Disleksia, Bukan Berarti Tidak Jenius Mom!

Tahu Thomas Alva Edison, ilmuwan jenius penemu bola lampu listrik? Tidak banyak yang tahu bahwa dia pernah dianggap sebagai anak bodoh di sekolahnya.

Thomas Alva Edison mengalami kesulitan dalam membaca dan berhitung. Dia diduga mengidap disleksia. Disleksia adalah gangguan kemampuan membaca, yaitu kemampuan membaca anak berada di bawah kemampuan seharusnya, dengan mempertimbangkan tingkat inteligensi, usia dan pendidikannya. Pada kasus Thomas Alva Edison, kemampuan menulis yang seharusnya sudah dikuasai di usia sekolah dasar, baru dikuasainya di usia sembilan belas tahun.

Disleksia bukan bentuk dari ketidakmampuan fisik, seperti masalah penglihatan, tetapi mengarah pada bagaimana otak mengolah dan memproses informasi yang sedang dibaca anak tersebut. Kesulitan ini biasanya baru terdeteksi setelah anak memasuki dunia sekolah untuk beberapa waktu.

Dr Inneke Limuria, dokter spesialis holistik menjelaskan  bahwa disleksia disebabkan gangguan di dalam sistem saraf pusat otak (gangguan neurobiologis) yang dapat menimbulkan gangguan perkembangan seperti gangguan perkembangan bicara, membaca, menulis, pemahaman, dan berhitung.

Dapatkah disleksia terjadi pada Superkids kesayangan Superparents? jawabnya mungkin saja, mengingat penyebab dari disleksia belum diketahui dengan pasti. Beberapa yang diduga menjadi penyebabnya adalah faktor genetik, luka pada otak (brain injury), adanya biokimia yang hilang yang berkaitan dengan kerja sistem syaraf pusat, biokimia yang diberikan pada anak seperti zat pewarna, pencemaran lingkungan seperti timah hitam dan pengaruh psikologis serta sosial seperti latar belakang keluarga dan ekonomi.

Superparents dapat mendeteksi disleksia sejak dini, sehingga dapat melakukan tindakan yang diperlukan untuk membantu Superkids. Sebagian besar Superparents baru menyadari persoalan gangguan belajar saat anak di sekolah dasar, dengan membandingkan kemampuan Superkids dengan siswa sebaya yang lain.

Ada tanda-tanda yang dapat dilihat sejak masa pra sekolah, diantaranya:

– Suka mencampur adukkan kata-kata dan frasa.

– Kesulitan mempelajari rima (pengulangan bunyi) dan ritme (irama).

– Sulit mengingat nama atau sebuah obyek.

– Perkembangan kemampuan berbahasa yang terlambat.

– Senang dibacakan buku, tapi tak tertarik pada huruf atau kata-kata.

– Sulit untuk berpakaian.

Tanda-tanda yang dapat dilihat saat usia sekolah dasar adalah:

– Kesulitan dalam mengurutkan huruf-huruf dalam kata.

– Kesulitan merangkai huruf-huruf dan kadang ada huruf yang hilang.

– Sulit membedakan huruf. Anak bingung menghadapi huruf yang mempunyai kemiripan bentuk seperti  b – d, u – n, m – n.

– Sulit mengeja kata atau suku kata dengan benar. Misalnya, sulit membedakan huruf-huruf pada kata ’soto’ dan ’sate’.

– Membaca satu kata dengan benar di satu halaman, tapi salah di halaman lainnya.

– Kesulitan memahami apa yang dibaca.

– Sering terbalik dalam menuliskan atau mengucapkan kata. Misalnya, ’hal’ menjadi ’lah.

– Terdapat jarak pada huruf-huruf dalam rangkaian kata. Tulisannya tidak stabil, kadang naik, kadang turun.

Bila Supermom menemukan tanda-tanda tersebut segera berkonsultasi ke psikolog untuk mendapatkan pemeriksaan dan terapi yang dibutuhkan. Jangan berkecil hati dan menganggap si kecil sebagai anak bodoh yang akan sulit untuk sukses. Kenyataannya, ada Thomas Alva Edison, Eisntein, Leonardo da Vinci, hingga Tom Cruise yang notabene adalah orang-orang sukses yang besar bersama learning difficulties seperti disleksia.

Superparents wajib membangun kepercayaan diri Superkids, serta tidak fokus pada kelemahannya. Berupayalah mengembangkan potensinya yang lain. Kita bisa membacakan buku dan membantunya membaca sendiri, belajar bersama dan membantu mengerjakan tugas-tugas dari sekolah. Pastikan suasana belajar menyenangkan. Dengan sentuhan yang penuh kasih dari kita, penemuan seinovatif bola lampu pada jamannya dapat lahir dari tangan Superkids kita, Mom!

 

NURUL L. IRFAN

Share to :


Leave A Comment