Nak, Ayo Bikin Origami!

Benarkah hanya melipat kertas bisa memberi pengaruh besar bagi perkembangan si kecil?

Ini dia permainan superkreatif, hemat biaya, yang tidak butuh listrik (anak nggak bakal panik gara-gara baterai lemah) dan berumur ribuan tahun. Origami diyakini sudah ada sejak zaman Heian (741-1191) di Jepang. Seni melipat kertas ini menyebar ke penjuru dunia dan bertahan di tengah munculnya berbagai permainan baru berteknologi tinggi.

Ester Natalita (Erlita) mengenal origami sejak usia tiga tahun. Bentuk pertama yang ia bikin -ia ingat betul- adalah kincir angin. “Kincir angin kertas itu berputar kalau ditiup. Saya takjub bisa membuat mainan sendiri,” kenang Erlita. Sejak itu tidak pernah ada satu hari pun ia lewatkan tanpa bermain origami. Erlita melipat kertas di kelas, pesawat, ruang tunggu dokter, meja  makan… di mana saja, sampai sekarang!

Menurut Konsultan Tumbuh Kembang Anak RSUD Dr Soetomo Surabaya, dr Mira Irmawati SpA(K), origami merupakan permainan yang mengasah kreativitas, ketekunan, ketelitian, dan imajinasi seseorang. Bayangkan bila anak mampu membuat bentuk apa saja hanya dari selembar kertas biasa. Apa yang bisa lebih wow dari itu? “Mungkin orangtua ngomel lihat kamar si kecil jadi berantakan penuh kertas. Tapi jangan larang anak mengembangkan hobi origami. Itu bagus untuk dia belajar ketelitian dan kreativitas,” pesan Mira.

Pendapat yang sama pernah disampaikan Profesor Ryuta Kawashima, neuroscientist nomor satu asal Jepang. Ia yakin, origami sangat bagus untuk perkembangan otak anak karena aktivitasnya mirip merajut dan bermain piano. Saat tangan aktif melipat kertas, otak juga aktif merekam satu demi satu lipatan itu, sambil membayangkan model yang akan terbentuk. Setelah jadi, anak tentu puas dan senang melihat karyanya.

Nah, Supermom, bagaimana cara membuat anak beralih dari tiada-hari-tanpa-gadget ke origami? Well, anak tentu punya minat sendiri-sendiri. Kita tidak bisa memaksa anak suka origami, seperti juga mengharuskan anak suka makan pisang. Linda Marlina, Pendiri Klub Origami Indonesia, punya banyak pengalaman tentang ini. Ia mengamati, pada dasarnya anak menyukai kegiatan yang sifatnya bermain dibanding belajar. “Jadi ciptakan suasana santai seperti bermain. Pilih bentuk origami sederhana, yang bisa dijadikan mainan. Misalnya pensil, kapal-kapalan, pesawat yang bisa diterbangkan, atau baling-baling yang akan berputar tertiup angin. Anak akan bangga dengan hasil karyanya sendiri,” saran Linda.

Sementara itu, Erlita yang sekarang memimpin Komunitas Origami Indonesia Koordinator Surabaya, punya cara unik menyebarkan ‘virus’ origami fever ke masyarakat. Tiap selesai makan di restoran, ia akan meninggalkan origami apapun yang tadi dibuat saat menunggu pesanan. Tujuannya biar orang penasaran melihat kamera, ponsel, bunga, kodok dan bentuk lain yang dibentuk dari kertas.

Untuk pemula, banyak sekali model origami yang bisa kita ajarkan pada anak, Supermom. Misalnya segitiga, layang-layang, topi samurai, dan serangga. Cara belajar origami pun tidak harus membuka buku. Brians Tjipto, murid kelas 5 Surabaya Grammar School, tekun mempelajari teknik origami lewat situs berbagi video YouTube. Sekarang dia bisa membuat origami berbentuk phoenix yang sangat detail dengan 300 lipatan. Sang bunda Fenchilia tidak pernah protes melihat putra bungsunya lebih tertarik origami, dibanding game online seperti anak lain. “Saya dan suami mendukung apa yang menjadi kegemaran Bri. Liburan ke luar negeri pun yang kami cari pertama kertas origami buat dia,” ujar Fenchilia.

Bila belajar melalui buku, anak dituntut memahami simbol-simbol yang digunakan dalam diagram (petujuk melipat sebuah model origami). Melalui YouTube, belajar cenderung lebih gampang karena dipandu ‘langsung’ melalui layar kaca. “Bahkan kalau mau kursus pribadi, saya biasa mengirim pelatih origami secara khusus ke rumah-rumah di Bandung,” terang Linda, menyebut kota tempat ia tinggal.

Mengikuti komunitas penyuka origami juga merupakan cara yang baik untuk mengembangkan kemampuan. Saat ini komunitas origami ada di berbagai kota di Indonesia. Pada 7-8 Maret mendatang, untuk pertama kalinya mereka akan berkumpul mengikuti Konvensi Origami Indonesia 2015 di Gedung Fakultas Teknik Kelautan (FTK), Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya. Nah, Supermom bisa mengajak Superkids ke sana untuk tahu lebih banyak tentang origami. Informasi lengkapnya bisa dilihat di www.origami.or.id

Selamat melipat!

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: 123RF

Share to :


Leave A Comment