Video Game Kekerasan: Bahaya untuk Anak?

 

Supermom, anak-anak semakin terbiasa bermain video games. Terutama yang memuat adegan-adegan kekerasan; pukulan, tendangan dan sejenisnya. Beberapa studi menunjukkan, video games kekerasan nggak berpengaruh kok pada perilaku anak. Tapi studi lain menyebut, ada pengaruh negatifnya. Nah, bagaimana kita harus bersikap?

 

Beberapa orangtua nggak menemukan masalah dengan anak-anak yang hobi bermain game kekerasan. Kok begitu? Mereka percaya, anak-anak sudah tahu perbedaan antara fantasi dan kenyataan. Mereka percaya, materi video games dapat berguna bagi anak-anak pada titik tertentu dalam kehidupan dan perkembangan. Mereka tahu bagaimana otak anak berkembang, belajar dan berubah.

 

Namun, video game kekerasan ternyata juga bisa meningkatkan perilaku agresif anak. Anak-anak yang suka video game ultra-keras akan cenderung mengatasi kecemasan dengan cara mengeksternalkannya. Saat menghadapi kecemasan, mereka tidak menenangkan diri, membicarakan masalahnya, curhat pada seseorang, atau mengungkapkan secara emosional lewat tangisan. Mereka justru mengeksternalisasi masalah itu dengan menyerang sesuatu. Mereka mungkin menendang temnbok, membanting mainan, mengganggu hewan peliharaan, dan sejenisnya.

 

Sebagian besar video game kekerasan tidak mengajarkan anak-anak konsekuensi moral. Jika menembak seseorang di dunia nyata, kita pasti bisa dijebloskan ke penjara atau mendapat hukuman lainnya. Dalam video game, menembak seseorang berarti mendapat poin tambahan . Video game kekerasan juga memuliakan budaya geng, merayakan kebrutalan, mendewakan kekasaran, dan meremehkan perempuan.

 

Jadi, bagaimana? Tentu saja, orangtua punya pengaruh besar terhadap perilaku anak. Setiap anak juga punya reaksi berbeda terhadap stimulus kekerasan tertentu. Maka, bijaksanalah. Dampingi anak agar bisa menonton video game dengan cara yang sehat.

 

 

TEGUH WAHYU UTOMO

FOTO: PHOTOS

Share to :


Leave A Comment