Asal Usul Patung Sigale-gale

Patung kayu berbentuk manusia berbusana adat Batak ini masih dipajang di depan rumah-rumah tradisional warga Pulau Samosir, Sumatera Utara. Eh, dia juga bisa menari lho!

Alkisah, hidup seorang raja yang memimpin Kerajaan Toba. Ia sangat bangga pada putra semata wayangnya, Manggale. Bocah itu tumbuh menjadi pemuda yang sehat, tampan, pemberani dan hormat pada orangtua. Raja menyayangi Manggale lebih dari segalanya. Bayangkan saja, Manggale memenuhi semua kriteria calon raja yang ia inginkan. Hati raja pun selalu tenang membayangkan masa depan kerajaan Toba bila ia wafat. “Kerajaan ini tidak akan hancur, justru semakin besar di bawah pimpinan Manggale,” batin raja.

Keyakinan itu yang mendorongnya memerintahkan Manggale ikut berperang menghadang musuh yang menyerang wilayah Toba. Menurut raja, banyak pengalaman berperang akan membuat mental putranya semakin tangguh. Manggale yang jago pedang dan berkuda itu pasti akan membuat pertahanan musuh berantakan. Raja membayangkan Manggale bersama pasukan kerajaan akan pulang dengan sebuah kemenangan besar.

Faktanya, Manggale yang gagah perkasa itu justru tewas dalam pertempuran. Raja sangat syok. Hatinya sedih bukan main. Ia merasa sangat kehilangan atas kepergian Manggale yang tidak ia sangka-sangka. Begitu dalam kesedihan sang raja, sampai ia jatuh sakit lantaran memikirkan Manggale dan masa depan kerajaan. Kondisi kesehatannya semakin kritis dari hari ke hari. Tidak ada racikan obat yang berhasil membuatnya kembali bugar dan sehat.

Para tabib kemudian berdiskusi. Mereka paham, sumber penyakit ini adalah kesedihan yang dirasakan raja sejak Manggale meninggal. Mereka sepakat membuatkan patung kayu berwajah mirip Manggale untuk menghibur hati raja. Pemahat-pemahat terbaik dikumpulkan di sebuah hutan. Mereka bekerja keras memahat sebuah kayu berbentuk manusia. Agar lebih menyerupai Manggale, ia juga dipakaikan baju tradisional lengkap dengan kain ulos.

Saat melihat patung kayu itu, kesedihan raja langsung sirna. Ia mengira Manggale telah kembali kepadanya. Patung itu terus berada di istana mendampingi raja hingga akhir hayatnya. Pada saat pemakaman, patung Manggale menari di samping jenazah raja, diiringi alunan suara sordam (seruling bambu khas Toba) dan musik gondang sabangunan.

Sejak itu, warga selalu membuat patung boneka kayu serupa dan diletakkan di depan rumah. Mereka tidak menamakannya Manggale, persis seperti mendiang putra mahkota. Melainkan Sigale-gale. Tarian patung kayu Sigale-gale kini merupakan salah satu kesenian tradisional Toba yang sangat terkenal. Satu patung digerakkan sekitar tiga-empat orang, dengan cara menarik uluran benang di bagian tubuh Sigale-gale, seperti dalang menggerakkan wayang dalam pertunjukan wayang golek.

 

DICERITAKAN KEMBALI OLEH HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI: CAECILIA SANDY SIPUTRI

Share to :


Leave A Comment