Seni Bikin Anak Makin Pintar

 

Berkarya seni dan mengenal estetik visual punya pengaruh besar dalam kehidupan anak di masa mendatang. Jadi, mulailah sejak dini, atau sekarang juga (mending terlambat daripada enggak sama sekali, kan?) untuk mengajarkan seni pada mereka, Superparents. Apa saja sih keuntungannya?

 

Keterampilan Motorik: Banyak gerakan dalam berseni, misalnya memegang kuas lukis atau menggores krayon, yang sangat esensial bagi perkembangan motorik anak. Sekitar usia tiga tahun, anak biasanya mulai menggambar lingkaran dan menggunakan gunting yang aman. Setahun berikutnya, di usia empat, anak sudah bisa menggambar bujur sangkar dan menggunting garis lurus. Jadi, lihat saja, banyak preschool yang tidak lagi menganggap gunting sebagai barang terlarang berbahaya. Justru, mereka menekankan penggunaan gunting (yang aman), karena terbukti bisa melatih keterampilan motorik anak dan memancing kemauan mereka belajar menulis.

 

Perkembangan Bahasa: Bagi anak, berseni -atau cuma sebatas ngobrolin- berarti membuka kesempatan untuk mempelajari kata seputar warna, bentuk dan gerakan. Bahkan, sejak usianya masih setahun, kita sudah bisa melatih anak membuat karya seni sederhana, sekaligus memperkaya kosa katanya. Misal, gumpalkan kertas dan sebut itu ‘bola’. Saat masuk SD, anak bisa menggunakan lebih banyak kata untuk membicarakan karya mereka, atau mengungkapkan pendapat tentang seni.

 

Pembuat Keputusan: Seni meningkatkan kemampuan kita memecahkan masalah dan berpikir kritis. Pengalaman memilih dan membuat keputusan dalam proses berseni membawa pengaruh bagi kehidupan. “Biarkan anak mengeksplor, memikirkan, bereksperimen dan mencoba ide-ide baru. Itu berarti kreativitas punya kesempatan untuk tumbuh subur dan berkembang,” saran MaryAnn Kohl, seorang pengajar seni dan penulis buku tentang pendidikan seni anak-anak.

 

Pembelajaran Visual: Menggambar, membuat bentuk dari plastisin, memasukkan manik-manik ke dalam benang, semuanya sekaligus membangun keahlian spatial-visual yang amat penting. Anak sekarang sudah tahu lho cara mengoperasikan smartphone. Mereka juga fasih menggunakan tablet. Padahal, mengenal huruf A-B-C-D saja belum. Artinya, mereka belajar dari informasi visual yang didapat. Informasi itu berisi simbol di dalam gambar atau obyek tiga dimensi dari media digital, buku maupun TV. “Pendidikan seni mengajarkan anak bagaimana

mengartikan, mengkritik dan menggunakan informasi visual. Juga, bagaimana mengambil keputusan berdasarkan itu semua,” kata Dr Kerry Freedman, Kepala Pendidkan Desain dan Seni di Universitas Northeren Illionis.

 

Berpikir Beda: Saat anak didorong untuk mengekspresikan diri mereka dan berani mengambil risiko dalam berkarya seni, berarti mereka sedang membangun sense tentang inovasi. “Mereka akan menjadi orang yang terus bergerak maju, selalu mencari cara-cara baru, dan bukan orang yang hanya bisa mengikuti petunjuk,” yakin Kohl. “Seni adalah jalan untuk mendorong anak melalui proses itu, agar bisa merasakan dahsyatnya pengalaman berpikir!”

 

Kesadaran Budaya: Karena kita tinggal di lingkungan dengan beragam budaya, imej tiap komunitas bisa menampilkan banyak pesan. “Kalau anak main boneka berambut pirang, boneka bermata sipit, dan boneka berkulit gelap, dia sedang belajar tentang estetik seni dari warna, bentuk, maupun tekstur rambut,” kata Freedman. Itulah kenapa mengenalkan anak dengan gaya para seniman berbagai daerah sangat penting. Anak akan paham bahwa sebuah karya seni yang mereka lihat, mungkin interpretasi seseorang tentang realitas di sekitarnya.

 

Sukses Akademik: Anak-anak yang rutin bersentuhan dengan seni (latihan menari seminggu sekali, menggambar tiap tiga hari sekali, les piano tiap akhir pekan, dan sebagainya) empat kali lebih mampu mencapai keberhasilan akdemik. Banyak di antara mereka yang berpartisipasi dalam kompetisi matematika dan sains. Tidak sedikit juga yang mendapat penghargaan atas tulisan esai atau puisinya.

 

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: THINKSTOCKS

Share to :


Leave A Comment