Kenapa Anak Autis Melakukan Ini?

Mereka tidak menyahut saat dipanggil, dan menjawab saat ditanya.

Autisme adalah cidera otak dengan konsekuensi multidimensional. Gangguan perkembangannya sangat kompleks. Anak penyandang autisme sulit berkomunikasi dan berhubungan dengan orang lain. Pada autisme, beberapa wilayah otak mereka gagal bekerja sama. Ada banyak ciri autisme, Supermom. Juga ada setiap alasan di balik prilaku khas mereka itu. Berikut penjelasan ABA Therapist Riska Timothy, yang juga founder Rumah Terang, Pusat Pelatihan Anak dan Remaja Autis.

Supercuek

Anak penyandang autisme tidak merespons saat namanya dipanggil, meskipun kita berteriak sangat keras. Bukan karena sengaja ingin membuat kita kesal. Melainkan karena mereka memang tidak tahu harus bagaimana saat nama mereka dipanggil. Riska menyarankan orangtua membantu mengajarkan anak penyandang autisme agar menoleh dan menjawab apa bila dipanggil, serta menatap mata orang yang memanggil. “Pegang bahunya, berjongkok agar kita bisa menatapnya sejajar. Kalau perlu, dekatkan mata kita dengan matanya. Lalu katakan, ‘Lihat’,” ujar Riska.

Tutup Telinga dan Mata

Ini ciri penyandang autisme yang sangat khas. Mereka suka menutup telinga dan mata, meski lingkungan di sekitarnya (menurut kita) normal saja. Itu karena sebagian besar mereka hyper-sensitive terhadap suara. Mereka dapat mendengar betapa bisingnya ruangan yang sunyi. Maka, mendengar sedikit saja benda berbunyi nyaring (seperti blender dan hair dryer), telinga mereka akan terasa amat sakit. Soal menutup mata, itu karena mata penyandang autisme bisa sangat silau hanya dengan melihat cahaya lampu. Saat terpejam, mereka akan melihat ada bayangan-bayangan di dalam mata dan mereka menyukainya. Saat mulai membuka mata, mereka akan melihat bintang-bintang bertebaran dan mereka juga menyukainya. “Mereka akan melirik ke kanan atau kiri untuk memastikan bahwa mata dan kelopaknya sudah nyaman,” terang Riska.

Echolalia

Saat belum bisa berbicara, anak penyandang autisme seringkali tantrum. Saat bisa berbicara, mereka suka mengulangi apa yang didengar. Bila ditanya, jawaban mereka justru mengulangi apa yang tadi kita tanyakan. Anak penyandang autisme memang suka mengulangi (echolila) kalimat. Misalnya kita bertanya, “Halo Erick, apa kabarmu?” Maka dia akan menjawab sama, “Halo Erick, apa kabarmu?” Kadang, saat sampai di rumah, mereka juga akan terus menerus mengulang kalimat yang tadi didengarnya di luar. Ini dilakukan bukan karena ingin bercanda. Melainkan karena anak penyandang autisme memang tidak tahu harus menjawab apa bila ditanya. “Orangtua harus mengajari mereka cara berkomunikasi, jauh lebih intens dibanding mengajarkan cara berkomunikasi pada anak normal. Harus ada yang membantu dia untuk  menjawab, sehingga dia dapat meniru jawaban itu,” tegas Riska. Ia mencontohkan, bila Supermom bertanya, “Hai Benny, apa kabar?”, Superdad bisa segera membantu menjawab, “Baik”, sebelum anak mengulang pertanyaan sang bunda. Dengan begitu ia akan mengerti bahwa cara berkomunikasi itu bukan mengulang. Kadang, echolila juga terjadi bila anak mereka sedang merasa cemas.

Tidak Peduli Bahaya

Jangan heran bila melihat anak penyandang autisme bisa memanjat sangat tinggi tanpa sedikit pun ketakutan. Pada umumnya, mereka bahkan lebih takut pada semut kecil yang berjalan ke arahnya daripada mobil kencang yang berjalan nyaris menabraknya. Ini terjadi karena pemahaman penyandang autisme tentang aturan dan fungsi pada dirinya, sangat kurang, sehingga mempengaruhi tingkat kesadaran tubuh. Hasilnya, mereka tidak sadar tentang bahaya listrik, api, benda tajam, jatuh, dan lain-lain. Menurut Riska, pemahaman akan bahaya perlu diberikan. Ini bisa dimulai dengan pengenalan rasa sakit terhadap tubuh. Pertama, ajari anak merespons terhadap cubitan, pukulan dan sebagainya. “Ini sekaligus melatih mereka agar terhindar dari kekerasan atau bullying yang mungkin dilakukan temannya,” kata Riska. Kedua, ajari anak mengucap kata ‘aduh’. Selanjutnya, orangtua dapat bekerjasama dengan terapis dalam meningkatkan pemahaman anak tentang bahaya-bahaya lainnya.

Masih banyak lagi ciri austisme, Supermom. Misalnya menyukai benda bulat dan berputar, tidak mau dipeluk atau disentuh, kalau ingin sesuatu lebih suka menunjuk daripada berbicara, emosi tidak stabil, suka menyakiti diri sendiri, sering menangis atau tertawa tanpa sebab, berbicara sendiri dengan bahasa yang kurang jelas, menggerakkan tubuh ke kiri dan kanan saat gelisah, sangat taat aturan dan tidak tahu cara melanggarnya, diam bila dipukul, sangat fokus mengerjakan apa yang mereka sukai, dan lain-lain. Membesarkan anak dengan autisme jelas butuh usaha lebih keras. Tapi dengan dukungan dan pelatihan, keluarga tentu akan sanggup belajar bagaimana mengatasinya.

 

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: GETTY IMAGES

Share to :


Leave A Comment