Tentang Gunung Agung yang Perlu Superkids Tahu

Kalau sering update berita, Superkids pasti banyak mendengar Gunung Agung disebut-sebut dalam pemberitaan TV, koran, dan radio, belakangan ini. Gunung Agung yang dimaksud bukan toko buku yang biasanya ada di mal itu. Melainkan gunung tertinggi di Pulau Bali, yang puncaknya menjulang sampai 3.031 mdpl. Pernah mampir ke Pura Besakih, yang merupakan salah satu pura terpenting di Bali? Nah, berarti Superkids juga pernah mendekati Gunung Agung. Pura Besakih memang terletak di lereng gunung di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem ini.

 

Gunung Agung kini ramai diberitakan karena diyakini bakal meletus. Puluhan ribu warga udah mengungsi, meninggalkan rumah mereka di desa sekitar kaki Gunung Agung. Apalagi, setelah Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral menaikkan status Gunung Agung, dari Siaga menjadi Awas. Apa yang membuat letusan Gunung Agung begitu ditakuti? Selain catatan sejarah yang merekam fakta-fakta, banyak mitos yang dipercayai masyarakat Bali seputar gunung ini. Berikut yang penting untuk Superparent infokan pada Superkids.

 

Fakta Gunung Agung

1. Gunung berapi aktif yang bentuknya kerucut (stratovolcano). Puncaknya yang mengerucut itu terbentuk dari lava dan abu vulkanik yang sudah mengeras. Gunung Agung juga punya kawah yang sangat besar dan dalam. Kawah itu kadang-kadang mengeluarkan asap dan uap. Kalau dilihat dari Pura Besakih, puncak Gunung Agung tampak runcing sempurna. Padahal, sebetulnya memanjang dan berakhir di kawahnya yang melingkar lebar.

 

2. Letusannya superdahsyat. Setelah tertidur selama 120 tahun, Gunung Agung sempat meletus lagi pada 1963. Inilah letusan gunung yang dianggap sebagai yang terhebat selama abad ke-20. Tanya deh sama Opa-Oma yang waktu itu mungkin masih seusia Superkids. Bila tinggal di wilayah Jawa Timur, mereka mungkin ikut merasakan bagaimana letusan Gunung Agung tahun 1963 membuat suasana siang hari menjadi gelap tertutupi abu vulkanik. Tercatat ribuan orang meninggal dunia dan ratusan cidera akibat rentetan letusan yang diiringi gempa.

 

3. Sehebat apa letusan Gunung Agung, 54 tahun lalu itu? Pada 18 Februari 1963, warga sekitar mendengar suara letusan keras dan melihat abu tersembur ke udara dari puncak Gunung Agung. Enam hari kemudian, 24 Februari 1963, lahar mulai turun melewati lereng sebelah utara gunung, meluncur sejauh tujuh kilometer selama 20 hari. Puncaknya adalah letusan pada 17 Maret 1963, saat Gunung Agung memuntahkan abu vulkanik sejauh 10 kilometer ke udara. Letusan kedua terbesar adalah 16 Mei 1963. Aktivitas gunung ini masih terus berjalan sampai 26 Januari 1964.

 

4. Saat letusan tahun 1963, Pura Besakih di lereng Gunung Agung tidak mengalami kerusakan bangunan yang parah. Berbeda dengan kondisi rumah-rumah warga di sekitarnya yang hancur berantakan. Ini menguatkan keyakinan masyarakat Bali bahwa Gunung Agung adalah rumah para dewa. Sebab tempat beribadah Pura Besakih yang sangat dekat dengan pusat letusan, tetap utuh tanpa kerusakan parah.

 

5. Di masa awal letusan Gunung Agung, nggak kurang 10.000 orang justru menggelar upacara Eka Dasa Rudra di Pura Besakih. Kegiatan ini berjalan atas izin Presiden Soekarno yang berdarah Bali. Eka Dasa Rudra adalah upacara terbesar umat Hindu di Indonesia, yang dilaksanakan untuk menyambut perhitungan perputaran tahun Saka tiap 100 tahun sekali. Upacara berlangsung 9 Maret 1963, hanya 18 hari sebelum letusan dahsyat terjadi.

 

Mitos Gunung Agung

1. Diyakini sebagai istana dewata, tempat bersemayamnya dewa-dewa, termasuk Batara Mahadewa atau Hyang Tohlangkir, yang sangat dihormati dalam kepercayaan Hindu. Inilah alasan utama yang membuat Gunung Agung dianggap sebagai tempat keramat yang disucikan. Semua orang yang ingin mendaki gunung tertinggi kelima di Indonesia ini, nggak bakal boleh jalan tanpa dikawal pemandu lokal. Nanti, kalau sampai terjadi apa-apa dengan para pendaki, misalnya hilang atau meninggal, masyarakat sekitar pun wajib menggelar upacara penyucian gunung. Biaya upacara ini sangat besar mencapai ratusan juta Rupiah.

 

2. Diyakini sebagai sumber mata air suci. Mata air ini bisa ditemui dalam perjalanan dari Pura Besakih menuju puncak Gunung Agung. Begitu sucinya, sampai-sampai nggak sembarang orang boleh mengambil airnya. Semua yang kepingin ngambil, harus melakukan prosesi sembahyangan dulu di sana, demi menjaga kesucian mata air Gunung Agung. Inilah salah satu keuntungan para pendaki berjalan didampingi warga. Proses sembahyang biasanya akan dilakukan warga lokal, yang kemudian mengambilkan air suci itu untuk dibagikan pada rombongan pendaki.

 

3. Diyakini sebagai replika Gunung Meru alias Semeru di Jawa Timur, yang dibelah Dewa Pasupati. Dalam ajaran Hindu, Gunung Semeru juga dianggap suci karena diyakini sebagai tempat bersemayam dewa-dewa, sekaligus sarana penghubung antara manusia di Bumi dan Kayangan. Begitu besar nilai spiritualnya, Gunung Agung pun dipercaya menjadi tulang punggung Pulau Bali dan rumah utama Pura Besakih.

 

4. Letusannya diyakini berhubungan dengan ulah manusia. Itulah kenapa banyak sekali aturan yang dibuat untuk para pendaki Gunung Agung. Semua bertujuan menjaga keharmonisan hubungan antara masyarakat dengan penguasa gunung. Mulai larangan memakai baju warna merah dan hijau, sampai membawa menu daging sapi (hewan yang disucikan umat Hindu) sebagai bekal. Pendakian juga nggak pernah boleh dilakukan saat sedang ada acara keagamaan di Pura Besakih. Warga rutin menggelar upacara Wana Kertih untuk memohon terwujudnya kelestarian lingkungan dan harmonisasi alam, demi menghindari bencana.

 

HAFIDA INDRAWATI

FOTO: FREEIMAGES

Share to :


Leave A Comment