Mengajarkan Superkids Jadi Ilmuwan

Mengajari anak menjadi ilmuan bisa dilakukan dengan cara yang menyenangkan. Misalnya melalui aktivitas memasak.

Mempelajari pola belajar berbasis science, teknologi, engineering, dan matematika (STEM) sejak kecil ternyata tidak rumit. Superparents bisa mengajarkan dengan peralatan sederhana dan murah di sekitar rumah.

STEM adalah pembelajaran yang menggunakan pendekatan antarilmu dan pengaplikasiannya dengan pembelajaran aktif. Superkids akan memiliki cara berpikir kritis dan membentuk logika berpikir, serta terbiasa memecahkan masalah dengan sistematis.

STEM berfokus pada aspek kolaborasi, komunikasi, riset, mencari solusi (problem solving), berpikir kritis dan kreativitas. Meskipun STEM difokuskan pada ilmu eksakta, tidak mengesampingkan unsur sosialnya. Contohnya proses belajar dalam bentuk team work, siswa berhubungan satu sama lain untuk memecahkan sebuah masalah.

Pola belajar STEM harus disesuaikan sesuai dengan tingkat tumbuh kembang anak. Harus dibedakan pembelajaran berbasis STEM untuk anak usia dini, usia sekolah dasar, dan menengah.

STEM bisa dimulai sejak usia dini dan dengan cara yang mudah. Mengajarkan STEM bukan berarti mengajarkan teknologi, melainkan mengajak Superkids untuk menggali kemampuannya dalam berpikir ilmiah. Superkids bisa belajar mengobservasi, membedakan, mengklasifikasi, mengurutkan, membuat pola, dan belajar mengungkapkan temuannya. Juga bisa membangkitkan kemampuan berpikir saintifik. Superkids diajak mengumpulkan data dan melaporkan kembali. Superkids belajar konsep apa pun akan lebih mudah.

Dalam mendidik Superkids yang terpenting kita perlu membangun dulu konsep berpikirnya. Untuk mempelajari itu semua tidak perlu dengan sarana yang canggih maupun alat-alat berharga jutaan rupiah. Dengan sarana seadanya dan peralatan sederhana Superkids sudah bisa menjadi ilmuwan cilik.

Salah satu cara belajar STEM adalah dengan mengajaknya ke alam luar. Belajar di alam tidak perlu ke sawah, atau hutan belantara. Superparents bisa mengajaknya ke halaman depan, atau halaman belakang sekolah. Atau rumah pun sudah cukup untuk mengajarkannya belajar dari alam.

Misalnya mencari alternatif pewarna alami seperti bunga rosella untuk dijadikan pewarna merah, atau kunyit untuk warna orange. Intinya, jangan jadikan keterbatasan sebagai alasan.  tidak bisa belajar. Dengan peralatan atau benda seadanya di sekitar kita, kalau kita kreatif, belajar dengan apa saja sangat mungkin.

Superteacher bukan satu-satunya sumber pembelajaran. Tapi Superkids bisa belajar langsung dari lingkungan sekitarnya. Superkids diharapkan lebih peka ke lingkungan, memperhatikan, dan akhirnya bisa berbuat sesuatu untuk lingkungannya. Dengan pola belajar seperti itu Superteacher dituntut untuk lebih kreatif dan peka dalam keseluruhan proses belajar mengajar.

Superkids bisa diajarkan berbagai unsur STEM melalui pengenalan sayur-mayur, mengelompokkannya, belajar ukuran, belajar mengenai sequence atau urutan memasak dari sayur bertekstur keras ke sayur bertekstur lunak. Superparents bisa mengajarkan itu di rumah. Karena Superkids di usia dini hanya perlu mengenal proses belajar science thinking, belum perlu memahami science concept. Mari dicoba Superparents!

 

NURUL L. IRFAN

FOTO: 123RF

Share to :


Leave A Comment