Homeschooling, Kenapa Tidak?

 

Bagi Bharoar Bharan Bragil Nasution, homeschooling itu solusi terbaiknya sekarang. Ayahnya  tercinta Indrasakti Nasution sudah lama meninggal. Sementara bunda tersayang Sri Andini harus sering pindah kota sesuai penugasan kantor. Bharoar sendiri adalah pegolf cilik dengan segudang prestasi. Dia harus rutin latihan tiap hari, di waktu yang berbenturan dengan jam sekolah. Nah, biar nggak ketinggalan pelajaran dan karirnya tetap jalan, Bharoar pun mendaftar di Homeschooling Kak Seto (HSKS). “Karena dia bungsu dan masih kecil, dia kan harus ikut sama saya ke kota manapun saya bertugas,” alasan Sri, yang Maret 2014 mengakhiri jabatan sebagai ketua Pengadilan Negeri Sidoarjo.

 

Lain lagi dengan Fairuza Hanun Razak. Ia menjalani homeschooling sejak kecil sampai sekarang berusia 11 tahun. Bundanya Maylia Erna Sutarto sepakat dengan sang suami Nurdin Razak untuk menyekolahkan anak mereka dengan metode homeschooling. Pasangan yang punya dua putri dan satu putra ini menilai, secara moral maupun finansial, homeschooling jauh lebih menguntungkan. Dari segi keuangan, biaya SPP bulanan maupun daftar ulang tiap awal tahun ajaran baru, bisa dipakai membeli peralatan edukasi di rumah. “Itu bisa digunakan turun temurun, sekaligus mengajar anak disiplin menjaga barangnya tetap utuh,” kata Erna.

 

Dari segi moral, mereka menganggap orangtua sudah seharusnya menjadi tempat buah hati menimba ilmu agama dan akhlak. Erna nggak mau menyerahkan tanggung jawab itu pada pihak lain, termasuk sekolah. Maka, meski anak-anak nggak punya kesibukan lain (misalnya syuting atau latihan) selain belajar, Erna dan Nurdin enggan mendaftarkan mereka masuk sekolah reguler. “Kami putuskan mencari suatu pendidikan alternatif, di mana saya dan suami sebagai pemegang kebijakan, fasilitator, dan pengontrol. Kami menerapkan cara evaluasi yang sangat manusiawi bagi anak-anak tanpa judgement,” alasan Erna.

 

Hmmm, apa sih kelebihan homeschooling dari sekolah biasa, Supermom? Dalam metode homeschooling, bakat dan minat anak lebih tereksplorasi. Mereka nggak perlu mempelajari semua mata pelajaran seperti di sekolah umum. Ini didasari anggapan bahwa tiap anak itu istimewa dan unik. Nggak semua jago berhitung, kan? Ada anak yang bakat dan minatnya di bidang menulis, menggambar, musik atau menari. “Orangtua mengajarkan anak road to success ala mereka. Gimana dulu orangtuanya menjadi sukses, berdasar pengalaman mereka, itulah yang diajarkan ke anak,” jelas Ayah Edy, penggagas Program Indonesian Strong from Home, dalam bukunya “Ayah Edy Menjawab”.

 

Pada dasarnya ada tiga sistem homeschooling yang bisa digunakan, Supermom.

  1. Personal Homeschooling atau Homeschooling Mandiri. Ini seperti apa yang dilakukan para kiai zaman dulu. Bapak atau ibu mengajar langsung anak mereka, tanpa minta bantuan siapapun. Ini bisa dilakukan kalau Superparent punya banyak waktu.
  2. Homeschooling Tutorial. Yaitu memanggil guru les atau mengikutkan anak kursus di bidang yang ia sukai. Misalnya, suka main piano, maka dipanggillah guru piano ke rumah, atau dikursuskan di tempat yang bagus.
  3. Komunitas. Kalau orangtua nggak mampu mengajari, ikutkan saja komunitas homeschooling. Yaitu kelompok ibu-ibu tidak bekerja yang peduli pendidikan anak, lalu menyelenggarakan pembelajaran bersama dengan metode homeschooling. Sistemnya dengan pertemuan seminggu sekali.

 

Murid homeschooling juga tetap bisa ikut UAN (Ujian Akhir Nasional). Artinya, dia akan punya ijazah untuk melanjutkan kuliah di dalam maupun luar negeri. Berminat?

 

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: THINKSTOCK PHOTOS

Share to :


Leave A Comment