Mengenal Social Media Addiction dan Cara Mengatasinya

Melindungi anak dari candu media sosial merupakan PR bagi orangtua di era digital sekarang. Tapi, apa sih yang bikin anak terkena gangguan social media addiction? Bisa jadi, dia merasa kesepian, bosan, stres, tertekan, atau gelisah memikirkan sesuatu. Lalu, dia mutusin berselancar di dunia virtual dan menemukan teman-teman baru untuk mengisi waktu. Nah, begitu kenal media sosial, dia cenderung lupa sama perasaan-perasana gak enak tadi.

 

Atau, bisa juga karena dia merasa nggak nyambung sama teman-teman, saudara, dan keluarga. Maka, dia pilih pergaulan online karena itu satu-satunya tempat Superkids bisa menjadi diri sendiri, tanpa merasa canggung. Alasan lain adalah terlalu pemalu. Dia kesulitan ngobrol dan berbaur asyik dengan orang lain. Di media sosial, Superkids bisa lebih terbuka dan percaya diri bergaul.

 

Menurut Irma Gustiana A MPsi Psi, Psikolog Anak, Remaja, dan Keluarga, faktor kebiasaan yang sudah terbentuk pun berpengaruh pada terjadinya social media addiction. Apalagi, bila anak-anak kurang berkegiatan dan memiliki kemudahan akses pemakaian gadget, tanpa ada batasan yang jelas dari Superparent. Pada remaja, persoalan eksistensi diri ternyata juga sangat berpengaruh. Remaja yang butuh diakui, akan merasa senang bila posting-annya diberikan like oleh teman di dunia maya.

 

“Sensasi senang ini kemudian membuatnya mengulangi kembali. Akibatnya, anak menghabiskan waktu untuk posting dan checking sosial medianya seharian, demi mendapatkan pengakuan,” tutur Irma, yang menjalani praktik di Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia (UI), Jakarta.

 

Langkah awal mengatasi kecanduan Superkids pada media sosial adalah membangun komunikasi terbuka. Tentu saja anak harus tahu, betapa Superparent khawatir tentang kesehatan fisik maupun mentalnya. Jadi, bicarakan tentang bahaya tak terlihat yang selalu mengintai di dunia maya, seperti cyberbully. Berikan contoh gimana menggunakan gadget dan mengakses media sosial secara bijak. Bila perlu, beri batasan pemakaian gadget. Tetapkan sanksi, seperti menyita smartphone-nya, bila Superkids tetap nggak bisa mengontrol keinginan untuk mengecek media sosial. “Renew aturan penggunaan gadget. Sepakati bersama mengenai waktu dan konsekuensi yang dihadapi bila aturan tersebut dilanggar. Lalu, bimbing anak membuat prioritas,” saran Irma.

 

Cara terbaik lainnya adalah mendorong Superkids terlibat dalam aktivitas sosial di sekolah, komunitas, atau lingkungan tempat tinggal. Berikan aktivitas yang terarah, terutama yang bisa dilakukan di luar rumah, seperti berolahraga. Semakin banyak bergaul di dunia nyata, otomatis akan makin berkurang kebutuhannya memeriksa update-an status atau feeds Twitter, Instagram, Facebook, Path, Pinterest, Google Plus, Tumblr, Flickr, dan lain-lain. Itu bakal sangat membantu Superkids tumbuh menjadi anak yang lebih sehat dan bahagia. “Jangan lupa, manfaatkan momen dan perbanyak kualitas waktu bersama dengan keluarga,” pesan Irma.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: ISTOCK

Share to :


Leave A Comment