Dewi Sri, Dewi Kesuburan

Di kalangan masyarakat Sunda, ia juga dikenal dengan nama Nyai Pohaci Sanghyang Asri.

Legenda Dewi Sri sebagai Dewi Padi bukan hanya tersebar melalui cerita turun temurun, Superkids. Melainkan juga lewat upacara-upacara  penghormatan untuknya yang biasa digelar saat panen di berbagai daerah di Pulau Jawa. Nggak itu saja, lho. Sejumlah kelenteng pun mendirikan altar khusus untuk pemujaan terhadap Dewi Sri. Seperti terlihat di Kelenteng Hong San Ko Tee, Surabaya. Siapa sebetulnya Dewi Sri ini?

Alkisah, Dewi Sri lahir dari butiran air mata Dewa Ular bernama Antaboga. Dewa Ular menangis karena ketakutan setengah mati pada penguasa tertinggi langit, Batara Guru. Saat itu Batara Guru memerintahkan semua dewa-dewi bergotong royong membangun sebuah istana baru yang megah. Kalau tidak, tangan dan kaki mereka akan dipenggal.

Antaboga merasa was-was karena tidak ikut membantu proyek tersebut. Bukan tidak mau, tapi tidak bisa. Kaki tak ada, tangan pun tak punya, lalu bagaimana ia dapat mendirikan bangunan? Antaboga ngeri mendengar ancaman Batara Guru dan ia yakin bakal kena hukuman. :Saya tidak punya tangan dan kaki. Berarti kepalaku yang nanti akan dipotong,” pikirnya.

Membayangkan bakal mati dipenggal, Antaboga pun menangis hebat. Tiga tetes air matanya berubah menjadi mustika berkilau. Setelah diamati, mustika itu sebetulnya butiran telur mungil dengan cangkang indah berkilau. Antaboga pun berniat mempersembahkannya pada Batara Guru sebagai bentuk permohonan maaf. Ia menyimpannya baik-baik di dalam mulut dan bergegas menuju istana lama.

Dalam perjalanan, ia bertemu seekor burung gagak. Saat disapa hendak kemana, Antaboga tidak bisa menjawab. Ia tak mau menggerakkan mulutnya sedikit pun, takut telur-telur di dalamnya pecah berantakan. Tapi gagak salah sangka. Ia menuduh Antaboga yang biasanya ramah kini telah berubah. Gagak marah dan menyerang sang Dewa Ular. Akibatnya, dua butir telur yang dikulum dalam mulut Antaboga pun pecah. Saat tiba di istana, Antaboga hanya punya sebutir telur indah untuk diberikan pada Batara Guru.

Untunglah persembahan ini diterima Batara Guru dengan senang hati. Ia menugaskan Antaboga mengeraminya hingga menetas. Tak disangka-sangka, telur itu berisi seorang bayi cantik yang lucu. Batara Guru dan permaisuri segera mengangkatnya menjadi anak mereka. Ia diberi nama Nyi Pohaci Sanghyang Sri, atau biasa disapa Sri. Dia tumbuh menjadi seorang gadis cantik yang lemah lembut. Siapapun yang bertemu Sri akan merasa senang melihat wajah ayu dan tutur katanya yang ramah. Tak terkecuali ayah angkatnya sendiri Batara Guru. Ia berniat menjadikan Sri sebagai istri.

Isu Batara Guru akan mempersunting Sri pun tersebar. Para dewa berunding mencari jalan keluar. Mereka sepakat memisahkan Batara Guru dengan Sri. Pernikahan itu tidak boleh ada karena akan membawa dampak negatif bagi kehidupan di kahyangan. Tapi bagaimana cara memisahkan mereka? Satu-satunya jalan adalah meracuni Sri yang tak berdosa. Meski cara ini dinilai kejam dan tidak adil, para dewa tidak punya banyak waktu lagi untuk mencari solusi lain.

Sri pun meninggal karena meminum racun yang ditaburkan di gelas minumannya. Jenazahnya dibawa ke Bumi, dimakamkam di tempat yang jauh dan tersembunyi dari tempat Batara Guru berada. Batara Guru tidak menyadari Sri telah meninggal. Ia mengira Sri hilang entah kemana. Di Bumi, dari makam Sri tumbuh beraneka tanaman yang berguna untuk umat manusia. Salah satunya adalah padi yang menguning. Itu diyakini tumbuh berkat kesucian hati Sri.

Maka, sejak itu Sri dikenal sebagai Dewi Padi atau Dewi Kesuburuan. Ia dimuliakan karena pengorbanannya yang luhur telah memberi berkah kebaikan bagi alam, kesuburan, dan ketersediaan pangan umat manusia.

 

DICERITAKAN KEMBALI OLEH HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI GAMBAR: SUPERKIDS INDONESIA

Share to :


Leave A Comment