Asal Usul Burung Moopoo

Seperti apa dia? Apa iya jelmaan manusia?

Dulu di Minahasa, Sulawesi Utara, ada bocah laki-laki bernama Nondo yang tinggal cuma berdua kakeknya. Rumah mereka sederhana. Letaknya saja di pinggir hutan rimba. Nondo nggak mengenal siapa-siapa selain kakek. Dia nggak punya tetangga, nggak ada teman main, dan nggak pergi ke sekolah. Dia juga nggak bisa kemana-mana. Nando jarang keluar rumah karena kakinya pincang. Kakek sering nggak sabar pergi bareng Nondo karena jalannya lambat dan kadang merepotkan.

Tiap hari, Nondo di rumah saja. Kakeknya pergi berburu sejak pagi, meninggalkan dia sendiri. Nondo bukan malas membantu. Dia justru ingin sekali ikut berburu, mencari kayu bakar, dan menjual hasil tangkapan ke pasar. Selain itu, dia juga penasaran ingin melihat, seperti apa sih  binatang-binatang yang sering dijumpai kakek di hutan? Kakek biasa menceritakan tentang mereka sebelum tidur. Mulai rusa bertanduk indah, kelinci yang jago melompat, babi hutan bermoncong panjang, sampai monyet yang asyik bergelantungan di ranting pohon.

Suatu pagi, keinginan Nondo nggak bisa dibendung lagi. Dia memaksa ikut, apapun yang terjadi. Kakek terpaksa membawa dia berjalan masuk ke hutan. Kakek jalan duluan, Nondo mengikuti di belakang. Berkali-kali kakek menoleh dan memanggil Nondo yang tertinggal jauh di belakang. Bukan hanya karena kakinya, tapi juga lantaran Nondo yang suka berhenti lama-lama tiap bertemu seekor binatang. Dia mengajak mereka ngobrol, menirukan suara, dan bermain sepuasnya. Sore hari, Nondo baru sadar kalau kakek sudah berjalan jauh tak terkejar.

Tersesat di tengah hutan yang mulai gelap, Nondo jelas dong merasa sangat ketakutan. “Kakekkk..! Kakek di manaaa?” dia berteriak berulang-ulang, tapi nggak pernah ada jawaban. Nondo berusaha mengingat jalan pulang. Tapi semua pohon dan belokan terlihat sama baginya. Bukan mendekati rumah, dia justru berjalan semakin jauh ke dalam hutan. Nondo mendengar suara burung-burung dan hewan malam yang begitu mengerikan. Baginya, itu seperti suara binatang kelaparan yang siap memangsa bocah malang.

Kakek bukannya nggak sadar Nondo hilang. Begitu tahu ia terpisah dengan Nondo, kakek juga berusaha mencari. Tapi hutan itu terlalu luas dan suaranya terlalu pelan. Teriakannya sama sekali nggak terdengar oleh Nondo. Kakek memutuskan pulang, berharap Nondo sudah ada di rumah duluan. Tapi rumah itu kosong seperti tadi pagi saat ditinggalkan. Kakek berjanji besok pagi-pagi sekali akan kembali ke hutan untuk mencari Nondo sampai ketemu.

Tapi hasilnya sama saja. Sampai sore, Nondo tetap nggak ketemu. Kakek juga berusaha mencari di tempat-tempat yang nggak biasa dia lewati, siapa tahu Nondo kesasar di sana dan nggak bisa kembali. Sorenya, kakek pun pulang lagi dengan perasaan sangat cemas. Di jalan, dia mendengar suara aneh dari atas pohon.

“Moo-poo, moo-poo, moo-poo..!” Kakek mencari siapa yang bersuara aneh itu. Dia sudah bertahun-tahun keluar-masuk hutan tapi belum pernah mendengar suara seperti itu sebelumnya. Di atas pohon, kakek melihat seekor burung terbang berpindah dari satu ranting ke ranting lain. Matanya terus menatap kakek, sambil bersuara, “Moo-poo..!”.

Perasaan kakek jadi makin nggak enak. Dia kenal nada suara itu, persis nada suara Nondo kalau memanggilnya. Kakek mengamati burung aneh itu sekali lagi. Walau wujudnya sekilas tampak normal, ia melihat salah satu kaki burung ternyata pincang. Kakek pun menangis sejadi-jadinya, yakin kalau burung bersuara aneh yang sejak tadi mengejarnya itu adalah Nondo. Kakek nggak tahu apa yang sudah terjadi dengan Nondo dan kenapa dia sampai berubah menjadi seekor burung. Seperti bunyi suara yang dikeluarkan, burung itu kemudian dikenal dengan nama burung Moopoo.

DICERITAKAN KEMBALI OLEH HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI: SUPERKIDS INDONESIA

Share to :


Leave A Comment