Legenda Tan Talanai dari Jambi

Kenapa ia membuang putra kandungnya sendiri ke laut?

Pada abad ke-15, setelah kematian Raja Si Pahit Lidah, Jambi dipimpin Tan Talanai. Pemerintahannya berjalan mulus. Kehidupan di Jambi sangat makmur, damai dan sejahtera. Tan Talanai yang bijaksana begitu dicintai rakyatnya. Ia sendiri merasa hidupnya memang bahagia. Tapi sayang, ia belum juga memiliki keturunan.

Tiap malam Raja Tan berdoa memohon untuk mendapatkan anak dari pernikahannya dengan permaisuri yang jelita. Dia terus menerus berdoa sampai doa itu pun terkabul. Permaisuri mengandung. Dari kehamilan itu, Tan mendapatkan seorang anak laki-laki yang gagah rupawan. Namun kebahagiannya hanya sementara. Ia terusik oleh kehadiran ahli nujum istana yang membisiki sebuah kabar seram.

“Saat bayi ini dewasa, dia akan membunuh Raja,” yakin ahli nujum, yang ramalannya selalu terbukti benar. Tan menjadi sangat bingung dan sedih. Ia tidak mungkin membunuh darah dagingnya sendiri, anak yang begitu ia tunggu-tunggu sekian lama. Tapi ia juga tidak ingin membiarkan tahtanya direbut. Gundah, Tan kemudian melarung putranya tercinta ke laut.

Ia jelas tidak berharap anak laki-laki pertamanya itu akan mati. Tan hanya ingin dia pergi sangat jauh, hidup berbahagia di tempat yang lain, dan tak pernah bisa kembali ke Jambi untuk membunuhnya. Bayi itu terbawa arus hingga jauh ke Negeri Siam, yang sekarang Thailand. Ia ditemukan Putri Siam yang sedang memancing di laut. Putri Siam kemudian membawa bayi itu pulang ke istananya yang megah.

Dari pengamatan para ahli kerajaan, bayi laki-laki yang sehat itu diyakini berasal dari Jambi. Mereka menyimpulkan, dia anak Raja Tan yang beberapa waktu lalu dikabarkan hilang. Putri Siam pun merawatnya dengan penuh kasih sayang. Bayi mungil itu tumbuh menjadi pemuda gagah yang jago bela diri. Suatu hari, anak Tan pulang dengan perasaan sedih. Ia di-bully oleh beberapa teman karena dianggap tidak punya ayah.

Putra Tan kemudian menanyakan pada Putri Siam, siapa ayahnya? Berat bagi Putri Siam untuk menjawab pertanyaan ini. Tapi ia juga merasa, anak laki-laki itu berhak tahu siapa ibu dan ayah kandungnya. Putra Tan sangat marah begitu tahu ia dulu dibuang ke laut oleh ayahnya sendiri saat masih bayi. Ia bertekad mencari Tan Talanai di Jambi dan membalas sakit hati.

Bujukan Putri Siam agar ia memaafkan kesalahan Tan, tidak ia dengarkan. Pemuda itu bersiap pulang ke tanah kelahirannya untuk balas dendam. Diam-diam Putri Siam mengirim kabar ke Jambi tentang rencana ini. Raja Tan sangat kaget. Ia menyiapkan pasukan perang terbaik untuk menyambut kedatangan putranya.

Perang pun benar-benar terjadi. Prajurit Siam berhasil melumpuhkan pasukan Jambi. Untuk pertama kali sepanjang ingatannya, putra Tan akhirnya bertatap muka dengan sang ayah Tan Talanai. Raja Tan merasa sangat haru bertemu kembali dengan bayi yang dulu ia buang. Ia memohon pada putranya sendiri untuk mengampuni kesalahannya itu. “Ayah minta maaf, Nak. Ayah sangat menyesal mempercayai omongan ahli nujum. Ayah sedih sudah membuangmu jauh,” sesal Tan.

Hati putranya yang semula penuh amarah pun luluh melihat ayah kandung yang sepuh kini memohon sambil bersimpuh. Ia memeluk Raja Tan dan minta maaf karena punya keinginan membunuhnya. “Maafkan saya, maafkan saya karena sempat ingin membunuh ayah,” sesalnya sedih. Perang ini berakhir damai. Raja Tan dan putranya saling memaafkan atas kesalahan-kesalahan yang mereka buat.

Putra Tan kembali ke Siam dan menjadi raja di sana, menggantikan Putri Siam yang tak lain ibu angkatnya. Hingga kini banyak yang meyakini, raja-raja Siam merupaka keturunan Tan Talanai dari Jambi.

 

HAFIDA INDRAWATI

ILUSTRASI: RINI NUR AINI

Share to :


Leave A Comment