Kisah Fatimah, Gadis Pemerah Susu

 

Fatimah adalah gadis berusia 12 tahun. Ia tinggal berdua saja dengan Mak-nya. Setiap hari Fatimah membantu Mak bekerja memerah susu sapi yang ada di kandang di belakang rumahnya. Mereka hanya memiliki satu sapi yang Fatimah panggil Mak Sapi. Mak Sapi adalah warisan Pak saat meninggal dunia lima tahun lalu. Mak Sapi adalah satu-satunya sumber mata pencaharian untuk Fatimah dan Mak.

 

Setiap pagi ketika ayam belum juga berkokok, Fatimah sudah bangun untuk membersihkan kandang sapi. Ia menggosok lantai dan membersihkannya dari semua kotoran-kotoran. Setelah itu, Fatimah menepuk-nepuk Mak Sapi. “Selamat pagi, Mak Sapi,” sapa Fatimah. Mak Sapi akan bersuara melenguh seakan menyambut sapaan Fatimah. Mak Sapi tahu dan mengijinkan Fatimah meminta susunya.

 

Kemudian Fatimah menyiapkan dua buah ember. Yang satu sebagai tempat susu, yang satu lagi ember berisi air hangat. Fatimah mencuci ambing dan putting susu mak Sapi dengan air hangat, lalu dikeringkan dengan lap bersih. Fatimah biasa melakukannya dengan lembut dan sambil bernyanyi kecil, sehingga Mak Sapi merasa nyaman dan aman. Setelah itu, Fatimah mulai memerah susu Mak Sapi.

 

Hari itu adalah hari Minggu. Setiap hari Minggu, Mak berjanji seluruh hasil perah susu akan diberikan kepada Fatimah. Fatimah bahagia sekali. Setelah selesai memerah, Fatimah membawa susu yang ada di dalam ember di atas kepalanya. Setelah pamit kepada Mak, Fatimah pun berangkat ke pasar. Sambil berjalan, Fatimah mulai menghitung apa yang akan ia lakukan dengan uang yang akan diperolehnya dari hasil penjualan susu.

 

“Ah, aku akan membeli beberapa ayam dari warung Mang Dede,” katanya. “Ayam-ayam itu akan bertelur setiap pagi dan akan aku jual ke Ceu Eneng. Uang hasil penjualan telur akan aku gunakan untuk membeli gaun renda yang cantik sekali dan topi sebagai penghias rambutku. Setelah itu, aku akan berjalan ke pasar mengenakan gaun dan topi baruku. Aku akan terlihat cantik sekali hingga tidak ada yang berani menyapaku! Bahkan Siti, gadis paling cantik di desa ini akan cemburu melihat kecantikanku.”

 

“Semua anak muda akan memperhatikan aku ketika aku berjalan di depan mereka. Mereka akan berdesis memanggil namaku, tapi sedikit pun aku tidak akan peduli. Aku hanya akan melirik mereka, kemudian melengos dan mengibaskan rambutku seperti ini,” lanjut Fatimah dalam hati. Sambil berbicara, Fatimah melemparkan kepalanya ke belakang… dan, sayang sekali, ember yang ada di kepalanya pun terjatuh dan semua susu yang ada di dalamnya tumpah.

 

Fatimah sangat terkejut melihat apa yang terjadi. Susu hasil perahannya pagi tadi tumpah semua tercecer di jalan hingga tak ada lagi yang tersisa. Bersedih hati, Fatimah mengambil ember yang tergeletak, lalu kembali pulang ke rumah.

 

Di rumah, Fatimah menceritakan apa yang terjadi kepada Mak. “Ah, Nak…” kata Mak.

 

Diceritakan kembali dari Aesops Fable oleh Maharani Indri

 

FOTO: THINKSTOCKS PHOTOS

Share to :


Leave A Comment