Mommy, Kok Bisa Gempa Bumi?

Bumi Serambi Makkah lagi-lagi dilanda bencana alam. Superparent pasti masih ingat, bagaimana tsunami yang dahsyat terjadi di Aceh, 2004 lalu. Rabu 7 Desember 2016 kemarin, giliran gempa berkekuatan 6,5 skala Richter (SR) yang berpusat di Pidie Jaya menggoncang wilayah ini. Korbannya ratusan. Paling sedikit 94 orang ditemukan meninggal dan ratusan yang lain luka-luka. Meski jauh dari Jakarta, bukan berarti bencana di Aceh luput dari perhatian masyarakat. Semua berharap kondisi di sana segera membaik seperti semula.

 

Peristiwa ini mungkin akan memancing rasa ingin tahu Superkids tentang sains. Bagaimana gempa Bumi terjadi? Apa penyebabnya? Apa yang harus dilakukan saat terjadi gempa? Berikut beberapa informasi penting untuk menjelaskan tentang gempa pada anak.

 

Mengapa Terjadi Gempa Bumi?

Beberapa kali dalam setahun selalu terjadi gempa Bumi yang kuat. Saat gempa, Superkids akan merasakan tanah berguncang. Badan kita bergoyang, meski sebetulnya kita sedang diam. Bila guncangan ini sangat keras, rumah-rumah dan jembatan bisa roboh, jalan-jalan melengkung, tanah terbelah, dan pohon-pohon tercabut dari akarnya. Gempa Bumi sedahsyat itu, yang biasanya berlangsung nggak sampai satu menit, bisa menghancurkan seluruh kota.

 

Gempa terjadi karena kerak Bumi terus-terusan bergerak. Bumi yang kita pijak terdiri dari lempengan-lempengan. Kalau lempengan itu saling bergesekan, menjauhi, atau bertabrakan, terjadi sentakan yang disebut gempa. Sebetulnya tiap 30 detik selalu terjadi gempa di suatu tempat di dunia. Tapi karena lemah, itu nggak sampai menimbulkan kerusakan apa-apa.

 

 

Gempa juga bisa muncul di laut dan menyebabkan gelombang raksasa yang disebut tsunami, seperti di Aceh, 12 tahun lalu. Gerakannya cepat seperti pesawat jet dan menyebar kebih dari ratusan kilometer melalui samudera. Beberapa tsunami menjulang seperti tembok air raksasa, menyapu kapal-kapal ke daratan, dan bisa merusak wilayah pelabuhan maupun kota.

 

Apa Tanda-Tanda bakal Ada Gempa Bumi?

Walau para ilmuwan terus meneliti tentang penyebab gempa, mereka jarang berhasil meramalkan dengan tepat. Sebaliknya, beberapa hewan justru bisa tahu kalau sebentar lagi akan ada gempa atau bencana alam yang besar. Mereka biasanya bersikap gelisah, atau ramai-ramai pergi jauh dan menghilang. Itu karena hewan punya insting yang bisa merasakan gelombang elektromagnetis. Perilaku hewan seperti ini juga termasuk tanda akan terjadi gempa.

 

Tanda-tanda lain yang perlu Superparent dan Superkids waspadai adalah munculnya awan gempa. Apa itu? Bentuknya berdiri tegak mirip tornado atau batang pohon. Awan gempa terbentuk seperti itu karena adanya gelombang elektromagnetis. Gelombang ini sendiri muncul akibat adanya patahan atau gesekan lempeng Bumi pemicu gempa. Gelombang lalu menghisap daya listrik di awan, sehingga terbentuk awan yang seolah-olah berdiri. Awan gempa biasanya muncul seminggu sebelum terjadinya gempa. Ciri ketiga adalah terjadi gangguan pada alat elektronik. Seperti suara TV jadi rusak, dan lampu-lampu yang tetap menyala meski udah dimatiin.

 

Apa yang Harus Dilakukan saat Gempa?

Pertama, berusaha agar tetap tenang dan nggak panik. Segera keluar dari rumah atau gedung, untuk menghindari reruntuhan bangunan. Tapi bila gempa terjadi saat Superparent atau Superkids sedang berada di dalam rumah, cari tempat berlindung yang kuat. Misalnya meja atau tempat tidur. Jongkok aja di bawahnya sambil memegang kepala. Jauhi barang pecah belah, termasuk kaca jendela, juga lemari dan barang-barang berat yang bisa menindih badan. Kalau lagi di dalam gedung, jangan gunakan lift untuk turun. Manfaatkan tangga darurat karena kemungkinan lift mogok lebih sering terjadi sata gempa.

 

Nah, begitu sampai di luar rumah, cari tanah lapang. Jangan berlindung di bawah pohon, tiang listrik, atau bangunan yang bisa saja rubuh. Jauhi juga jurang atau lereng yang curam, karena bisa-bisa malah terjadi longsor di sana. Kalau getaran  begitu hebat, lari ke tempat yang lebih tinggi untuk menghindari kemungkinan tsunami. Kalau lagi berada di dalam mobil, segera keluar. Jangan melewati jembatan atau jalan layang karena kemungkinan rubuh pun sangat besar.

 

Tetap waspada, ya!

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: ISTOCK

 

Share to :


Leave A Comment