Kenali Bentuk-Bentuk Bullying pada Superkids

Bullying punya arti yang sangat luas. Ini merupakan bentuk perilaku agresi yang dilakukan berulang-ulang dengan tujuan mengganggu anak lain yang lebih lemah. Superparent pasti nggak pernah ingin Superkids menjadi korban maupun pelaku bullying. Padahal, lingkungan pergaulan di sekolah dan rumah, sama-sama berpotensi memunculkan serangan ini.

 

Pakar pendidikan dan parenting Barbara Coloroso memaparkan empat macam bullying, dalam buku best seller-nya berjudul “The Bully, the Bullied, and the Bystander: From Preschool to High School – How Parent and Teachers Can Help Break the Cycle of Violence”. Superparent juga bisa mendapatkan buku ini versi bahasa dengan judul “Stop Bullying (Memutus Rantai Kekerasan Anak dari Prasekolah Hingga SMU)”. Mengenal bentuk-bentuk bullying dapat menjadi landasan Superparent dalam mewaspadai terjadinya masalah ini pada Superkids.

 

Bullying Fisik. Ini bentuk penindasan yang paling gampang terlihat karena seringkali meninggalkan bekas di tubuh. Bullying macam ini termasuk memukul, mencubit, mencakar, menjambak, mencekik, menyikut, meninju, menendang, memiting, bahkan meludahi. Bullying fisik juga bisa dilakukan secara nggak langsung, alias tanpa kontak fisik. Misalnya dengan merusak pakaian, perlengkapan sekolah, sepeda, dan barang-barang lain milik anak yang di-bully. Meski nggak bermaksud menciderai secara serius, bullying fisik sangat berbahaya. Anak yang sejak kecil suka melakukannya juga berpotensi melakukan tindakan krimimal di kemudian hari.

 

Bullying Verbal. Kata-kata memang nggak meninggalkan bekas yang jelas di tubuh korban. Tapi pengaruhnya justru sangat dalam bagi perkembangan mental Superkids. Bullying verbal merupakan bentuk penindasan yang paling umum, baik pada anak laki-laki maupun perempuan. Mengejek, menghina, memfitnah, mencela, memberi julukan yang buruk, dan melecehkan,  termasuk kategori ini. Bullying verbal dengan cara bisik-bisik gampang dilakukan tanpa ketahuan, meski di hadapan Superparent maupun guru. Gangguan ini pun cenderung disepelekan karena sering kali dianggap sebagai gurauan.

 

Bullying Relasional. Bukan lewat gangguan fisik dan kata-kata kasar, bullying relasional berupa sikap yang dapat melemahan harga diri anak lain secara sistematis. Bentuknya antara lain pengabaian, pengucilan, pengecualian, serta penghindaran. Dalam lingkungan pergaulan Superkids di sekolah, menjadi murid yang dikucilkan akan sangat menderita dan memicu stres, lho. Tekanan ini biasanya dilakukan keroyokan alias lebih dari satu orang. Tujuannya mengasingkan dan menolak seorang teman. Atau, bisa juga untuk merusak persahabatan. Bentuknya mungkin lebih tersamar. Seperti pandangan yang agresif, lirikan tajam, helaan napas, bahu yang bergidik, cibiran, tawa mengejek, dan bahasa tubuh yang kasar lainnya.

 

Bullying Elektronik. Superparent pasti kenal bahaya yang mengintai Superkids di era digital ini. Cyberbully muncul seiring kemajuan teknologi. Pelaku menggunakan fasilitas elektronik dan jaringan internet sebagai media. Bisa lewat komputer, handphone, kamera, website, media sosial, e-mail, maupun chatting room. Ini dimaksudkan untuk meneror anak lain dengan tulisan, meme,  animasi, gambar, video atau film yang sifatnya mengintimidasi, menyakiti dan menyudutkan anak lain.

 

Hati-hati, tetap selalu waspada mengamati pergaulan Superkids di sekolah ya, Superparent!

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: ISTOCK

Share to :


Leave A Comment