Duh Mom, Jangan Gaptek Dong

 

Ny Vitria kuno banget. Dia tidak menggunakan ponsel pintar, laptop, kamera digital, Webcam, iPod, WiFi, Wii, Skype, Kindle, dan sejenisnya. Dia tidak pernah mengunduh musik, film, atau yang lain dari intertubes. Dia punya e-mail dengan fitur pesan instan, tapi tidak pernah mengaktifkanmya, tak pernah menengok chat room, tidak pernah punya Facebook atau Twitter.

 

Astrid, putrinya, jagoan tekno. Komputer dan laboratorium teknologi sudah jadi bagian dari sistem sekolah dasarnya. Dalam usia muda, dia lebih biasa menggunakan komputer, ponsel, MP3 player, daripada menonton televisi. Jempolnya bisa bergerak sangat cepat membuat pesan atau mengeksplorasi gadget. “Mom, jangan gaptek dong. Manfaatkan teknologi,” ajak Astrid berulang kali.

 

Apakah Supermom juga gagap teknologi seperti Mrs Vitria? Yeah, masuk akal kalau ngotot berargumen seperti ini, “Ah, saya nggak butuh update status di Facebook atau Twitter. Mana ada yang peduli saya selesai makan siang sekarang, atau baru mau? Saya bahkan nggak ingin diganggu kalau lagi makan.”

 

Oke. Tapi, coba pikirkan paparan buruk dan negatif dari media sosial pada anak-anak. Kalau kita juga jagoan tekno, kita bisa memberi bimbingan dunia maya pada mereka. Kita dapat memantau kegiatan anak di dunia maya, dan benar-benar tahu apa yang mereka lakukan dengan komputer atau ponsel. Kita bisa menetapkan beberapa aturan dasar, sebelum anak-anak mendaftar di aktivitas online.

 

Di sisi lain, kita juga bisa berteman secara online dengan mendaftarkan diri ke jaringan sosial. Di sini, kita akan ngobrol tentang isu-isu menarik dan memberi panduan bagi anggota lain. Oh, kita pun bisa berbagi momen offline, sekaligus tetap melacak aktivitas anak di dunia maya. Tapi, kita nggak perlu jadi detektif amatiran dengan memata-matai setiap kegiatan mereka. Kalau benar-benar melek tekno, yang perlu kita lakukan adalah mengawasi dengan cara cerdik.

 

 

TEGUH WAHYU UTOMO

FOTO: PHOTOS

Share to :


Leave A Comment