Barongsai yang Menyeramkan

 

Mei Ling paling takut barongsai. Tapi, ah, dia memang dikenal penakut. Bukan sama barongsai saja, tapi juga badut dan karakter animasi imut yang justru disukai teman-temannya. Di mata Mei Ling, badut dan boneka raksasa sama sekali tidak lucu. Wajah mereka mengerikan – lebih seram dari wajah pengantin yang dirias dengan alis tebal, bibir merah, bulu mata panjang, pipi merona dan rambut tinggi menjulang. Mei Ling tidak suka pengantin, badut, karakter animasi, dan terutama barongsai.

 

Tiap mau Imlek, barongsai seolah menghadangnya di mana-mana. Ia pernah bertemu barongsai berkeliling mal, dibuntuti banyak anak kecil yang tampak berbinar melihat aksi singa itu. Mei Ling ketakutan setengah mati dan menolak masuk ke dalam mal. Ia juga pernah batal beribadah dan memilih mendekam di mobil saja, gara-gara ada barongsai saat Mei Ling ikut Papa menghadiri peresmian sebuah kelenteng di pinggiran kota.

 

Mei Ling tahu, barongsai bukan singa beneran. Itu tari tradisional China yang dimainkan beberapa orang. Mereka bergerak menirukan gerakan-gerakan dasar seni bela diri China. Barongsai juga dipercaya bisa membawa keberuntungan. Makanya, Mama-Papa selalu meletakkan angpao (amplop merah kecil berisi uang) di mulutnya saat bertemu. Mei Ling sendiri tidak bisa menjelaskan kenapa ia begitu takut pada barongsai. “Pokoknya takut. Titik,” jawabnya ketus tiap ditanya.

 

Suatu malam, ia bermimpi tentang barongsai. Tapi ini bukan sejenis mimpi buruk. Mei Ling berada di urutan terdepan penonton barongsai dan bertepuk tangan paling keras untuk mereka. Dia tidak takut suara drumnya, tidak takut wajahnya, dan tidak takut saat singa merah raksasa itu bergerak mendekatinya. Mei Ling kenal siapa pemain di balik topeng barongsai; adik kelasnya yang bernama Tan. Badannya kecil namun gesit. Ia berdiri di atas bahu penari lain dan berperan menggerakkan kepala singa.

 

Mei Ling tidak tahu apa yang selama ini membuatnya begitu takut barongsai. Tapi, mengetahui sosok di balik topeng itu adalah bocah yang dua tahun lebih kecil darinya, Mei Ling tahu tidak ada yang pantas ia takutkan pada barongsai. Singa yang satu ini tidak menyakiti. Suara musik pengiringnya memang keras untuk mengundang orang-orang datang menghampiri. Saat terbangun dari mimpinya yang aneh, Mei Ling mengambil kertas dan menulis: Barongsai Baik, Tidak Menakutkan. Ia berniat akan membacanya tiap mendengar gemuruh musik barongsai dari jauh. Tapi sebenarnya, Mei Ling tidak yakin sugesti itu akan bekerja instan untuknya.

 

 

ILUSTRASI: PHOTOS

Share to :


Leave A Comment