rak untuk menyimpan koleksi Terapi Pakaian. Isinya antara lain kain ulos dari Batak, selendang kuning yang dipercaya masyarakat Dayak bisa menolak bala, sampai kain milik kepala suku Dayak yang diyakini dapat melindungi tubuh dari serangan mistis. Di sampingnya terlihat lemari Terapi Musik, berisi alat-alat musik tradisional untuk penyembuhan. Misalnya kempyeng dan bende wedok. Ruangan terakhir yang kita lalui sebelum meninggalkan Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH adalah area khusus untuk menyimpan koleksi pribadi dr Harijadi.

Saat Superkids Indonesia berkunjung ke sana siang hari, tidak ada satu pun pengunjung lain yang sedang melihat-lihat koleksi. Suasana museum sangat senyap karena juga tidak terlihat petugas jaga atau pemandu di sepanjang ruangan, maupun alunan musik nan lembut. Jadi, biar lebih seru, datang bersama teman bila tertarik mampir ke sana ya.

 

Museum Kesehatan Dr Adhyatma MPH (www.balitbangkes.depkes.go.id)

Jl Indrapura 17 Surabaya 60176, Telp 031-3528748 ext 105 dan 133, Faks 031-3258749

Buka tiap hari pukul 08.00-15.00, tutup saat hari besar nasional.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: HAFIDA INDRAWATI

Share to :


Leave A Comment