Sejarah Payung

Tahukah Superkids payung yang biasa kita pakai saat musim hujan, ditemukan dan dipakai pertama kali oleh siapa? Yuk, kita telusuri asal mula sejarah payung!

Asal muasal istilah ‘Umbrella’

Kata ‘umbrella’ berasal dari istilah Latin ‘umbra’,  kemudian diikuti dengan istilah Italia ‘ombra’, yang diterjemahkan menjadi bayangan atau bayangan hari ini. Artinya pada penggunaan awal payung, dapat memberikan bayangan melawan sinar matahari yang kuat. Jika saat ini Superkids beranggapan bahwa payung hanya digunakan saat musim hujan, nah ternyata berbeda fungsi payung pada zaman dulu. Dahulu kala payung secara tradisional digunakan untuk perlindungan dari sinar matahari.

Nah sekarang, apakah kamu penasaraan dari mana asal payung itu?

Payung ditemukan pertama kali lebih dari 4.000 tahun yang lalu, berdasarkan dalam bukti seni kuno dan artefak di berbagai belahan negara khususnya Mesir, Yunani, dan Cina.

 

Mesir Kuno

Di Mesir kuno, payung pertama muncul lebih dari 4.000 tahun yang lalu dan dibuat untuk melindungi bangsawan-bangsawan dari sinar matahari yang terik. Awalnya bahan untuk membuat payung terbuat dari bahan seperti daun pohon dan cabang palem, lalu seiring berjalannya waktu berkembang menggunaakan bahan kulit dan kain binatang. Sedikit sekali yang membuat dengan bahan waterproof atau anti air mengingat iklim di gurun. Tentunya, dahulu pemakaian bahan-bahan di atas sangat mahal dan sulit didapat. Akibatnya, menjadi barang premium dan eksklusif yang hanya bisa dimiliki dan digunakan oleh para bangsawan, bahkan menjadi salah satu simbol kekayaan.

 

Cina

Pada masa Dinasti Cao-Wei (206 SM-220 M) atau Tiongkok Kuno, sekitar 2000 tahun yang lalu, namun payung digunakan hanya bagi mereka yang mampu membeli barang mewah atau hanya untuk kalangan bangsawan dan pedagang kaya. 

Payung di negara china, memiliki bahan yang berbeda seiring dengan perubahan jaman, berawal dari sutra kemudian berbahan  kertas dan kertas minyak yang akhirnya menjadi populer. Pemakaian Payung berwarna merah dan kuning hanya digunakan oleh keluarga kerajaan, dan payung biru untuk rakyat jelata 

Dengan berbagai kreasi, mereka mengilapkan dan mengecat payung kertas agar dapat anti air dan sebagai pelindung hujan. Dibuat dari bingkai kulit kayu murbei dan bambu yang berusia setidaknya lima tahun, para pekerja Tiongkok melukis payung sutra dengan berbagai desain naga, alam, pemandangan alam, binatang, figur, bunga, pemandangan dari mitologi, dan bahkan tulisan mereka sendiri.

Meskipun payung ekslusif yang dibuat dengan hati-hati dari kertas dan sutra berbobot beberapa ratus gram, namun payung tersebut mampu melindungi dari hujan karena proses khusus dalam mengoleskan minyak pada bagian pelindungnya.

Karena langka dan biayanya yang tinggi, payung dengan cepat menjadi simbol kekuasaan di Tiongkok dan negara-negara Asia sekitarnya, yang mengadopsi payung ke dalam tradisi dan mode mereka, bahkan dengan sangat bangga menampilkan desain dan karya seni yang rumit, khususnya di Korea, Burma, dan Siam.

Selain sebagai salah satu tren mode di Asia, pemakaian payung  mampu menghipnotis kalangan eropa dengaan cepat. Terpesona oleh desain Tionghoa yang berseni dan feminin, pemakaian payung segera mengambil alih tren terbaru bagi bangsawan wanita di Italia, Prancis, dan Inggris. Pada 1790-an, pengembara dan penulis Persia Jonas Hanway menggunakan payung di depan umum selama beberapa dekade, mempopulerkan penggunaannya di kalangan pria. Sehingga payung yang dianggap feminin berkembang menjadi aksesori umum yang saat ini digunakan oleh para laki-laki dan bahkan semua orang.

 

Bagaimana fungsi payung saat ini, tentunya bagi kita yg hidup di iklim tropis, selain untuk melinndungi diri dari panas matahari dan juga musim hujan, payung yang kita miliki sekarang sudah lebih modern dan trendy bahkan bisa disesuaikan dengan gaya Superkids masing-masing.

Nah, Superkids, apakah kamu punya ide payung masa depan akan seperti apa?

 

//RTW

Share to :


Leave A Comment