Bau Badan Putri Kemuning

Maklum, dulu kan belum ada deodoran.

Apa yang ada di pikiranmu kalau mendengar kata princess, Superkids? Wajah cantik, gaun indah, hati lembut, dan badan bersih nan wangi? Yup, mustinya sih begitu. Putri Kemuning punya semuanya, kecuali satu. Aroma tubuhnya nggak seperti seorang putri. Dia nggak harum, wangi dan menyegarkan. Melainkan berbau busuk, tidak sedap dan menjijikkan. Ihh…

Putri Kemuning adalah anak kesayangan Prabu Aryo Seto yang memimpin Kerajaan Ringin Anom di daerah Ngawi, Jawa Timur. Kehidupan mereka sempurna. Wilayah mereka aman dan makmur, semua rakyat hidup nyaman dan akur. Duh, siapa yang sangka, begitu ada masalah, Putri Kemuning yang kena.

Prabu berusaha mencari obat yang bikin keringat putrinya nggak berbau. Segala cara dilakukan. Mandi kembang, makan daun racikan tradisional, luluran, hasilnya sama saja. Prabu jelas sedih bukan main. Apalagi Putri Kemuning masih single. Dia khawatir nggak bakal ada yang mau melamar sang putri kalau masalah bau badan ini belum beres.

Prabu kemudian bertapa, memohon petunjuk bagaimana mengembalikan wangi tubuh Putri Kemuning. Belum pernah ada rakyatnya yang menderita penyakit langka menyebalkan ini. Dalam pertapaan yang sangat khusyuk, Prabu akhirnya mendapat petunjuk. Suara yang ia dengar mengatakan, “Hanya ada satu obat, yaitu daun sirna ganda. Daun ini juga hanya ada di dalam gua di kaki gunung Arga Dumadi. Gunung itu angker karena dijaga naga sakti.”

Nggak mau buang waktu, Prabu langsung bikin sayembara. Dia janji, siapa yang bisa memetik daun sirna ganda bakal dapat hadiah besar. Apa sih reward-nya? Kalau yang dapat laki-laki, akan dinikahkan dengan Putri Kemuning. Kalau perempuan, akan diangkat menjadi adik Putri Kemuning. Wahh, sungguh tawaran menggiurkan, dong! Siapa coba yang nggak pingin menjadi anggota kerajaan?

Masalahnya, Gunung Arga Dumadi bukan sembarang gunung. Warga tahu banget ada naga jahat yang berjaga 24 jam di sana. Naga raksasa ini nggak mengizinkan siapapun seliweran di sekitar gunung. Dia nggak segan-segan membakar hangus mereka yang nekat mendekat dengan semburan api dari mulutnya. Huaaaa…!! Tapi mengingat iming-iming bakal dijadikan menantu atau anak raja, banyak warga yang berusaha mencoba. Siapa tahu si naga lagi tidur. Atau, siapa tahu hari ini hatinya lagi senang. Sayangnya semua itu cuma angan-angan.

Salah satu pemuda yang cukup bernyali adalah Jaka Budug. Dalam bahasa setempat, budug itu artinya penyakit kulit seperti kudis. Dia dijuluki Jaka Budug ya lantaran kulitnya penuh kudis menjijikkan. Itu semacam penyakit bawaan karena Jaka Budug sudah seperti itu sejak masih kecil. Dia merasa kasihan sama Putri Kemuning dan ingin membantu.

Prabu sempat bimbang, apakah harus mengizinkan Jaka Budug mencoba? Boleh nggak ya? Gimana kalau dia ternyata berhasil dan harus menikahi Putri Kemuning? Trus gimana kalau Putri Kemuning nggak mau punya suami budugan kayak dia? Tapi bagaimana kalau Putri Kemuning nggak sembuh-sembuh selamanya? Prabu akhirnya memberi kesempatan Jaka Budug mencoba. Dia nggak tahu, Jaka Budug memang jagoan pedang seperti mendiang ayahnya.

Berjalan menuju Gunung Arga Dumadi, dari jauh Jaka Budug sudah bisa melihat api menyambar ganas dari mulut naga. Hatinya tetap tenang. Dia berjanji akan berusaha mati-matian mengambil daun sirna ganda untuk Putri Kemuning. Jelas melumpuhkan naga bukan tugas mudah. Saat sabetan pedang melukai naga, percikan darahnya membasahi tubuh Jaka Budug. Hei, lihat.. kudis-kudis di kulitnya hilang! Jaka Budug kaget bukan main mengetahui darah naga bisa menjadi obat untuk penyakitnya sendiri.

Semangat Jaka Budug pun makin menjadi-jadi. Dia menyerang habis-habisan tanpa rasa takut. Naga pun mulai kehabisan tenaga. Jaka Budug terus bergerak lincah meliuk-liuk menghindari semburan api. Pedangnya dikibas-kibas ke leher naga. Akhirnya dia berhasil membunuh naga buas ini. Jaka Budug memakai darahnya untuk membasuh badan, dan.. cling! Kulitnya langsung bersih seperti bayi. Dia segera masuk ke dalam gua dan memetik beberapa daun sirna ganda.

Saat kembali ke kerajaan dan menghadap raja, Prabu nggak kenal siapa dia. Prabu tercengang begitu tahu, itu Jaka Budug yang sama yang datang ke istananya kapan hari. Yang terpenting lagi, dia membawa daun ajaib sirna ganda. Putri Kemuning melahap daun-daun itu. Seperti bisikan yang didengar ayahnya saat bertapa, khasiat sirna ganda benar-benar terbukti. Putri Kemuning nggak lagi berbau busuk seperti kemarin. Badannya kembali harum seperti semula.

Prabu menepati janjinya menikahkan pemenang sayembara dengan sang putri. Pesta pernikahan digelar meriah di istana. Jaka Budug yang miskin berhasil mempersunting Putri Kemuning berkat niat baik membantu dan perjuangan kerasnya mengatasi masalah. Hidup mereka pun bahagia selamanya.

 

HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI: CAECILIA SANDY SIPUTRI

 

Share to :


Leave A Comment